59 Lampiran 9b. Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca dari Pengolahan Limbah Cair RPH PT Elders Indonesia
Pengujian COD
mgl Volume
m
3
F. Emisi kg CH
4
kg COD Emisi CH
4
kg Emisi CO
2
equiv. ton A
B C
D =AB10
3
10
6
C E = D2310
3
Juni 2010 891,67
50,15 0,21
9,39 0,216
April 2011 1956
50,15 0,21
20,60 0,474
Lampiran 10. Perhitungan Total Emisi dari Pengolahan Limbah Padat dan Cair
Tahun Emisi CH
4
ton Emisi CO
2
equiv. ton Total Emisi CH
4
equiv. CO
2
ton Limbah Padat
Limbah Cair Limbah Padat
Limbah Cair A
B C1 = A23
C2 = B23 D = C1+ C2
2010 0,527
0,0094 12,121
0,216 12,3372
2011 0,174
0,0206 4,002
0,474 4,4758
5 9
60 Lampiran 11a. Denah Area Kandang RPH PT Elders Indonesia dan Penggunaan Lampunya
27 lux 1 x 18 w
41 lux 1 x 18 w
116 lux 1 x 15 w
55 lux 1 x 18 w
73 lux 1 x 15 w
91 lux 1 x 38 w
41 lux 1 x 15 w
78 lux 1 x 15 w
38 lux 1 x 15 w
38 lux 1 x 15 w
119 lux 1 x 15 w
76 lux 1 x 15 w
6
61 Lampiran 11b. Denah Area Slaughter Floor RPH PT Elders Indonesia dan Penggunaan Lampunya
Bonning Room
1 2
5 lu
x 2
x 3
8 w
6 9
lu x
2 x
3 8
w 3
6 l
u x
1 x
3 8
w 6
5 lu
x 1
x 3
8 w
1 1
9 lu
x 2
x 3
8 w
1 lu
x 2
x 3
8 w
5 7
lu x
2 x
3 8
w
7 2
lu x
2 x
1 8
w 4
5 lu
x 1
x 3
8 w
5 8
lu x
1 x
3 8
w 6
lu x
1 x
3 8
w 56 lux
1 x 18 w
125 lux 2 x 38 w
42 lux 1 x 18 w
68 lux 1 x 38 w
75 lux 2 x 18 w
70 lux 2 x 18 w
63 lux 2 x 18 w
90 lux 2 x 18 w
85 lux 2 x 18 w
87 lux 2 x 18 w
87 lux 2 x 18 w
18 lux 1 x 15 w
2 1
7 lu
x 2
x 1
8 w
2 lu
x 2
x 1
8 w
52 lux 2 x 18 w
23 lux 1 x 15 w
28 lux 1 x 15 w
31 lux 1 x 15 w
39 lux 1 x 15 w
39 lux 1 x 15 w
23 lux 1 x 15 w
29 lux 1 x 15 w
29 lux 1 x 15 w
21 lux 1 x 15 w
80 lux 2 x 38 w
2 3
lu x
1 x
1 5
w 2
9 lu
x 1
x 1
5 w
2 9
lu x
1 x
1 5
w 2
3 lu
x 1
x 1
5 w
46 lux 1 x 38 w
103 lux 1 x 38 w
79 lux 1 x 18 w
6 1
62 Lampiran 11c. Denah Area Bonning dan Packing Room RPH PT Elders Indonesia dan Penggunaan Lampunya
Slaughter Floor
310 lux 2 x 38 w
265 lux 2 x 38 w
3 6
8 lu
x 2
x 3
8 w
227 lux 2 x 38 w
207 lux 2 x 38 w
2 2
2 lu
x 2
x 3
8 w
2 1
6 lu
x 2
x 3
8 w
3 8
lu x
2 x
3 8
w
3 5
5 lu
x 2
x 3
8 w
2 9
3 lu
x 2
x 3
8 w
3 4
4 lu
x 2
x 3
8 w
2 9
lu x
2 x
3 8
w
5 l
u x
1 x
1 5
w 4
7 l
u x
1 x
1 5
w 6
2 l
u x
1 x
1 5
w 5
2 l
u x
1 x
1 5
w 5
3 l
u x
1 x
1 5
w 7
4 l
u x
1 x
1 5
w 49 lux
1 x 18 w
168 lux 1 x 18 w
180 lux 1 x 38 w
176 lux 1 x 38 w
1 1
8 lu
x 1
x 3
8 w
6 8
lu x
1 x
1 8
w 6
6 lu
x 1
x 1
8 w
8 6
lu x
1 x
1 8
w 6
lu x
1 x
1 8
w 7
7 lu
x 1
x 1
8 w
7 6
lu x
1 x
1 8
w 1
1 5
lu x
1 x
3 8
w 35 lux
1 x 18 w
4 9
lu x
1 x
1 8
w 8
8 lu
x 2
x 1
8 w
27 lux 1 x 18 w
24 lux 1 x 18 w
34 lux 1 x 18 w
16 lux 1 x 18 w
