Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya WTA Responden
61 H
1
: β ≠ 0 X berpengaruh terhadap Y Hasil yang terdapat pada Tabel 20 menjelaskan bahwa variabel bebas yang
berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata α 0,1 adalah usia
X
1
, pendapatan X
3
, dan dummy peternak D
5
. Variabel yang berpengaruh pada taraf nyata α 0,15 adalah dummy petani D
4
, dan variabel yang berpengaruh pada taraf nyata α 0,20 adalah dummy rasa air D
2
, dummy pekerjaan lain D
6
, dan kerugian X
7
. Berbeda dengan Tabel 21 yang merupakan kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang
mengonsumsi air sungai, variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata
α 0,1 adalah usia X
1
, pendapatan X
3
, jumlah tanggungan X
5
, lama tinggal X
6
, dummy bau air D
3
, dummy petani D
4
, dummy
peternak D
5
, dan kerugian X
7
. 1.
Usia Variabel tingkat usia pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering
dan tercemar kategori satu serta kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai kategori dua secara
berturut-turut memiliki nilai sig 0,065 dan 0,032 α=10 artinya tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa usia berpengaruh nyata terhadap besarnya
WTA pada taraf nyata α 10. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada
kategori satu dan kategori dua bertanda negatif - artinya semakin tinggi usia responden maka WTA akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena kebutuhan
hidup di waktu tua menjadi semakin sedikit. Nilai koefisien tingkat usia untuk kategori satu yaitu sebesar 3.151,983 yang artinya jika usia semakin meningkat
sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp3.151,983, sedangkan nilai koefisien tingkat usia untuk kategori dua yaitu
sebesar 1.497,192 yang artinya jika usia semakin meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp1.497,192.
2. Pendapatan
Variabel tingkat pendapatan pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar kategori satu serta kategori rumahtangga yang memiliki
sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai kategori dua memiliki nilai sig yang sama yaitu sebesar 0,000. Nilai sig
0,000 α=10 artinya
62 tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pendapatan berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 10. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda negatif -
artinya semakin tinggi pendapatan seseorang maka WTA akan semakin rendah. Hal ini terjadi karena pendapatan responden yang tinggi mencerminkan bahwa
responden berkecukupan mengeluarkan biaya untuk mengurangi kerugian yang dialami, sehingga nilai kompensasi akan kecil. Nilai koefisien tingkat pendapatan
untuk kategori satu yaitu sebesar 0,171 yang artinya jika pendapatan meningkat sebesar satu satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar
Rp0,171, sedangkan nilai koefisien tingkat pendapatan untuk kategori dua yaitu sebesar 0,046 yang artinya jika pendapatan meningkat sebesar satu satuan, maka
diduga rata-rata nilai WTA akan menurun sebesar Rp0,046. 3.
Dummy pekerjaan peternak Variabel dummy pekerjaan peternak pada kategori rumahtangga yang memiliki
sumur kering dan tercemar kategori satu serta kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai
kategori dua secara berturut-turut memiliki nilai sig 0,077 dan 0,000. Nilai sig tersebut
α=10 artinya tolak H , sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan
peternak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata α 10.
Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda positif + artinya responden yang memiliki pekerjaan sebagai peternak
akan meminta kompensasi yang tinggi baik pada kategori satu atau pun dua. Hal ini terjadi karena jenis pekerjaan tersebut memiliki resiko yang tinggi dengan
keberadaan pabrik. Nilai koefisien pekerjaan peternak untuk kategori satu yaitu sebesar 88.663,918 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan peternak,
maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp88.663,918, sedangkan nilai koefisien pekerjaan peternak untuk kategori dua yaitu sebesar
123.870,028 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan peternak, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp123.870,028.
4. Dummy pekerjaan petani
Variabel dummy pekerjaan petani pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan tercemar kategori satu serta kategori rumahtangga yang
63 memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai
kategori dua secara berturut-turut memiliki nilai sig 0,101 dan 0,001. Nilai sig 0,101 α=15 artinya tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan petani pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 15, sedangkan nilai sig pada kategori dua adalah 0,001 α=10 artinya tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan petani pada kategori dua berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 10. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua
bertanda positif + artinya responden yang memiliki pekerjaan sebagai petani akan meminta kompensasi yang tinggi baik pada kategori satu atau pun dua. Hal
ini terjadi karena jenis pekerjaan petani memiliki resiko yang tinggi dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh pabrik. Nilai koefisien pekerjaan petani
untuk kategori satu yaitu sebesar 106.322,006 yang artinya jika responden
memiliki pekerjaan petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp106.322,006, sedangkan nilai koefisien pekerjaan petani untuk
kategori dua yaitu sebesar 149.383,507 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan petani, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar
Rp149.383,507. 5.
Dummy pekerjaan lain Variabel dummy pekerjaan lainnya pada kategori rumahtangga yang memiliki
sumur kering dan tercemar kategori satu memiliki nilai sig 0,175 α=20
artinya tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pekerjaan lain pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 20, dan nilai koefisien bertanda positif + artinya responden yang memiliki pekerjaan lain
juga membutuhkan air sebagai kebutuhan pokoknya, sehingga ketika air kering atau tercemar maka mereka akan meminta kompensasi yang tinggi. Nilai koefisien
pekerjaan lain untuk kategori satu yaitu sebesar 91.406,395 yang artinya jika responden memiliki pekerjaan lainnya, maka diduga rata-rata nilai WTA akan
meningkat sebesar Rp91.406,395, sedangkan pada kategori dua memiliki nilai sig
0,885 α=20 artinya terima H , sehingga dapat disimpulakan bahwa
pekerjaan lain pada kategori dua tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA
64 karena pengaruh tercemarnya air sungai tidak begitu dirasakan bagi responden
dengan pekerjaan lain. 6.
