Metode Pengumpulan Data TATA LAKSANA PENELITIAN

13 khususnya CO 2 dan CH 4 . Fokus dari tahap ini adalah sumber emisi atau energi yang digunakan dan jumlah yang dipergunakan pada industri tersebut. b Tahap Klasifikasi Sumber Emisi CO 2 dan CH 4 Classification Tahap klasifikasi merupakan tahapan setelah tahap perencanaan dan identifikasi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan emisi CO 2 dan CH 4 berdasarkan sumbernya. Berdasarkan sumbernya emisi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu emisi langsung direct emissions dan emisi tidak langsung indirect emissions. Tahap klasifikasi ini diperlukan untuk membedakan perhitungan emisi CO 2 dan CH 4 yang dihasilkan dari sumber yang berbeda-beda pula. c Tahap Identifikasi Data Gather Data Tahap identifikasi data merupakan tahap pengelompokan data menjadi dua bagian, yaitu data aktivitas dan faktor emisi. Dua bagian tersebut dibutuhkan untuk menghitung emisi CO 2 . Data aktivitas yang digunakan berupa data kuantitas yang berasal dari aktivitas yang menjadi sumber emisi secara langsung dan tidak langsung, sedangkan faktor emisi yang digunakan berdasarkan penggunaannya. d Tahap Menghitung Emisi Calculate the Emissions Tahap perhitungan emisi dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan sumber emisi GRK tersebut dan mengonversi nilai emisi GRK menjadi ekuivalen dengan emisi karbondioksida. Pengolahan dan analisis data untuk emisi GRK dilakukan dengan formulasi perhitungan emisi CO 2 Putt del Pino dan Bhatia 2002: Data aktivitas RPH PT Elders Indonesia, berupa data energi yang dikonsumsi yaitu listrik, solar, dan LPG. Perhitungan emisi dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan sumber emisi GRK tersebut dengan tetapan faktor emisi dari laporan IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change 2006. Perhitungan ini akan menghasilkan nilai dengan satuan ton CO 2 . Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, faktor emisi PLN untuk wilayah Jawa-Madura-Bali adalah sebesar 0,891 tCO 2 MWh MENLH 2009 maka perhitungan emisi yang dikeluarkan dari penggunaan listrik adalah sebagai berikut : Perhitungan emisi selain dari sumber listrik menggunakan faktor emisi berdasarkan setiap jenis bahan bakar yang terdapat pada Tabel 2. Faktor emisi yang digunakan pada penelitian ini adalah disajikan pada Tabel 5 berikut. 14 Tabel 5. Faktor Emisi berdasarkan Sumber Emisinya Sumber Emisi Faktor Emisi KgTJ CO 2 CH 4 N 2 O LPG 63.100 5 0,1 Solar 74.100 10 0,6 Emisi yang berasal dari penggunaan energi, akan dilakukan konversi terlebih dahulu terhadap data aktivitas ke dalam satuan energi, Tabel 6 merupakan konversi satuan energi berdasarkan bahan bakar yang digunakan sebagai sumber energi di RPH PT Elders Indonesia. Tabel 6. Konversi Satuan Energi Berdasarkan Bahan Bakar yang Digunakan Bahan Bakar Kalor Satuan Solar 10,7 kWhL 1187 Lton 12668 kWhton LPG Liquified Petroleum Gases 7,4 kWhL 1850 Lton 13721 kWhton Sumber: AZoCleantech Statistik Energi Digest Inggris 2005 Perhitungan emisi metana CH 4 peternakan dapat dilakukan dengan perhitungan yang berasal dari jumlah ternak per tahunnya dengan faktor emisi sebesar 47 kg CH 4 ekortahun untuk fermentasi pencernaan ternak sapi dan 1 kg CH 4 ekortahun, berikut adalah perhitungannya : Menurut IPCC 2002, Gas metana memiliki nilai GWP sebesar 23 dan gas nitrooksida memiliki GWP sebesar 293. GWP merupakan nilai yang relatif sama dengan CO 2 , maka konversinya sebagai berikut: Maka perhitungan emisi yang equivalen dengan emisi karbon yang adalah sebagai berikut : 15 e Tahap Opsi Penurunan Emisi Tahap penentuan opsi penurunan emisi merupakan tahap pemberian opsi-opsi yang dapat dilakukan perusahaan untuk menurunkan emisi karbon yang dihasilkan. Penentuan opsi ini dilakukan setelah sumber emisi dan jumlah emisi yang dihasilkan diketahui. f Tahap Analisa Finansial Tahap analisa finansial merupakan tahap perhitungan penurunan emisi secara ekonomi. Analisa ini dilakukan dengan menentukan keuntungan secara finansial yang akan didapatkan perusahaan jika melakukan opsi yang disarankan. g Tahap Penulisan Laporan Penulisan laporan prakiraan penurunan emisi merupakan laporan estimasi yang dibuat untuk membantu industri dalam mengimplementasikan penurunan emisi CO 2 . Laporan ini akan menjelaskan tahapan yang harus dilakukan RPH dalam upaya penurunan emisi CO 2 , opsi yang dapat dipilih untuk mengimplementasikan program tersebut, dan keuntungan yang didapatkan industri jika melakukan program ini.