34 lux 1 x 18 w
13 lux 1 x 18 w
26 lux 1 x 18 w
8 2
lu x
1 x
1 8
w 9
4 lu
x 1
x 1
8 w
6 2
63
L a
m pi
ra n
11 d
. D
ena h
A re
a O
ff ic
e R
oom RP
H P
T E
ld er
s In
d on
e si
a da
n P
en g
gu na
an L
a m
p u
n y
a
S ia
n g
H a
ri M
a la
m H
a ri
88 lux 1 x 15 w
60 lux 1 x 15 w
110 lux 1 x 15 w
102 lux 1 x 15 w
208 lux 1 x 15 w
230 lux 1 x 15 w
111 lux 1 x 15 w
209 lux 1 x 15 w
121 lux 1 x 15 w
60 lux 1 x 15 w
88 lux 1 x 15 w
60 lux 1 x 15 w
110 lux 1 x 15 w
102 lux 1 x 15 w
83 lux 1 x 15 w
180 lux 1 x 15 w
111 lux 1 x 15 w
98 lux 1 x 15 w
101 lux 1 x 15 w
80 lux 1 x 15 w
63
64 Lampiran 11e. Denah RPH PT Elders Indonesia dan Penerangan Lainnya
86 lux 1 x 38 w
3 2
lu x
1 x
1 5
w 58 lux 1 x 15 w
8 3
lu x
1 x
1 8
w 25 lux
1 x 15 w
19 lux 1 x 15 w
50 lux 1 x 15 w
48 lux 1 x 15 w
51 lux 1 x 15 w 75 lux
1 x 15 w 100 lux
1 x 15 w 75 lux
1 x 15 w 63 lux
1 x 15 w 167 lux
1 x 15 w
Trimming Room
Offal Packing
Parking Area G
e n
se t A
re a
Blood Handling Area Pasture II
Area
Carcass Chiller II
Carcass Chiller I
Boning Room
Pasture I Area
Offal Room
S la
u g
h te
r F
lo o
r
Packing Room
Carton Chiller
Office Area
M e
e tin
g R
o o
m
Maintainance Canteen
185 lux 1 x 38 w
Security 77 lux
1 x 15 w Laundry
85 lux 1 x 15 w
Parking Area
L o
a d
in g
R a
m p
Mosque 49 lux
1 x 15 w
1 9
lu x
1 x
1 5
w 25 lux
1 x 15 w 53 lux
1 x 38 w
5 lu
x 1
x 1
5 w
4 5
lu x
1 x
1 8
w 21 lux
1 x 15 w
F r
o n
t G
a
te B
a c
k G
a te
6 4
Lampiran 12. Desain Reaktor Biogas
6 5
65
KAJIAN POTENSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PADA RUMAH POTONG HEWAN
STUDI KASUS RPH PT ELDERS INDONESIA, BOGOR
SKRIPSI
IKA KARTIKA F34070092
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
THE STUDY POTENTION OF EMISSION GREENHOUSE GAS REDUCTION IN SLAUGHTER HOUSE CASE STUDY : SLAUGHTER HOUSE OF PT
ELDERS INDONESIA, BOGOR
Ika Kartika
Department of Agroindustrial Technology Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.
Phone 62 251 8624622, email: ikakartika90gmail.com
ABSTRACT
Slaughter house is one of the livestock industries that generate emissions of greenhouse gases from activities of their production, one of the emission gases is methane gas. Eco-efficiency in the
slaughter house is a business strategy in the production of cattle through the use of less energy and reduce livestock methane simultaneously. Reducing greenhouse gas emission its doing by calculate
the emissions from activity data and factor emission, with units of carbon dioxide equivalent, and collect the others data that could support the determination of emission reduction options.
