Variabel Wilayah
Statistik Deskriptif
Luar Jawa 199
96,44 6,33
-1,87 0,06
54 terhadap ketepatan waktu polisi dalam menangani demonstrasi buruh mencapai
87 persen, sementara dalam meminimalisasi kerugian pelaku usaha adalah 84 persen. Sama halnya dengan kualitas penanganan masalah kriminal, semakin
kecil skala usaha semakin tinggi tingkat kepercayaannya kepada polisi. Perlu dicatat bahwa demonstrasi buruh tidak terjadi di semua daerah, tetapi hanya pada
daerah-daerah tertentu yang banyak industrinya. Tabel 7 Perbandingan variabel-variabel keamanan dan penyelesaian konflik
menurut wilayah administrasi dan geografisnya tahun 2010
Uji beda rata-rata N
Mean Std. Dev.
t p-value
Q118bR1: Tingkat kejadian
Kab. 202
3,57 3,63
2,22 0,03
pencurian di tempat usaha
Q120R1: Polisi bertindak tepat waktu
Q120R2: Solusi menguntungkan pelaku
usaha Q120R3: Solusi polisi
meminimalisir kerugian usaha
Kota 43
2,81 1,51
Luar Jawa 199
3,32 2,99
-1,13 0,26
Jawa 46
3,94 4,66
Kab. 202
78,32 16,89
0,55 0,59
Kota 43
77,20 10,99
Luar Jawa 199
78,71 16,24
1,19 0,24
Jawa 46
75,60 14,82
Kab. 202
74,86 18,35
1,30 0,20
Kota 43
71,70 13,53
Luar Jawa 199
75,79 16,94
2,77 0,01
Jawa 46
67,91 19,18
Kab. 202
73,46 18,50
0,17 0,86
Kota 43
73,02 14,00
Luar Jawa 199
74,18 17,19
1,46 0,15
Jawa 46
69,94 19,95
Q121R1: Polisi tepat waktu
Kab. 197
82,00 18,23
-0,01 0,99
dalam menangani demosntrasi buruh
Q121R2: Solusi polisi meminimalisir waktu dan
biaya Q122: Keseluruhan
Kota 43
82,02 16,76
Luar Jawa 194
82,46 18,61
0,81 0,42
Jawa 46
80,08 14,78
Kab. 197
77,09 20,21
-0,12 0,90
Kota 43
77,48 17,79
Luar Jawa 194
77,05 19,94
-0,18 0,86
Jawa 46
77,64 19,21
Kab. 202
97,14 5,43
2,88 0,00
keamanan dan penyelesaian
Kota 43
94,36 7,13
masalah Jawa
46 97,57
2,74
Sumber: KPPOD diolah
55
4.1.7 Biaya Transaksi
Biaya transaksi adalah pembayaran yang harus dikeluarkan oleh pelaku usaha yang dianggapnya sebagai beban biaya dalam menjalankan operasional
perusahaannya baik yang resmi maupun tidak resmi. Biaya resmi meliputi pembayaran sejumlah nilai nominal tertentu dalam satuan rupiah oleh perusahaan
kepada Pemda dengan disertai bukti tertulis yang jumlahnya sesuai antara yang tertera di bukti pembayaran tersebut dengan peraturan resmi yang ada. Pungutan
resmi daerah meliputi pajak, retribusi, dan sumbangan pihak ketiga SP3 dengan definisi dan contoh sebagai berikut:
1. Pajak Daerah Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan
dalam hal ini perusahaan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang berdasarkan
perundang-undangan yang
berlaku, yang
digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah Peraturan Pemerintah RI Nomor 65 Tahun 2001. Contoh pajak daerah yaitu
pajak penerangan jalan, pajak reklame, dan pajak restoran dan hotel. 2. Retribusi daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan Peraturan Pemerintah RI Nomor 66 Tahun 2001. Contoh retribusi daerah yaitu retribusi
sewa tempat di pasar milik Pemda, retribusi kebersihan di pasar milik Pemda, retribusi parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh Pemda, dan retribusi
sejenis lainnya. 3. Sumbangan Pihak Ketiga SP3
Sumbangan Pihak Ketiga SP3 yang resmi adalah sejumlah pembayaran yang diberikan oleh perusahaan kepada Pemda atas dasar adanya Peraturan
Daerah atau Surat Keputusan BupatiWalikota. Contoh sumbangan pihak ketiga yaitu sumbangan wajib pengusaha sektor perkebunan, sumbangan wajib
pengusaha sektor industri seperti nilai tertentu pada setiap unit hasil produksi: Rp 5,00 per kg buah sawit segar dan sumbangan wajib pengusaha sektor jasa.