Jumlah tanggungan Variabel jumlah tanggungan yang berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA
pada taraf nyata α 10 hanya pada kategori dua yaitu rumahtangga yang
memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai karena memiliki nilai sig 0,001
α=10 artinya tolak H . Nilai koefisien yang
diperoleh variabel ini pada kategori dua ini bertanda positif + artinya semakin banyak tanggungan, maka responden akan meminta kompensasi yang tinggi. Hal
ini terjadi karena semakin banyak tanggungan kebutuhan hidup akan semakin banyak. Nilai koefisien untuk jumlah tanggungan untuk kategori dua yaitu sebesar
20.426 yang artinya jika jumlah tanggungan meningkat satu satuan, maka diduga
rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp20.426
,
sedangkan untuk kategori satu jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA karena
nilai sig 0,299 α=20 artinya terima H
0.
Hal ini terjadi karena bergantung pada intensitas pemakaian airnya, belum tentu jumlah tanggungan banyak kebutuhan
airnya banyak juga. 7.
Dummy rasa air Variabel rasa air untuk kategori satu memiliki nilai sig 0,158
α=20 artinya tolak H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa air pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 20. Nilai koefisien bertanda negatif - dan memiliki nilai 76.553,085, menunjukkan bahwa
semakin mendekati tidak berasa maka nilai kompensasi akan turun sebesar Rp76.553,085, sedangkan pada kategori dua rasa air memiliki nilai sig sebesar
0,249 α=20 artinya terima H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa air pada kategori dua tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 20. Hal ini terjadi karena air tidak untuk dikonsumsi pribadi sebagai air minum melainkan untuk menyiram tanaman atau minum ternak.
8. Dummy bau air
Variabel bau air untuk kategori dua memiliki nilai sig 0,022 α=10 artinya
tolak H , sehingga dapat disimpulkan bahwa bau air pada kategori dua
berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata α 10. Nilai
65 koefisien bertanda negatif - dan memiliki nilai 54.899,727, menunjukkan bahwa
semakin mendekati tidak bau airnya maka nilai kompensasi akan turun sebesar Rp54.899,727, sedangkan pada kategori satu bau air memiliki nilai sig sebesar
0,318 α=20 artinya terima H
, sehingga dapat disimpulkan bahwa bau air pada kategori satu tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf nyata
α 20. Hal ini dikarenakan yang lebih penting bagi mereka adalah rasa air. 9.
Kerugian Variabel kerugian pada kategori rumahtangga yang memiliki sumur kering dan
tercemar kategori satu memiliki nilai sig 0,190 α=20 artinya tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kerugian pada kategori satu berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 20, sedangkan pada kategori rumahtangga yang memiliki sawah dekat aliran sungai dan ternak yang
mengonsumsi air sungai kategori dua memiliki nilai sig 0,070 α=10 artinya
tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kerugian pada kategori dua berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA pada taraf
nyata α 10. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori satu dan kategori dua bertanda
positif + artinya semakin tinggi kerugian maka kompensasi diharapakan pun tinggi baik pada kategori satu atau dua. Hal ini terjadi karena responden butuh
biaya untuk mengatasi masalah tersebut. Nilai koefisien kerugian untuk kategori satu yaitu sebesar 0,148 yang artinya jika responden kerugiannya meningkat satu
satuan, maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp0,148 sedangkan nilai koefisien kerugian untuk kategori dua yaitu sebesar 0,028 yang
artinya, jika kerugian meningkat satu satuan maka diduga rata-rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp0,028.
10. Lama Tinggal
Variabel lama tinggal untuk kategori rumahtangga yang memiliki sawah di dekat aliran sungai dan ternak yang mengonsumsi air sungai kategori dua
memiliki nilai sig 0,043 α=10 artinya tolak H
0,
sehingga dapat disimpulkan bahwa lama tinggal pada kategori dua berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA
pada taraf nyata α 10. Nilai koefisien yang diperoleh variabel ini pada kategori
dua ini bertanda positif + artinya semakin tinggi waktu lama tinggal, maka responden akan meminta kompensasi yang tinggi. Hal ini terjadi karena semakin
66 lama tinggal maka aset yang dimiliki di daerah akan semakin banyak. Sehingga
responden akan mengharapkan nilai yang tinggi ketika timbul eksternalitas negatif dari aktivitas pabrik. Nilai koefisien untuk lama tinggal pada kategori dua sebesar
1.351,084 yang artinya jika lama tinggal meningkat satu satuan, maka diduga rata-
rata nilai WTA akan meningkat sebesar Rp1.351,084
,
sedangkan untuk kategori satu lama tinggal tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya WTA karena nilai
sig pada kategori satu adalah 0,264
α=20, artinya terima H . Hal ini
dikarenakan eksternalitas negatif tersebut baru terjadi sekitar tahun 2011, sedangkan rata-rata tinggal responden mayoritas lebih dari 35 tahun.