Greenhouse gas emissions on slaughter house resulted by electricity, generators, and LPG Liquefied Petroleum Gases, as well as wastewater treatment and solid waste. The percentage of greenhouse
gas by slaughter house with capacity ± 900 cattle per month, are 98,2 from waste treatment and 1,8 from energy consumption. The recommended options can be given to reducing greenhouse gas
emissions are the use of solid and liquid waste to replace the gas consumption with biogas, the use of solid waste for composting process, efficiency use of lighting, and efficiency use of production
machinery. The most potentially option for reduce the greenhouse gas emissions are use of solid and
liquid waste for biogas which the reduce percentage amount of ± 69 and use of solid waste for composting process which the reduce percentage amount of ± 80,3.
Key Words : emission greenhouse gas reduction, less energy, slaughter house, biogas, composting .
Ika Kartika. F34070092. Kajian Potensi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pada Rumah
Pemotongan Hewan Studi Kasus : RPH PT Elders Indonesia, Bogor. Di bawah bimbingan Mohamad Yani. 2011.
RINGKASAN
Pemanasan global terjadi karena adanya emisi gas rumah kaca yang semakin meningkat setiap tahun. Industri peternakan merupakan salah satu sektor industri yang menghasilkan emisi gas
rumah kaca dari kegiatan produksinya. Industri peternakan menyebabkan 18 emisi global. Penurunan emisi gas rumah kaca perlu dilakukan, khususnya di Indonesia, karena adanya komitmen
dari Presiden RI pada pertemuan iklim di Kopenhagen tahun 2009 untuk menurunkan tingkat emisi di Indonesia sebanyak 26-41 hingga tahun 2020.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi potensi sumber penghasil emisi gas rumah kaca GRK pada RPH, menghitung emisi CO
2
dan CH
4
dari kegiatan pemotongan hewan, dan mengevaluasi opsi yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK di RPH. Manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah RPH dapat melakukan pengurangan pengeluaran gas metan dari ternak dan menghemat penggunaan energi, sehingga dapat menurunkan tingkat emisinya serta RPH
dapat menghemat biaya produksi dengan melakukan opsi yang disarankan. Penelitian ini dilakukan pada RPH PT Elders Indonesia yang memproduksi chilled meat. Bahan baku yang digunakan berupa
ternak sapi, ternak sapi yang digunakan merupakan persilangan sapi Brahman dan sapi eropa Bos Taurus
. Kapasitas produksi dari RPH ini adalah sebesar ± 900 ekor sapi per bulan. Proses produksi dilakukan secara semi otomatis, yaitu menggunakan mesin-mesin yang dioperasikan secara manual
oleh pekerja. Emisi GRK yang dihasilkan RPH ini berasal dari penggunaan listrik, genset, dan LPG, serta
pengolahan limbah cair dan limbah padat. Perhitungan perkiraan emisi dilakukan dengan menggunakan formulasi, data aktifitas dikalikan dengan faktor emisi dari setiap sumbernya. Data
aktifitas RPH PT Elders Indonesia, berupa data energi yang dikonsumsi yaitu listrik, solar, dan LPG. Perhitungan emisi dilakukan dengan mengelompokan berdasarkan sumber emisi GRK tersebut dengan
tetapan faktor emisi dari laporan IPCC Intergovernmental Panel on Climate Change 2006 dan tetapan faktor emisi PLN untuk wilayah Jawa-Madura-Bali. RPH PT Elders Indonesia, membutuhkan
listrik sebanyak ± 126,83 kW dengan konsumsi sebanyak 223,08 kWh per bulan. Genset yang digunakan memiliki kapasitas 225 kVA dengan konsumsi solar sebanyak 20-23 liter per jam dan
membutuhkan solar setiap bulannya sebesar ± 3467 liter, sedangkan kebutuhan solar untuk mobil distribusi adalah sebesar ± 2160 liter per bulan. LPG yang digunakan per bulannya sebanyak 200 kg
untuk keperluan pemanas air dan oven babat. Emisi GRK yang dikeluarkan RPH tidak hanya berasal dari penggunaan energ listrik, solar,
dan LPG tetapi juga berasal dari limbah, baik limbah padat maupun limbah cair. Emisi yang dikeluarkan dari penggunaan listrik pada tahun 2010 rata-rata sebesar 0,199 ton CO
2
per bulan, sedangkan pada Januari 2011 hingga bulan April 2011 rata-rata sebesar 0,178 ton CO
2
per bulan, genset rata-rata sebesar 9,951 x 10
-6
ton CO
2
per bulan, sedangkan pada bulan April 2011 emisi yang dikeluarkan sebesar 1,2 x 10
-5
ton CO
2
per bulan, LPG rata-rata sebesar 6,243 x 10
-7
ton CO
2
per bulan dan emisi yang dikeluarkan dari penggunan solar dari mobil distribusi rata-rata sebesar 6,203 x 10
-6
ton CO
2
per bulan. Total emisi CH
4
yang dihasilkan dari pengolahan limbah di RPH PT Elders Indonesia adalah sebesar 0,5364 ton CH
4
pada tahun 2010 dan 0,1946 ton CH
4
pada tahun 2011 hingga April 2011 setara dengan 12,337 ton CO
2
equiv. pada tahun 2010 dan 4,476 ton CO
2
equiv. pada tahun 2011 hingga April 2011.