56 Keluhan yang sering dikemukakan oleh kalangan bisnis adalah tingginya
pajak dan retribusi pengguna di daerah yang harus mereka bayar. Bentuknya bermacam-macam. Pemerintah daerah biasanya membebankan pajak listrik
daerah, juga pajak hotel dan restoran. Di samping itu, mereka berhak menarik retribusi pengguna untuk sejumlah besar layanan peraturan daerah, bahkan ketika
kadangkala tidak ada layanan yang sungguh-sungguh diberikan. Aspek biaya transaksi dinilai dari empat variabel, yaitu:
1. Tingkat keringanan retribusi daerah. 2. Tingkat keringanan pajak daerah.
3. Pembayaran donasi ke Pemda. 4. Tingkat keringanan donasi resmi terhadap Pemda.
5. Tingkat keringanan donasi tidak resmi terhadap Pemda. 6. Tingkat pembayaran biaya informal pelaku usaha terhadap polisi.
7. Tingkat keseluruhan biaya transaksi Pelaku usaha secara umum menilai tingkat retribusi maupun pajak daerah
tidak memberatkan. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 8, sekitar 90 persen pelaku usaha yang menilai biaya retribusi dan pajak daerah tidak memberatkan. Tingkat
retribusi dan pajak daerah kabupaten dinilai lebih ringan dibandingkan di kota, walaupun secara statistik perbedaan keduanya tidak signifikan. Tingkat donasi
yang dibayarkan ke pemerintah daerah secara rata-rata di kabupaten sebesar Rp.2,5 juta per tahun dan di kota Rp.3 juta per tahun.
Tingkat pembayaran donasi tidak resmi dinilai lebih memberatkan dibandingkan donasi resmi yang diberlakukan oleh Pemda. Hal ini lah yang
menyebabkan ekonomi biaya tingkat tinggi yang dikeluhkan oleh pelaku usaha. Selain pungutan resmi, pelaku usaha juga dibebani berbagai pembayaran
tambahan untuk biaya keamanan. Biaya yang ilegal ini dibayarkan kepada oknum polisi, tentara, organisasi kemasyarakatan dan preman, sehingga menambah
beban biaya yang harus ditanggung perusahaan. Terutama bagi pelaku usaha yang terlibat dalam transportasi, pungutan ilegal oleh pihak-pihak tersebut
menjadi beban yang tidak ringan, bila ditambahkan dengan pungutan resmi yang sudah dikenakan oleh aparat pemerintah yang bersangkutan. Sebuah studi kasus
yang dilakukan di NTT pada 2010 menemukan bahwa komponen biaya yang
Variabel Wilayah
Statistik Deskriptif 57
harus ditanggung truk pengangkut barang pada beberapa rute bisa mencapai 17 persen dari total biaya transportasi darat, termasuk 12 persen adalah pungutan
resmi retribusi, izin masuk pelabuhan, parkir, SP3, sisanya 5 persen berupa pungutan liar.
Tabel 8 Perbandingan variabel-variabel biaya transaksi menurut wilayah administrasi dan geografisnya tahun 2010
Uji beda rata-rata N
Mean Std. Dev.
t p-value
Q84cR1: Tingkat hambatan
Kab. 194
92,56 10,15
2,31 0,02
retribusi daerah Kota
43 88,53
11,18 Luar Jawa
191 92,14
10,63 0,94
0,35 Jawa
46 90,53
9,61 Q84cR2:
Tingkat hambatan Kab.
197 91,26
10,43 3,52
0,00 pajak daerah
Q86a: Pembayaran donasi ke Pemda juta rupiah
Kota 43
84,95 11,63
Luar Jawa 194
90,44 10,95
0,90 0,37
Jawa 46
88,82 10,70
Kab. 144
2,51 5,67
-0,51 0,61
Kota 36
3,04 5,51
Luar Jawa 143
2,42 5,20
-0,91 0,36
Jawa 37
3,36 7,08
Q86cR1: Tingkat hambatan
Kab. 153
86,68 20,97
0,59 0,56
donasi resmi Kota
37 84,35
24,67 Luar Jawa
151 86,56
21,32 0,42
0,68 Jawa
39 84,94
23,32 Q86cR2:
Tingkat hambatan Kab.
128 72,14
35,26 0,09
0,93 donasi tidak resmi
Q90bR1: Tingkat pembayaran biaya informal
pelaku usaha terhadap polisi
Q92: Tingkat hambatan biaya transaksi terhadap
kinerja perusahaan Kota
38 71,57
32,03 Luar Jawa
126 71,77
34,77 -0,16
0,88 Jawa
40 72,76
33,86 Kab.
159 80,56
25,49 0,50
0,62 Kota
42 78,99
15,40 Luar Jawa
159 82,18
23,39 2,29
0,02 Jawa
42 72,85
23,75 Kab.
202 96,44
5,32 2,69
0,01 Kota
43 94,09
4,45 Luar Jawa
199 96,14
5,21 0,69
0,49 Jawa
46 95,54
5,45
Sumber: KPPOD diolah