Indeks Tata Kelola Pemerintahan Daerah

68 persen. Sumber air minum yang layak meliputi air minum perpipaan dan air minum non-perpipaan terlindung yang berasal dari sumber air berkualitas dan berjarak sama dengan atau lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran danatau terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber air minum layak meliputi air leding, keran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung, serta air hujan. Sumber air minum tak layak didefinisikan sebagai sumber air yang jarak antara sumber air dan tempat pembuangan kotoran kurang dari 10 meter dan atau tidak terlindung dari kontaminasi lainnya. Sumber tersebut antara lain mencakup sumur galian yang tak terlindung, mata air tak terlindung, air yang diangkut dengan tangkidrum kecil, dan air permukaan dari sungai, danau, kolam, dan saluran irigasidrainase. Air kemasan dianggap sebagai sumber air minum layak hanya jika rumah tangga yang bersangkutan menggunakannya untuk memasak dan menjaga kebersihan tubuh, dan di Indonesia penggunaan air kemasan tidak dikategorikan sebagai sumber air minum layak terkait aspek keberlanjutannya Bappenas 2010. Persentase rumah tangga yang mempunyai akses terhadap sumber air minum layak di Indonesia secara umum meningkat secara landai dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 44,19 persen pada tahun 2010 Gambar 9. Untuk itu, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target MDGs, yaitu 68,87 persen. Gambar 10 menunjukkan bahwa secara absolut jumlah rumah tangga yang mempunyai akses air minum layak meningkat dari 17,34 juta rumah tangga tahun 2000 menjadi 26,12 juta rumah tangga pada tahun 2010. Artinya selama sebelas tahun terakhir terjadi peningkatan rumah tangga yang dapat mengakses air minum layak kurang dari 9 juta rumah tangga, padahal selama periode yang sama terjadi rumah tangga bertambah hampir 13 juta rumah tangga. Hal ini menggambarkan bahwa upaya peningkatan akses air minum layak masih kalah cepat dibandingkan dengan pertambahan rumah tangga. Sehingga walaupun secara persentase rumah tangga yang mempunyai akses air layak pada tahun 2010 naik dibandingkan tahun 2000, yaitu naik dari sekitar 37,5 persen menjadi 44,2 persen, namun jika dibandingkan dengan persentase rumah tangga dengan air minum layak periode 2001-2009 justru mengalami penurunan. Juml ah ru mahta n g g a uni t 69 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 Jumlah rumah tangga Jumlah rumah tangga dengan akses air layak - 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: BPS diolah Gambar 10 Perkembangan rumah tangga yang mempunyai akses air minum layak 2000-2010 Sebagai implementasi tanggung jawab penyediaan air bersih, pemerintah mendirikan Perusahaan Air Minum Daerah PDAM yang merupakan satu- satunya lembaga ekonomi penyelenggara dan penyedia air bersih di Indonesia. Implikasinya, kinerja PDAM menjadi penting sebagai tolak ukur bagi keberhasilan kebijakan air bersih. Pada tahun 2010, terdapat 402 unit PDAM di Indonesia, yang berarti belum semua kabupatenkota memiliki PDAM. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab masih rendahnya cakupan PDAM, yaitu baru sekitar 24 persen. Alasan lainnya adalah masih rendahnya kualitas kinerja perusahaan, karena dari 402 unit PDAM hanya sebanyak 103 perusahaan yang dinyatakan sebagai perusahaan sehat, adapun yang lainnya 115 kurang sehat, 119 tidak sehat, dan 65 belum dilakukan penilaian Perpamsi 2010. Gambar 11 menunjukkan bahwa volume air bersih yang disalurkan oleh PDAM secara umum meningkat dua kali lipat, dari sekitar 1,15 juta m 3 pada tahun 1995 menjadi 2,44 juta m 3 pada tahun 2010. Hal ini diduga karena pertambahan jumlah pelanggan, berkurangnya kuantitas dan kualitas air tanah, serta meningkatnya kesadaran penduduk akan pemenuhan air bersih.