Infrastruktur Listrik Penyediaan Infrastruktur di Indonesia

78 Tabel 13 Nilai korelasi infrastruktur jalan dengan variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha tahun 2010 Variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha Infrastruktur Jalan Air Listrik Q61: Keberadaan forum komunikasi 0,094 0,189 0,172 Q62R1: Kepala daerah memberi solusi 0,057 0,037 0,056 Q62R2: Solusi sesuai dengan harapan 0,041 0,037 0,005 Q62R3: Institusi terkait menindaklanjuti 0,068 0,042 -0,005 Q64R1: Pemda mengerti kebutuhan 0,106 0,040 0,082 Q64R2: Mendiskusikan kebijakan publik 0,080 0,043 0,072 Q64R3: Mendiskusikan permasalahan 0,116 0,049 0,034 Q64R5: Penyediaan fasilitas pendukung 0,118 0,088 0,094 Q71: Hambatan keseluruhan isu interaksi Pemda -0,028 -0,170 -0,016 dengan pelaku usaha Keterangan: , dan masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10 dan 1. Sumber: Data olahan Adanya pengertian Pemda akan kebutuhan pelaku usaha diharapkan akan meningkatkan respon Pemda dengan mengeluarkan kebijakan yang mendukung dunia usaha. Sedangkan adanya diskusi akan permasalahan yang dihadapi oleh pelaku usaha juga diharapkan akan dapat dicarikan solusi bersama untuk mengatasinya sehingga kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar. Pemberian fasilitas dari Pemda yang mendukung dunia usaha, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan output dan PDRB per kapita meningkat. Ketentuan mengenai fasilitas dukungan terhadap dunia usaha diatur di dalam Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, sebagaimana telah dilakukan dua kali perubahan, yaitu melalui Peraturan Presiden No. 13 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, dan perubahan kedua melalui Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Menurut peraturan presiden tersebut, terdapat tiga fasilitas kunci yang telah disediakan, yaitu: i Dana Tanah the Land Funds merupakan dana yang dialokasikan untuk membantu investor dalam pembiayaan pengadaan tanah dan untuk mengatasi masalah ketidakpastian harga tanah., ii Pembiayaan 79 Infrastruktur the Infrastructure Fund, iii Dana Penjaminan the Guarantee Fund . Ketiga fasilitas tersebut telah berdiri dan beroperasi secara penuh dalam mendukung program Kerjasama Pemerintah Swasta KPS. Oleh karena itu, semakin banyak pemberian fasilitas yang mendukung dunia usaha, maka akan membantu kinerja perusahaan sehingga perusahaan bekerja dengan lebih efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat daerah. Kapasitas dan Integritas Kepala Daerah Kinerja pemerintahan, selain dipengaruhi oleh terlembaganya suatu sistem, juga tergantung pada pejabat pemerintah yang menjalankannya. Suatu sistem yang sudah terlembaga dengan baik dapat memberikan batas dan rambu-rambu yang kuat untuk meminimalisasi penyimpangan para pejabat pelaksananya. Namun dalam suatu sistem yang lemah, peran para pejabat yang melaksanakannya bisa mengabaikan sistem yang ada. Beberapa studi menunjukkan temuan tentang pentingnya peran kepala daerah bupatiwalikota dalam tata kelola pemerintahan. Hasil studi JPIP tahun 2007 di Jawa Timur menemukan bahwa pengambil keputusan utama lahirnya inovasi daerah berada di tangan kepala daerah hingga mencapai 73 persen. Namun, berdasarkan nilai korelasi pearson pada Tabel 14, diketahui bahwa tidak ada satu pun varibel integritas dan kapasitas kepala daerah yang berkorelasi nyata terhadap infrastruktur jalan, air, dan listrik. Hal ini diduga karena hubungan antara integritas dan kapasitas tidak berdiri sendiri, tetapi bergantung pada variabel struktural lainnya, seperti potensi wilayah dan APBD. Kepala daerah pada