60
wisata alam dan wisata budaya yang sudah tertata dengan baik
Tabel 4.11 Jumlah Anggaran, Realisasi, dan Persentase Capaian
Belanja Berdasarkan Sasaran Strategis Tahun 2011 dan 2012.
Sumber: LAKIP Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012
Kesulitan menelusuri jumlah belanja berdasarkan sasaran strategis dalam RPJMD mengakibatkan evaluasi
pencapaian target anggaran berdasarkan sasaran strategis tidak dapat dilakukan, dan atau kalau ada jumlah prakiraan
anggaran dalam RPJMD tidak konsisten atau belum dijadikan patokan dalam menyusun Anggaran Tahunan. Misalnya,
Prakiraan
anggaran Program
Peningkatan Pelayanan
Kehidupan Beragama dalam RPJMD untuk tahun 2011 adalah sebesar Rp. 1.651 Milyar dan Tahun 2012 adalah Rp.
1.816milyar Sedangkan dalam TA 2011, dianggarkan sebesar Rp. 1.951 dan untuk TA 2012 sebesar Rp. 2.540.
4.4. Prakiraan Pendapatan
Perhitungan prakiraan pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai metode, analisis tren, tingkat
pertumbuhan rata-rata,
moving average,
dan lainnya
.
Metode mana yang akan kita pakai, akan dipengaruhi oleh kondisi
fluktuasi data masa lalu. Setelah mempertimbangkan data- data masa lalu tersebut, termasuk dampak Gempa 29
September 2009 terhadap penerimaan daerah, maka diputuskan untuk menggunakan metode tingkat pertumbuhan
rata-rata per tahun.
61
Sebagian besar sumber pajak daerah provinsi berasal dari bea balik nama kendaraan bermotor, pajak kendaraan
bermotor, dan pajak BBM. Tetapi karena kepadatan jalan raya dan perkiraan dampak kenaikan BBM, maka tingkat
pertumbuhan pajak
daerah sama
dengan tingkat
pertumbuhan tahun terakhir tahun 2011 – tahun 2012.
Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan sumber pendapatan daerah lainnya dilakukan dengan mempertimbangkan tahun
dasar 2-6 tahun sebelumnya dan kemudian dihitung rata- ratanya.
Untuk konsistensi,
dikarenakan penghitungan
sebelumnya, yaitu untuk Tahun 2011 dan Tahun 2012 tidak memasukkan Dana BOS, maka untuk target tahun 2013, 2014
dan 2015 pun dihitung dengan tidak memasukkan Dana BOS. Berdasarkan metode sebagaimana dijelaskan di atas, maka
prakiraan jumlah pendapatan daerah pada tahun 2013 berjumlah Rp. 2.585,2 Milyar, meningkat menjadi Rp.
2.828,2 Milyar pada tahun 2014, dan menjadi Rp. 3.110,5 Milyar pada tahun 2015. Rincian tingkat pertumbuhan rata-
rata untuk setiap sumber penerimaan pendapatan daerah, serta prakiraan pendapatan daerah dari tahun 2013 sampai
tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut:
62
63 BAB V
EVALUASI KINERJA AGENDA PENINGKATAN PENERAPAN AJARAN AGAMA
DAN BUDAYA DAERAH 5.1. Prioritas Pengamalan Agama dan ABS-SBK
Dalam Kehidupan Masyarakat 5.1.1. Evaluasi Kinerja Makro
Penduduk Sumatera Barat dengan mayoritas suku bangsa Minangkabau,dikenalsebagai penganut agam-a Islam
yang kuat dan teguh dengan adat dan tradisi mereka. Falsafah “
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
,
Syarak Mangato, Adat Mamakai”
adalah karakteristik filosofis dan jati diri utama masyarakat Minangkabau. Sistem adat
mengacu kepada prinsip-prinsip yang terdapat dalam tradisi Koto Piliang yang diwariskan oleh Datuk Katumanggungan
dan tradisi Bodi Caniago yang diwariskan oleh Datuk Parpatih Nan Sabatang. Berdasarkan kondisi ini, masyarakat Sumatera
Barat, khususnya masyarakat Minangkabau, secara normatif memiliki keseimbangan hidup antara agama dan budaya.
Islam memberikan fondasi bagi prinsip kehidupan yang agamais, sementara sistem adat memberikan fondasi bagi
kehidupan yang berbudaya.