C. ANALISA DATA

Analisis data dilakukan setelah pengolahan data selesai dilakukan, yaitu setelah semua emisi GRK diketahui berdasarkan sumbernya. Analisis dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan mempertimbangkan opsi yang dapat diberikan kepada RPH PT Elders Indonesia agar mudah diimplementasikan sehingga penurunan emisi GRK dapat dilakukan. IV. SEKILAS TENTANG RPH PT ELDERS INDONESIA

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERUSAHAAN

PT Elders Indonesia merupakan perusahaan penanaman modal asing yang bergerak di bidang peternakan, yaitu penggemukan feedlot dan Rumah Pemotongan Hewan RPH. Perusahaan ini berdiri di Indonesia pada tanggal 5 September 2000 dengan akte notaris No 3 dan pengesahan oleh Departemen Kehakiman No 1.861.HT.01.01 tanggal 9 Maret 2001. Bank Marsden Pty. Ltd dan PT Elders Limited merupakan pemegang saham perusahaan yang berada di Australia. Kantor pusat perusahaan ini berada di Wisma Raharja Lantai 8 Jalan TB Simatupang Kavling No 1 Cilandak, Jakarta Selatan, sedangkan RPH PT Elders Indonesia terletak di Jalan Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor. Perusahaan tersebut juga memiliki unit penggemukan sapi yang berada di KM 52 Trans Sumatra Highway Gunung Sugih, Lampung Tengah. RPH PT Elders Indonesia awalnya merupakan RPH tradisional yang dikelola oleh Fakultas Peternakan IPB, kemudian pada tahun 2000 pengelolaan RPH berpindah ke PT Ausi Fres Import Indonesia. Pada tahun 2002 pengelolaannya dialihkan kepada PT Celmor Perdana Indonesia yang merupakan cabang dari Celmor Company Australia. Pada tahun 2000, PT Elders Indonesia pertama kali bergerak dalam usaha penggemukan sapi feedlot yang diimport dari Australia. Waktu penggemukan berkisar antara 90-100 hari hingga mencapai spesifikasi yang diharapkan. Awalnya PT Elders Indonesia melakukan kerjasama dengan RPH PT Celmor Perdana Indonesia pada tahun 2005. Kerjasama yang dilakukan berupa jasa pemotongan ternak sapi di RPH yang dimiliki PT Celmor Perdana Indonesia. Pada 26 Juni 2006, terjadi pengalihan pengelolaan RPH sepenuhnya ke PT Elders Indonesia. Visi dari PT Elders adalah untuk menjadi tolak ukur bagi kualitas dan inovasi dalam usaha untuk mendukung perkembangan pertanian di Indonesia, sedangkan misi dari peursahaan ini adalah memperoleh yang terbaik dari Elders sebagai perusahaan dalam memberikan manfaat kepada Indonesia dan peningkatan industri pedesaan di negara ini. PT Elders akan melakukan misi tersebut dengan cara yang menguntungkan dan saling mendukung peserta lokal yang lain, staff dan masyarakat lokal yang akan mereka layani. Pendirian PT Elders Indonesia telah mendapatkan izin usaha tetap nomor 141Peternakan2004 yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal, izin mengoperasikan tempat pemotongan hewan, yaitu Nomor Kontrol Veteriner NKV No 524.72654-Kesmavet2006, dan sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia MUI nomor MUI 01014001230506. PT Elders Indonesia berkembang menjadi produsen penghasil daging sapi dengan produk berupa daging sapi chilled dengan merek Sterling. Perusahaan ini menerapkan sistem HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point dalam proses produksinya untuk menjaga kualitas produk yang mereka hasilkan. Selain itu persyaratan bangunan RPH juga telah memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 01-6159-1999.