intinya hanya sebagai pengelola suatu daerah. Untuk pengembangan infrastruktur, seperti jalan, yang sifatnya barang publik, kepala daerah akan sangat bergantung kepada besaran APBD yang dikelolanya. Semakin besar APBD yang dikelolanya, dengan integritas dan kapasitasnya akan meningkatkan keberpihakan sehingga alokasi belanja infrastruktur jalan juga semakin besar. Namun jika APBD yang dikelolanya kecil, walaupun kepala daerahnya berintegritas tentunya akan mengalami kendala pendanaan, apalagi banyak alokasi lain yang juga urgen untuk kesejahteraan masyarakat. Sehingga kepala daerah yang berintegritas dan 80 berkapasitas merupakan syarat perlu pembangunan infrastruktur, dan masih bergantung pada faktor lainnya. Tabel 14 Korelasi infrastruktur dengan variabel-variabel integritas dan kapasitas kepala daerah tahun 2010 Variabel kapasitas dan integritas kepala daerah Infrastruktur Jalan Air Listrik Q79R1: Pemahaman kepala daerah mengenai persoalan pelaku usaha Q79R2: Pejabat daerah ditunjuk berdasarkan keterampilan yang relevan Q79R3: Kepala daerah tegas terhadap tindakan pemberantasan korupsi Q79R4: Kepala daerah tidak melakukan tindakan korupsi Q79R5: Kepala daerah merupakan figur pemimpin yang kuat Q82: Dampak keseluruhan kapsitas dan integritas 0,081 0,069 0,094 0,002 0,071 0,070 0,032 0,075 0,011 0,017 -0,058 0,022 0,031 0,104 0,079 0,029 0,017 0,082 kepala daerah Sumber: Data olahan Kebijakan Infrastruktur Akses infrastruktur yang digunakan dalam penelitian ini sejalan dengan penilaian pelaku usaha mengenai kondisi infrastruktur di daerah. Artinya, semakin baik tingkat akses masing-masing infrastruktur juga dinilai semakin bagus kondisi infrastrukturnya oleh para pelaku usaha. Hal ini ditunjukkan dengan nilai korelasi positif dan signifikan antara ketiga jenis infrastruktur yang dikaji dengan variabel kondisi infrastruktur Tabel 15. Hubungan searah dan nyata antara infrastruktur fisik dan persepsi pelaku usaha memperkuat kualitas data yang digunakan. Tabel 15 Korelasi infrastruktur dengan variabel-variabel kebijakan infrastruktur tahun 2010 Variabel kebijakan infrastruktur Infrastruktur Jalan Air Listrik Q114a: Kondisi infrastruktur 0,158 0,305 0,243 Q114b: Lama perbaikan -0,099 -0,091 -0,002 Q106: Pemakaian genset -0,132 Q108: Lama pemadaman listrik -0,254 Keterangan: dan masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 5 dan 1. Sumber: Data olahan 81 Indeks Tata Kelola Pemerintahan Secara agregat tata kelola pemerintahan berhubungan positif dengan penyediaan infrastruktur, seperti terlihat pada Tabel 16. Adapun dari tiga aspek tata kelola yang diduga berhubungan dengan infrastruktur hanya aspek kebijakan infrastuktur yang berkorelasi nyata secara statistik. Tabel 16 Korelasi infrastruktur dengan indikator tata kelola tahun 2010 Indikator Infrastruktur Jalan Air bersih Listrik Interaksi Pemda denga pelaku usaha 0,089 -0,007 0,015 Kapasitas dan integritas kepala daerah 0,025 0,038 0,038 Kebijakan infrastruktur 0,171 0,207 0,309 Indeks tata kelola pemerintahan 0,157 0,157 0,172 Keterangan: , , masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10, 5, dan 1. Sumber: Data olahan

5.2 Hubungan Tata Kelola Pemerintahan dengan Pertumbuhan Ekonomi

