13
dalam laporan SKPD terkait. Melalui perbandingan tersebut akan dapat diketahui tingkat konsistensi antara perencanaan,
pemprograman dan penganggaran yang telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat dalam periode 3 tahun pelaksanaan
RPJMD tersebut, yaitu tahun 2010-1012. Disamping itu, dibahas pula permasalahan dan kendala yang menyebabkan
terjadinya ketidakkonsistenan tersebut berikut penyesuaian kebijakan yang diperlukan untuk periode 2 tahun sisa
pelaksanaan RPJMD.
2. Evaluasi Kinerja Makro
Evaluasi kinerja makro dari pelaksanaan rencana didasarkan
pada beberapa
unsur evaluasi
kinerja pembangunan dalam bentuk indikator pembangunan daerah
seperti: pertumbuhan ekonomi daerah, perubahan struktur perekonomian
daerah, pemerataan
pembangunan, kemiskinan, pengangguran, investasi dan
pembiayaan pembangunan. Kesemua unsur ini pada dasarnya memberikan
indikasi umum
tentang keberhasilan
pelaksanaan pembangunan daerah secara menyeluruh agreggate pada
periode waktu tertentu. Evaluasi Kinerja Makro berkaitan dengan evaluasi
capaian pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh untuk masing-masing agenda pembangunan yang telah ditetapkan
dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat. Disamping itu, evaluasi kinerja makro ini juga menggambarkan hasil
outcome yang dapat dihasilkan bagi masyarakat melalui pelaksanaan rencana dan program pembangunan daerah.
3. Evaluasi Kinerja Program
Evaluasi kinerja program dan kegiatan didasarkan pada 3 indikator kinerja sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 6 Tahun 2008, yaitu masukan
input
, keluaran
output
, hasil
outcome
, manfaaat
benefit
dan dampak
impact
dari masing-masing program dan kegiatan. Karena pengukuran unsur manfaat dan dampak sulit
dilakukan dalam jangka pendek, maka evaluasi ini hanya menekankan pada 3 unsur pertama saja, yaitu, masukan
14
input
, keluaran
output
, hasil
outcome
. Disamping itu, oleh karena informasi tentang indikator hasil juga tidak mudah
didapatkan karena memerlukansurvei lapangan, maka jalan pintas yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan
indikator makro untuk pelaksanaan.
Evaluasi kinerja masukan Input antara lain dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah dana yang diserap
dengan anggaran yang disediakan. Kinerja akan dikatakan baik bilamana seluruh dana yang dianggarkan dapat diserap
semuanya dalam tahun anggaran bersangkutan. Demikian pula sebaliknya bila jumlah dana yang diserap sangat kecil
sehingga kinerja masukan yang dapat dihasilkan relatif rendah.
Evaluasi kinerja keluaran output antara lain dapat dilakukan dengan membandingkan keluaran yang dihasilkan
dengan target yang direncanakan. Bila keluaran yang diperoleh mendekati target yang ditetapkan semula, kinerja
keluaran dapat dikatakan baik. Akan tetapi sebaliknya bilamana keluaran yang dihasilkan jauh lebih rendah dari
target yang telah ditetapkan, maka kinerja keluaran dianggap sangat rendah.
Evaluasi kinerja untuk indikator hasil outcome antara lain dapat dilakukan dengan melihat seberapa jauh keluaran
yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai yang direncanakan. Misalnya, output yang telah
dihasilkan adalah pembangunan terminal. Tetapi bilamana kemudian
ternyata terminal
tersebut sangat
rendah dimanfaatkan karena sesuatu hal, maka hasil dari pelaksanaan
tidak ada sama sekali. Demikian pula sebaliknya bila terminal yang sudah dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
secara optimal.
Sedangkan evaluasi kinerja untuk indikator manfaat benefit antara lain dapat dilakukan dengan melihat seberapa
jauh keberadaan
terminal yang
telah dimanfaatkan
masyarakat tersebut dapat memberikan manfaat bagi pengaturan kegiatan angkutan penumpang dan barang.
Karena itu, bila ternyata manfaatnya bagi pengaturan
15
angkutan cukup besar maka dikatakan manfaatnya cukup besar. Demikian pula sebaliknya bilamana manfaat terminal
tersebut untuk pengaturan angkutan penumpang dan barang sangat sedikit.
Untuk evaluasi kinerja dampak impacts antara lain akan dapat dilakukan dengan melihat seberapa besar
keberadaan terminal tersebut dapat meningkatkan volume jumlah penumpang dan barang yang dapat diangkut melalui
terminal tersebut. Jika ternyata volume tersebut relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa dampak keberadaan terminal
untuk kegiatan angkutan penumpang dan barang dalam pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat relatif kecil.
Tidak dapat disangkal bahwa pengukuran terhadap manfaat
dan dampak
dari pelaksanaan
program pembangunan tidaklah mudah karena hal ini baru dapat
diketahui setelah
beberapa waktu
belakangan dan
pengukurannya memerlukan penelitian yang sangat intensif. Karena kesulitan ini, maka evaluasi kinerja yang dilakukan
dapat dilakukan hanya untuk 3 aspek saja yaitu: masukan, keluaran dan hasil saja tanpa perlu harus sampai pada
manfaat dan dampak. Sedangkan sebagian dari hasil outcome akan dapat pula diketahui dari analisis kinerja
makro.
2.4. Teknik Pengukuran Evaluasi