Pengujian Parameter Regresi Metode Analisis Data

34 bersuhu tinggi. Berdasarkan laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, jenis limbah yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah padat, limbah gas, dan limbah cair. a. Limbah padat Limbah padat industri yang dihasilkan berupa “blotong” yang keluar dari unit “pressed filter”. Banyaknya blotong yang dihasilkan diperkirakan sekitar sembilan sampai sepuluh ton per hari. Limbah padat ini selanjutnya akan dibuang ke lokasi pembuangan sebagai filling di tanah milik pabrik gula rafinasi. b. Limbah gas Limbah gas yang dihasilkan berasal dari sisa pembakaran batubara pada boiler dan gas buangan dari karbonator. Limbah ini diserahkan kepada pihak ketiga untuk digunakan kembali sebagai tambahan untuk pembuatan paving blok dan batako. Selain itu juga abu batu bara ini dimanfaatkan melalui kerja sama dengan pabrik lain, dimana sisa pembakaran batu bara pada boiler digunakan kembali sebagai bahan bakar dengan car abu batu bara kalori rendah dicampur dengan batu bara kalori tinggi dengan perbandingan 1:9. Hal ini akan meminimalkan dampak pencemaran yang ditimbulkan akibat sisa abu bara. c. Limbah cair Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik gula rafinasi di Kabupaten Lampung Selatan adalah limbah cair organik yang terbentuk dari senyawa karbon. Limbah ini difermentasikan oleh bakteri pengurai, sehingga hasil fermentasi ini merupakan senyawa organik yang lebih sederhana dan merupakan unsur hara bagi tanaman. Pemanfaatan limbah cair organik pabrik di Lampung Selatan ini diambil dari limbah yang ada pada kolam polishing pond yang dialirkan langsung melalui pompa ke lahan pertanian sekitar. 5.1.3 Instalasi Pengelolaan Air Limbah IPAL Pabrik Menurut Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lampung Selatan limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik bersumber dari regenerasi IER dengan debit 500 m 3 per hari, regenerasi demineralisasi sebanyak 40 m 3 per hari, blowdown boiler sebanyak 40 m 3 per hari, dan in house keeping sebanyak 40 m 3 per hari. Seluruh limbah cair yang dihasilkan dialirkan menuju bak penampung yang berada di 35 dalam area proses. Setelah itu, limbah cair dipompa menuju instalasi pengelolaan air limbah untuk dilakukan pengolahan. Instalasi pengelolaan air limbah yang dimiliki oleh pabrik terdiri dari: a. Chemical Mix Tank Chemical mix tank merupakan suatu unit yang berfungsi untuk mencipatakan suatu larutan limbah menjadi homogen sekaligus tempat ditambahkannya floculant dan decolorant sebagai fungsi pengendapan. b. Settling Pond Suatu unit yang berfungsi sebagai pemisah antara fasa cair dan fasa padatan dengan proses dekanter. Fasa padatan dipisahkan untuk diolah menjadi batako, sedangkan fasa cairan dilanjutkan menuju unit berikutnya yaitu equalizing pond. c. Equalizing Pond Limbah cair yang dialirkan ke unit ini akan mengalami proses homogenisasi kembali. Equalizing pond berperan mengatur debit air limbah yang akan masuk ke anaerobic pond dengan sistem overflow. Pada kolam ini ditambahkan nutrisi untuk bakteri sebagai stater awal pemicu pertumbuhan bakteri. d. Anaerobic Pond Anaerobic pond berfungsi untuk mengolah limbah cair dengan sistem anaerob dengan hasil samping yang dikeluarkan adalah gas NH 4 yang dapat digunakan sebagai bahan bakar dan lumpur aktif yang dapat pula digunakan sebagai pupuk. e. Aerobic Pond Pada kolam pengolah aerobic pond, limbah cair diolah dengan proses koagulasi dan flokulasi dengan tujuan menurunkan kadar COD Chemical Oxygen Demand dan BOD Biological Chemical Demand. Kadar BOD dan COD limbah cair akan turun sangat signifikan di kolam pengolah ini. f. Polishing Pond Kolam ini merupakan kolam penambahan oksigen dengan menggunakan surface aerator . Pada kolam ini juga dilakukan returned sludge menuju ke aerobic dan anaerobic. g. Polishing Expansion Pond Memiliki fungsi yang hampir sama dengan polishing pond. Pada kolam ini berfungsi untuk pengendapan dari flokulan yang lebih halus atau kecil, diharapkan 36 dengan adanya kolam ini waktu tinggal dari air limbah akan semakin lama sehingga kadar air limbah akan turun. Sebelum dibuang ke sungai air limbah harus melewati V Notch alat pengukur debit air limbah manual sehingga jumlah air limbah yang masuk ke sungai dapat diketahui. Gambar 5 merupakan salah satu IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan. Gambar 5 Contoh IPAL Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan Namun, pengelolaan air limbah yang dilakukan oleh Pabrik Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan tersebut masih meresahkan masyarakat di sekitar pabrik. Limbah yang dibuang ke sungai secara langsung karena mahalnya biaya pengolahan limbah menyebabkan kerugian yang besar bagi masyarakat, diantaranya penurunan produktivitas pertanian, gangguan pada ternak, dan sumur menjadi tercemar.

5.1.4 Hasil Produksi dan Pemasarannya

Produk yang dihasilkan pabrik yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah gula rafinasi berupa gula kristal dari proses afinasi. Gula rafinasi dipergunakan sebagai bahan pencampuran makanan, minuman, dan industri farmasi. Pemasaran produksi dilakukan dalam skala besar, yaitu dengan cara pabrik menawarkan atau menjual produknya ke beberapa perusahaan industri makanan dan minuman yang membeli gula dalam jumlah banyak. 37

5.1.5 Tata Letak Pabrik

Tata letak bangunan pabrik di rancang dengan baik sehingga memungkinkan kelancaran proses produksi, terjaminnya keamanan pabrik, keselamatan kerja, serta pengembangan pabrik di masa yang akan datang. Bangunan pabrik gula rafinasi ini terdiri dari tempat penerimaan bahan baku, ruang perkantoran, ruang keamanan, ruang proses, gudang, laboratorium, mushalla, kantin, toilet, dan garasi.

5.2 Kondisi Umum Desa Kertosari dan Mulyosari

Kondisi umum Desa Kertosari dan Mulyosari yang dijelaskan dalam penelitian ini meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi yang dibahas meliputi jumlah penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, serta sarana dan prasarana desa.

5.2.1 Kondisi Fisik Daerah Kertosari dan Mulyosari

Secara administratif Desa Kertosari dan Desa Mulyosari terletak di Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Kertosari memiliki luas 1.393,6 ha, dengan rincian luas pekarangan sebesar 311 ha, luas sawah 134,6 ha, luas peladangan 939 ha, dan luas fasilitas umum sebesar 9 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Kertosari adalah: a. Sebelah Utara : Desa Malangsari b. Sebelah Selatan : Desa Sidomukti c. Sebelah Timur : Desa Mulyosari d. Sebelah Barat : Desa PTPN VII sedangkan Desa Mulyosari yang merupakan desa pemekaran dari Desa Kertosari pada tahun 1986 memiliki luas 1.227 ha, dengan rincian luas pekarangan 280 ha, luas sawah 600 ha, luas peladangan 339 ha, dan luas fasilitas umum sebesar 8 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Mulyosari adalah: a. Sebelah Utara : Lampung Timur b. Sebelah Selatan : Desa Wawasan c. Sebelah Timur : Desa Bangunsari d. Sebelah Barat : Desa Kertosari