Opsi yang dapat diberikan untuk menurunkan emisi GRK pada RPH PT Elders Indonesia yaitu pemanfaatan limbahpadat dan cair untuk biogas, pemanfataan limbah padat untuk pupuk
kompos, efisiensi penggunaan lampu, dan efisiensi penggunaan mesin produksi. Limbah padat dan pengolahan limbah cair dapat dimanfaatkan untuk disubtitusikan pada penggunaan gas di RPH. Emisi
yang dapat dikurangi dari pemanfaatan ini adalah sebesar 0,37 ton CH
4
per tahun atau setara dengan 8,51 ton CO
2
equivalen. Penghematan yang dapat dilakukan dari pemanfaatan limbah ini adalah sebesar Rp. 1.103.250 – Rp 1.471.000 per bulan atau Rp 13.239.000 – Rp 17.652.000 per tahun. Opsi
penurunan dengan merubah limbah padat kotoran ternak dengan proses pengomposan agar menjadi kompos, berpotensi menurunkan emisi sebesar 0,423 ton CH
4
per tahun atau setara dengan 9,729 ton CO
2
equivalen per tahun. Efisiensi penggunaan lampu di RPH PT Elders Indonesia dengan mengurangi lampu dan
efisiensi penggunaannya. Pengurangan lampu sebanyak 5 unit dapat mengurangi daya sebesar 132 watt. Emisi yang dapat diturunkan dari pengurangan lampu ini adalah sebesar 125,53 g CO
2
per jam dan penghematan finansial sebesar Rp 75.000. Pemborosan penggunaan lampu terjadi pada 22 unit
lampu selama 12 jam dengan energinya sebanyak 555 watt, jika dilakukan efisiensi penggunaan lampu maka RPH dapat mengurangi emisi sebanyak 6,33 kg CO
2
. Efisiensi mesin produksi dapat dilakukan dengan penggantian mesin vaccum dengan unit yang baru agar penggunaan listrik dapat
diefisiensikan. Kata Kunci : penurunan emisi gas rumah kaca, rumah potong hewan, efisiensi energi, biogas,
pengomposan.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemanasan global merupakan isu lingkungan yang sedang marak saat ini. Gas rumah kaca adalah penyebab terjadinya pemanasan global yang juga mengakibatkan terjadinya perubahan
iklim di muka bumi. Efek rumah kaca terbentuk karena adanya interaksi antara karbon dioksida CO
2
dalam atmosfir yang jumlahnya bertambah oleh radiasi solar. Industri merupakan salah satu sektor yang memiliki andil dalam perubahan lingkungan. Industri juga merupakan sektor
yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dari kegiatan produksinya. Umumnya industri menggunakan bahan bakar minyak untuk melakukan proses produksi, hal tersebut merupakan
sumber terbesar dalam peningkatan jumlah CO
2
di atmosfir. Menurut Anonim 2011 yang dipublikasikan dalam website Wikipedia, menyatakan bahwa sektor industri menyumbangkan gas
emisi sebesar 16,8 per tahun dan pada tahun 2005, Indonesia merupakan negara keempat terbesar dalam menyumbangkan gas emisi ke udara sebesar 6 per tahunnya dengan gas emisi
rumah kaca sebesar 12,9 ton per kapita. Indonesia termasuk dalam salah satu negara yang meratifikasi Protokol Kyoto pada tahun
1998. Indonesia termasuk dalam salah satu Negara Non-Annex I dalam Protokol Kyoto. Negara Non-Annex I dalam Protokol Kyoto tidak diwajibkan untuk memenuhi perjanjian yang telah
ditandatangani dalam Protokol Kyoto akan tetapi negara Non-Annex I perlu melakukan penurunan emisi GRK dengan mekanisme Clean Development Mechanism CDM. Mekanisme
ini tercantum dalam Pasal 12 Protokol Kyoto. Mekanisme CDM merupakan suatu cara yang dapat diambil oleh negara maju untuk berinvestasi di negara berkembang dalam mencapai target
menurunkan emisi GRK. Sementara itu, negara berkembang berkewajiban untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan tujuan utama konvensi. Pengurangan emisi yang disertifikasi
