13
III KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini terdiri dari kerangka teoritis dan kerangka operasional. Kerangka teoritis berisi penjelasan secara rasional terkait
objek yang diteliti dengan didukung oleh data-data secara teoritis, sedangkan kerangka operasional adalah kerangka yang menyatakan tentang urutan langkah
dalam melaksanakan penelitian.
3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1
Loss of Earnings
Menurut Hufscmidt, et al. 1992 dalam Farhani 2011 metode loss of earnings
penghasilan yang hilang merupakan salah satu metode valuasi ekonomi yang digunakan untuk melakukan penilaian biaya lingkungan berdasarkan
pendekatan yang berorientasi pasar. Penggunaan pada metode ini mudah dilakukan karena mengikuti harga pasar aktual barang dan jasa yang berlaku saat
ini.
3.1.2 Analisis Willingness to Accept
Willingness to accept adalah pengukuran kesediaan untuk menerima
pembayaran dimana masyarakat yang terkena dampak untuk bersedia menerima
pembayaran atas kerusakan lingkungan. Willingness to accept merupakan salah
satu bagian dari metode Contingent Valuation Methode CVM yang dapat digunakan untuk menghitung jasa-jasa lingkungan atau fungsi ekosistem yang
dianggap tidak memiliki nilai guna Garrod dan Kennet 1999. Menghitung nilai CVM ini dapat ditanyakan langsung melalui survei dengan kuisioner ke individu
atau masyarakat sejauh mana masyarakat bersedia menerima kompensasi akibat adanya kerusakan lingkungan. Kuisioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu:
1. Penulisan detail tentang benda yang dinilai, persepsi penilaian benda publik,
jenis kesanggupan dan alat pembayaran. 2.
Pertanyaan tentang WTA yang diteliti. 3.
Pertanyaan tentang karakteristik sosial demografi responden.
14
3.1.2.1 Asumsi dalam Pendekatan WTA
Asumsi-asumsi yang diperlukan dalam pelaksanaan pengumpulan nilai Willingness to Accept
WTA dari setiap responden adalah: 1.
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berlokasi di Desa Kertosari dan Mulyosari yang merasakan dampak negatif dari aktivitas Pabrik
Gula Rafinasi Kabupaten Lampung Selatan. 2.
Nilai WTA yang diberikan konsumen merupakan besarnya nilai kompensasi yang bersedia diterima masyarakat karena adanya penurunan kualitas
lingkungan akibat aktivitas pabrik.
3.1.2.2 Langkah-langkah untuk Mengetahui Nilai WTA
Menurut Hanley dan Spash 1993, langkah-langkah dalam metode CVM dibagi menjadi enam tahap, yaitu:
1. Membangun pasar hipotetis
Pasar hipotetis yang dibangun harus diuraikan secara jelas skenario kegiatannya dalam instrumen survei yang menggunakan kuisioner, sehingga
responden dapat memahami benda lingkungan yang dipertanyakan serta keterlibatan masyarakat dalam rencana kegiatan. Kuisioner yang digunakan juga
harus menguraikan apakah semua konsumen bersedia menerima kompensasi dari kerusakan lingkungan tersebut.
2. Memunculkanmenghasilkan nilai tawaran bid
Setelah kuisioner selesai dibuat, maka kegiatan survei dapat dilakukan dengan wawancara secara langsung atau pun tidak langsung. Setiap individu ditanya
mengenai besarnya kompensasi yang bersedia diterima WTA. Nilai kompensasi tersebut dapat diperoleh dengan empat cara, yaitu
a. Bidding game Metode ini dilakukan dengan cara bertanya kepada responden terkait sejumlah
nilai tertentu yang diajukan sebagai titik awal dan selanjutnya semakin meningkat sampai titik maksimum yang disepakati.
b. Closed-ended referendum Metode yang dilakukan dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada
responden terkait beberapa nilai WTA yang disarankan untuk dipilih, sehingga