Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

14 Teori pertumbuhan neoklasik dikenal dengan model pertumbuhan Solow karena pertama kali dikemukan oleh Robert Solow. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi terjadi tidak saja dipengaruhi oleh peningkatan modal melalui tabungan dan investasi tetapi juga dipengaruhi oleh peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kerja pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan dan peningkatan teknologi, dengan asumsi diminishing return to scale bila input tenaga kerja dan modal digunakan secara parsial dan constant return to scale bila digunakan secara bersama-sama, serta perekonomian berada pada keseimbangan jangka panjang full employment. Model pertumbuhan endogen memasukkan pengaruh teknologi, investasi modal fisik dan sumber daya manusia sebagai variabel endogen. Model pertumbuhan endogen mengeluarkan asumsi diminishing return to scale atas investasi modal dari model, dan memberikan peluang terjadinya increasing return to scale dalam produksi agregat dan peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal. Investasi sektor publik dan swasta dalam sumber daya manusia menghasilkan ekonomi eksternal dan peningkatan produktivitas sehingga terjadi increasing return to scale dan pola pertumbuhan jangka panjang yang berbeda-beda antar negara. Tingkat pertumbuhan tetap konstan dan berbeda antar negara tergantung tingkat tabungan nasional dan tingkat teknologinya. Tingkat pendapatan perkapita di negara-negara miskin akan modal cenderung tidak dapat menyamai tingkat pendapatan perkapita di negara kaya, meskipun tingkat pertumbuhan tabungan dan tingkat pertumbuhan penduduknya serupa. Aspek yang menarik dari model pertumbuhan endogen adalah mampu menjelaskan keanehan aliran modal internasional yang memperparah ketimpangan antara negara maju dengan negara berkembang. Potensi tingkat pengembalian atas investasi yang tinggi yang ditawarkan negara berkembang rasio modal-tenaga kerja rendah akan berkurang dengan cepat karena rendahnya tingkat investasi sumber daya manusia pendidikan, infrastruktur, atau riset dan pengembangan RD. Model ini dikembangkan lagi oleh Romer dengan menambahkan asumsi cadangan modal dalam keseluruhan perekonomian dan adanya eksternalitas positif dari ilmu pengetahuan sebagai barang publik, secara positif mempengaruhi 15 output pada tingkat industri, sehingga terdapat kemungkinan increasing return to scale pada tingkat perekonomian secara keseluruhan.

2.1.4 Hubungan Tata Kelola Pemerintahan, Penyediaan Infrastuktur, dan Pendapatan Per Kapita

De 2010 mengembangkan kerangka teori hubungan tata kelola pemerintahan dengan infrastruktur, yang merupakan modifikasi dari kerangka determinan pendapatan Rodrik et al. 2002 dan Busse et al. 2007. Pola hubungan ini dikembangkan dari pemikiran bahwa tata kelola pemerintahan dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan, baik secara langsung maupun tidak langsung, melalui perdagangan, investasi, infrastruktur, dan geografis. Gambar 2 memperlihatkan bahwa tata kelola pemerintahan mempunyai pengaruh secara langsung terhadap tingkat pendapatan melalui pengurangan terhadap biaya transaksi. De 2010 menjelaskan bahwa terdapat tiga cara bagaimana kualitas institusi memengaruhi pendapatan. Pertama, mengurangi asimetris informasi melalui pemberian informasi oleh institusi mengenai keadaan, barang, dan pelaku di pasar secara simetris. Kedua, mengurangi resiko, yaitu institusi yang baik akan menjamin hak intelektual property rights. Dan ketiga, adanya pembatasan terhadap kepentingan kelompok tertentu melalui akuntabilitas. Tingkat Pendapatan Keunggulan komparative, skala ekonomi, teknologi Informasi asimetris, risk premium , kekuatan politik dan kepentingan kelompok Daya tarik Infrastruktur Produktivitas pertanian pasar Jarak ke pasar Pengetahuan, sumber daya, preferensi Integrasi InstitusiTata Kelola Keterbukaan, kompetisi, less rent Geografis Endowments , resource curse Sumber: De 2010 Gambar 2 Determinan pendapatan 16 Pengaruh tidak langsung tata kelola pemerintahan melalui jalur infrastruktur adalah bahwa dengan tata kelola pemerintahan yang baik, maka akan ada keberpihakan political will dalam pemanfaatan pengetahuan dan sumber daya untuk mendorong peningkatan infrastruktur. Selain itu tata kelola pemerintahan yang baik akan meningkatkan kualitas infrastruktur karena tidak banyak kebocoran alokasi sumber daya yang disebabkan oleh para pencari rente. Sehingga dengan infrastruktur yang baik maka akan meningkatkan keunggulan komparative, meningkatkan efisiensi sehingga tercapai skala ekonomi, dan infrastruktur sebagai representasi dari kemajuan teknologi. Litvack et al. 1998 berpendapat bahwa pelayanan publik yang paling efisien seharusnya diselenggarakan oleh wilayah yang jarak geografis yang paling minimum, karena: 1. Pemerintah lokal sangat menghayati kebutuhan masyarakatnya; 2. Keputusan pemerintah lokal sangat responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga mendorong pemerintah lokal untuk melakukan efisiensi dalam penggunaan dana yang berasal dari masyarakat; 3. Persaingan antar daerah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakatnya akan mendorong pemerintah lokal untuk meningkatkan inovasinya. Namun, Vazques dan McNab 1997 mengingatkan bahwa terdapat beberapa hal yang dapat menghambat pencapaian tujuan desentralisasi, seperti: birokrasi yang dikuasai oleh elit lokal, meningkatnya praktek korupsi di pemerintahan lokal, dan terbatasnya kapasitas birokrasi lokal. Ketiga hambatan tersebut mencerminkan bahwa birokrasi atau tata kelola pemerintahan mempunyai peranan penting dalam pencapaian desentralisasi secara umum. Hal ini juga dikemukakan oleh Gerittsen 2009, bahwa booming infrastruktur antara tahun 2009-2015 akan menghasilkan pemenang dan pecundang. Pecundang akan menyia-nyiakan kesempatan yang ada dengan mengorupsi belanja infrastruktur dan kurangnya kapasitas. Sedangkan pemenang akan menciptakan mesin pertumbuhan baru bagi generasi selanjutnya melalui energi terbarukan, dan daya saing global dibidang kesehatan dan pendidikan. Terdapat sejumlah kebijakan nasional dan daerah yang berkaitan erat dengan kualitas jalan diantaranya adalah peraturan mengenai pengadaan barang