Certified Emission Reduction-CER melalui penerapan CDM merupakan sebuah bukti atas bantuan negara maju terhadap negara berkembang dalam upaya penurunan emisi di negaranya. Di
negara berkembang, kerjasama ini merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan pembangunan di negara tersebut serta mempercepat tercapainya pembangunan
berkelanjutan. Greenhouse Gas Calculation perlu dilakukan di Indonesia, karena adanya komitmen dari
Presiden RI pada pertemuan iklim di Kopenhagen tahun 2009 untuk menurunkan tingkat emisi di Indonesia sebanyak 26-41 hingga tahun 2020. Agar komitmen tersebut dapat terwujud, seluruh
sektor yang menghasilkan emisi gas rumah kaca di Indonesia perlu melakukan upaya penurunan. Inpres No. 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi, juga menyebutkan bahwa himbauan
kepada semua instansi pemerintah dan swasta untuk melaksanakan upaya penghematan energi, untuk mengatasi peningkatan masalah krisis energi dunia dan degradasi lingkungan.
Gas metan CH
4
dari industri peternakan merupakan salah satu emisi gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Penelitian terbaru mengatakan bahwa industri
peternakan ditengarai sebagai sumber emisi gas rumah kaca terbesar di bumi. Peternakan merupakan salah satu sektor yang menghasilkan gas rumah kaca berupa gas CH
4
yaitu ternak yang menghasilkan 18 emisi global. Menurut IPCC 1995 CH
4
memiliki dampak 21 kali lebih tinggi dibandingkan gas karbondioksida sehingga gas ini termasuk gas yang menimbulkan efek
rumah kaca.
2 Pengaruh gas metan dari sektor peternakan terhadap pemanasan global sangat besar
sehingga mempengaruhi konsumsi daging sapi di Indonesia. Menurut BPS pada tahun 2008, konsumsi daging sapi di Indonesia semakin menurun hingga 0,8 pada tahun 2008 per kapita per
minggu. Pada tahun 2008, dapat dikatakan bahwa setiap penduduk Indonesia mengkonsumsi 0,03 kg daging sapi per bulan atau 0,36 kg daging sapi per tahun. Penurunan konsumsi ini akan
menyebabkan turunnya permintaan daging sapi terhadap industri peternakan. Industri peternakan memerlukan strategi bisnis yang tepat sehingga dapat meningkatkan produk dan kinerja
lingkungannya secara bersamaan. Eco-efficiency pada industri peternakan merupakan strategi bisnis dalam memproduksi hasil peternakan dengan menggunakan sedikit energi dan menurunkan
gas metan dari ternak secara bersamaan.
B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengevaluasi potensi sumber penghasil emisi GRK pada RPH 2.
Menghitung emisi CO
2
dan CH
4
dari kegiatan pemotongan hewan 3.
Mengevaluasi opsi yang dapat dilakukan untuk menurunkan emisi GRK di RPH
C. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
RPH dapat melakukan pengurangan pengeluaran gas metan dari ternak dan menghemat penggunaan energi, sehingga dapat menurunkan tingkat emisinya
2. RPH dapat mengurangi biaya produksi dengan melakukan opsi yang disarankan
3. RPH ikut berpartisipasi dalam Rencana Aksi Nasional RAN penurunan emisi gas rumah
kaca
D. RUANG LINGKUP
Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Hewan RPH sebagai salah satu dari industri peternakan yang menghasilkan emisi CO
2
dan CH
4
. Titik berat pada penelitian ini adalah emisi yang dihasilkan dari kegiatan pemotongan hewan, berupa proses produksi, manajemen limbah
peternakan, dan pembangkit energinya. Data aktifitas yang diperoleh berasal dari konsumsi energi RPH dan manajemen limbah peternakan di RPH, kemudian data aktivitas tersebut akan
dikonversi menjadi nilai emisi dengan menggunakan perhitungan emisi yang telah disetujui oleh organisasi internasional. Nilai emisi tersebut akan di equivalenkan dengan nilai emisi berupa CO
2
.