di Indonesia Akses Lahan dan Kepastian Hukum Berdasarkan Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu pun variabel akses lahan yang berhubungan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena masalah akses lahan belum menjadi masalah utama bagi pelaku usaha, apalagi untuk keperluan tempat usaha masih bisa dilakukan dengan cara sewa. Selain itu, dengan perkembangan teknologi beberapa jenis usaha tidak memerlukan lahan yang luas. Walaupun terdapat permasalahan akses lahan, pelaku usaha masih tetap dapat menjalankan usahanya, sehingga perekonomian tetap tumbuh. Tabel 17 Korelasi akses lahan dan kepastian hukum dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 Variabel akses lahan dan kepastian hukum Korelasi Pearson Q31: Lama penyelesaian sertifikat tanah -0,016 Q34: Kemudahan memperoleh tanah -0,046 Q38: Persepsi tidak ada penggusuran -0,091 Q40: Persepsi tidak ada konflik tanah 0,023 Q42: Hambatan keseluruhan isu tanah dan kepastian hukum -0,016 Sumber: Data olahan 82 Perizinan Usaha Tabel 18 menunjukkan bahwa hanya dua variabel aspek perizinan usaha yang berkorelasi positif dan signifikan dengan pertumbuhan ekonomi, yaitu: banyaknya kepemilikan TDP dan pengetahuan mengenai adanya mekanisme pengaduan. Banyaknya kepemilikan TDP dapat mengindikasikan kemudahan pengurusan izin usaha sehingga akan mendorong investor untuk membuka usahanya di daerah, yang pada akhirnya akan mendongkrak perekonomian daerah tersebut. Keberadaan mekanisme pengaduan dapat mengatasi permasalahan perizinan yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Semakin banyak pelaku usaha yang mengetahui adanya mekanisme pengaduan maka pelaku usaha akan mengetahui kemana harus mengadu apabila mengalami kendala dalam pengurusan perizinan. Hal ini akan memudahkan penyelesaian permasalahan perizinan yang dihadapi, sehingga akan memperlancar kegiatan investasi yang pada akhirnya akan mendorong perekonomian. Tabel 18 Korelasi perizinan usaha dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 Variabel perizinan usaha Korelasi Pearson Q50aR1: Persentase perusahaan yang memiliki TDP 0,251 Q51cR1: Persepsi kemudahan perolehan TDP -0,069 Q51dR1: Rata-rata waktu perolehan TDP 0,045 Q52cR1: Persepsi tingkat biaya yang memberatkan usaha -0,090 Q54R1: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah bebas KKN 0,016 Q54R2: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah efisien -0,001 Q54R3: Persepsi bahwa pelayanan izin usaha adalah bebas pungli 0,027 Q57: Persentase yang mengetahui adanya mekanisme pengaduan 0,224 Q59: Persepsi tingkat hambatan izin usaha terhadap usahanya -0,050 Keterangan: , , masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10, 5, dan 1. Sumber: Data olahan Interaksi Pemerintah Daerah dengan Pelaku Usaha Terdapat enam variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha yang signifikan Tabel 19. Keberadaan forum komunikasi, adanya solusi dari kepala daerah, adanya tindak lanjut dari instansi terkait terhadap solusi yang diberikan, adanya pengertian Pemda akan kebutuhan pelaku usaha, adanya pelibatan pelaku usaha dalam pembuatan kebijakan publik, dan pemberian fasilitas pendukung bagi para pelaku usaha berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan ekonomi. 83 Tabel 19 Korelasi interaksi pemerintah daerah-pelaku usaha dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 Variabel interaksi Pemda dengan pelaku usaha Korelasi Pearson Q61: Keberadaan forum komunikasi 0,245 Q62R1: Kepala daerah memberikan solusi pelaku usaha 0,117 Q62R2: Solusi sesuai dengan harapan pelaku usaha 0,090 Q62R3: Institusi Pemda terkait menindaklanjuti 0,108 Q64R1: Pemda mengerti kebutuhan pelaku usaha 0,120 Q64R2: Mendiskusikan kebijakan publik 0,145 Q64R3: Mendiskusikan permasalahan pelaku usaha 0,068 Q64R4: Mendiskusikan permasalahan pelaku usaha -0,020 Q64R5: Penyediaan fasilitas pendukung pelaku usaha 0,063 Q66: Kebijakan Pemda mendorong iklim investasi 0,131 Q67: Kebijakan non-diskriminatif -0,119 Q68R1: Pemda tidak meningkatkan biaya usaha 