Kualitas Peraturan Daerah Tata Kelola Pemerintahan di Indonesia

Ta rg et M D G s R u mah tangg a 67 lebih tinggi tiga kali dibandingkan dengan aksesibilitas jalan kabupatenkota di luar Jawa. Hasil uji beda rata-rata mendukung kesimpulan tersebut Tabel 10.

4.2.2 Infrastruktur Air Bersih

Air bersih merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, sehingga pemenuhannya memerlukan perhatian dan campur tangan pemerintah sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33. Penyediaan infrastruktur air bersih berkaitan dengan aspek-aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi, sektor air bersih dituntut menyesuaikan diri dengan kaidah-kaidah ekonomi dalam rangka memandu alokasi sumber daya air dan mendorong terselenggaranya sektor usaha selayaknya corporate yang profesional, berperilaku efisien, dan menghasilkan manfaat bagi sektor ekonomi lainnya. Dalam aspek sosial, sektor air bersih berhubungan dengan nilai-nilai sosial yang harus diaspirasikan dalam pembangunan serta kedudukannya sebagai sektor publik yang paling mendasar. Sedangkan dalam aspek lingkungan, sektor air bersih berhadapan dengan implikasi yang bernuansa sosial dan memengaruhi alokasi sumber daya air. Sinergi antara aspek lingkungan dan sosial dapat menentukan perilaku pengelolaan sumber daya air dan permintaan air bersih Nugroho 2003. 80,00 68,87 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: BPS diolah Gambar 9 Persentase rumah tangga yang mempunyai akses air minum layak 1993-2010 Indonesia memasukkan akses air minum layak bagi rumah tangga sebagai salah satu indikator MDGs, yang ditargetkan pada tahun 2015 mencapai 68,87 68 persen. Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran danatau terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan. Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air yang jarak antara sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 meter dan atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber tersebut antara lain mencakup sumur galian yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangkidrum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasidrainase. Air kemasan dianggap sebagai sumber air minum layak hanya jika rumah tangga yang bersangkutan menggunakannya untuk memasak dan menjaga kebersihan tubuh, dan di Indonesia penggunaan air kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait aspek keberlanjutannya Bappenas 2010. Persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum layak di Indonesia secara umum meningkat secara landai dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 44,19 persen pada tahun 2010 Gambar 9. Untuk itu, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target MDGs, yaitu 68,87 persen. Gambar 10 menunjukkan bahwa secara absolut jumlah rumah tangga yang mempunyai akses air minum layak meningkat dari 17,34 juta rumah tangga tahun 2000 menjadi 26,12 juta rumah tangga pada tahun 2010. Artinya selama sebelas tahun terakhir terjadi peningkatan rumah tangga yang dapat mengakses air minum layak kurang dari 9 juta rumah tangga, padahal selama periode yang sama terjadi rumah tangga bertambah hampir 13 juta rumah tangga. Hal ini menggambarkan bahwa upaya peningkatan akses air minum layak masih kalah cepat dibandingkan dengan pertambahan rumah tangga. Sehingga walaupun secara persentase rumah tangga yang mempunyai akses air layak pada tahun 2010 naik dibandingkan tahun 2000, yaitu naik dari sekitar 37,5 persen menjadi 44,2 persen, namun jika dibandingkan dengan persentase rumah tangga dengan air minum layak periode 2001-2009 justru mengalami penurunan.