0,011 Q68R2: Pemda tidak meningkatkan ketidakpastian usaha 0,056 Q71: Keseluruhan isu interaksi Pemda dengan pelaku usaha -0,055 Keterangan: , , masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10, 5, dan 1. Sumber: Data olahan Keberadaan forum komunikasi menjadi prasarana pelaku usaha untuk menyampaikan keluhannya terkait dengan hambatan usaha yang dihadapinya. Jika forum komunikasi ini efektif maka keluhan dan masukan dari pelaku usaha akan mendorong lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih memihak kepada kepentingan dunia usaha. Adanya solusi yang diberikan oleh kepala daerah terhadap setiaap permasalahan pelaku usaha juga akan mendukung berkembangnya dunia usaha. Tentu saja solusi yang diberikan oleh kepala daerah ini hanya akan efektif jika ada tindak lanjut dari instansi terkait. Untuk itu diperlukan pengawasan langsung oleh kepala daerah kepada setiap instansi agar setiap keputusan yang diambil dapat berjalan. Salah satu ciri tata kelola pemerintahan yang baik adalah adanya pelibatan masyarakat dapat pembuatan kebijakan publik. Hal ini untuk memastikan bahwa setiap kebijakan yang diambil sesuai dengan aspirasi masyarakat, sehingga kebijakan tersebut efektif dan dapat dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat, dalam hal ini pelaku usaha. Selain itu usaha yang dilakukan oleh Pemda untuk meningkatkan investasi seperti mengikuti pameran dapat mendorong invaetasi yang akan menggerakkan perekonomian. 84 Program Pengembangan Usaha Swasta Berdasarkan hasil korelasi Perason pada Tabel 16, terlihat bahwa tidak ada variabel PPUS yang berhubungan secara signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini diduga karena informasi mengenai adanya PPUS tidak diketahui oleh para pelaku usaha. Secara rata-rata hanya sekitar 68 persen pelaku usaha yang mengetahui adanya PPUS. Bahkan terdapat 28 kabupatenkota yang pelaku usahanya sama sekali tidak mengetahui bahwa Pemda setempat mempunyai PPUS, beberapa diantaranya: Kabupaten Solok, Kota Solok, Kota Pariaman, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Pringsewu. Tabel 20 Korelasi program pengembangan usaha swasta dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2010 Variabel program pengembangan usaha swasta Korelasi Pearson Q73a: Tingkat pengetahuan akan keberadaan PPUS 0,020 Q73b: Tingkat partisipasi dalam PPUS 0,100 Q74a: Tingkat manfaat PPUS terhadap pelaku usaha 0,039 Q75: Dampak PPUS terhadap kinerja perusahaan 0,020 Keterangan: , , masing-masing merupakan tingkat signifikansi taraf 10, 5, dan 1. Sumber: Data olahan Minimnya manfaat dan keikutsertaan PPUS ini perlu menjadi bahan untuk dievaluasi. Sedikitnya peserta dari perusahaan yang ikut dalam program pengembangan tersebut dapat terjadi karena terbatasnya informasi mengenai program atau mungkin besarnya biaya yang dikenakan untuk mengikuti program tersebut. Selain itu, kurang bermanfaatnya program ini dapat disebabkan oleh penyelenggaraan program yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan oleh para pelaku usaha. Oleh karena itu, wajar jika PPUS yang diselenggarakan oleh Pemda memiliki tingkat partisipaasi dan manfaat yang rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keberadaan PPUS tidak mempunyai pengaruh terhadap pelaku usaha, sehingga tidak berdampak bagi pengembangan usaha dan peningkatan output secara keseluruhan, sehingga tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kapasitas dan Integritas Kepala Daerah Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa hanya dua variabel integritas dan kapasitas kepala daerah yang mempunyai hubungan yang signifikan. Varibel