Di satu sisi, pelaksanaan agama dan budaya umumnya terwujud dalam basis pendidikan ke-Islaman yang kuat
melalui “tradisi surau” yang implementasinya terefleksi dalam kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat. Secara
historis, faktor diatas telah melahirkan cendekiawan dan ulama ulung berkaliber nasional dan internasional, seperti
Imam Bonjol, Agus Salim, Syahrir, Bung Hatta, Natsir, HAMKA dan Sumatera Barat telah memiliki lembaga pendidikan ke-
Islaman berpola pesantren, seperti Pesantren Diniyyah Puteri, Tawalib, Kauman di Padang Panjang, Madrasah Tarbiyah
Islamiyah MTI Candung, Sumatera Tawalib Parabek, MTI Jao, PTAIN, PTAIS, dan lain-lainnya. Boleh jadi, hal itulah
yang menjadikan tingginya perhatian masyarakat Sumatera
64
Barat terhadap kegiatan keagamaan, adatdan budaya sampai akhir-akhir ini.
Faktor-faktor diatas telah mendorong pemerintah untuk memasukkan agama, adat dan budaya menjadi salah satu
agenda penting baik di dalam RPJPD maupun di dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat. Di dalam RPJMD Provinsi Sumatera
Barat tahun 2010 – 2015 agama dan budaya menjadi salah
satu prioritas pembangunan Sumatera Barat. Teoritikal, sumber dana pembangunan daerah terdiri dari APBN, APBD
dan sumber dana dari masyarakat. Evaluasi kinerja pembangunan Provinsi Sumatera Barat ini seyogianya dilihat
dari ketiga sumber dana dimaksud. Bila diperhatikan dokumen RPJMD 2010-2015, maka evaluasi pada Midterm
Review ini lebih difokuskan kepada capaian kinerja duatahunan yaitu; tahun 2011 dan 2012.
Evaluasi ini meliputi, konsistensi, evaluasi kinerja program, permasalahan dan analisis, serta penyesuaian
kebijakan.
5.1.2. Konsistensi
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Daerah Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2010 – 2015 telahtertuang pada misi
1, mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat dan berbudaya berdasarkan Adat Basandi Syarak,
Syarak Basandi Kitabullah. Beradasarkan itu juga telah dirumuskan tujuan pembangunan pada misi 1 itu adalah;
a. Terciptanya kehidupan masyarakat madani yang harmonis dan agamais.
b. Diwarisi dan diamalkannya nilai-nilai kearifan adat dan budaya.
c. Terwujudnya optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga agama dalam tata kehidupan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan 1 diatas, maka sasaran pembangunan diarahkan kepada;
65
a. Meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran
agama. b.
Meningkatnya pelayanan kehidupan beragama. c.
Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai adat dan budaya.
d. Berkembangnya lembaga seni dan sosial budaya.
e. Berkurangnya kenakalan Remaja dan perbuatan
maksiat. Salah satu aspek yang dievaluasi adalah konsistensi dari
implementasi perencanaan yang telah dirancang di dalam RPJMD, sebagaimana akan dipaparkan berikut ini. Kelima
sasaran diatas
mestilah terimplementasi
di dalam
perencanaan RKPD tahun 2011 dan tahun 2012. Untuk itu berikut ini ditampilkan Matrik Konsistensi dimaksud.
Tabel 5.1 Rencana Anggaran RPJMD dan RKPD
a. Program Peningkatan Pelayanan Kehidupan Beragama
Program ini dilakukan adalah untuk mencapai sasaran kedua pada bidang Keagamaan. Untuk mancapai pelayanan dalam
kehidupan beragama yang lebih baik telah dirancang perencanaan di dalam dokumen RPJMD yang besaran
dananya Rp.1.651.000.000. Sedangkan realisasi rencana
66
anggaran tahun 2011 pada SKPD sebesarRp.1.661.000.000. Pada tahun 2012 telah dialokasikan anggaran sebesar
Rp.1.816.000.000.,di dalam dokumen RPJMD. Sementara itu anggaran pelayanan kehidupan beragama ini pada dokumen
RKPD sebesar Rp.2.539.734.000,. Sedangkan yang habis dibelanjakan sebesar Rp. 2.393.289.770,. Berdasarkan data
diatas terlihat bahwa tidak terjadi konsistensi dalam penganggaran SKPD bila dibandingkan dengan penganggaran
pada dokumen RPJMD untuk program keagamaan. Ketidak konsistenan itu terlihat pada tahun 2011 maupun pada tahun
2012. Namun terjadi peningkatan anggaran tahunan bila dibandingkan dengan anggaran pada RPJMD, baik tahun 2011
maupun tahun 2012. Dengan kata lain perhatian pada program ini terjadi peningkatan.
b. Program Peningkatan Pemahaman, Penghayatan,
Pengamalan dan Pengembangan Keagamaan.
Program ini dirancang adalah untuk mencapai sasaran pertama pada bidang keagamaan. Bila diperhatikan tabel
diatas terlihat juga tidak terjadi kekonsistenan antara RPJMD dengan rencana tahunan. Anggaran tahun 2011 terlihat
penurunan anggaran dari Rp.1.925.000.000. pada dokumen RPJMD dengan realisasi anggaran pada tahun tersebut
sebesar Rp. 1.800.000.000. Sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan tajam pada realisasi anggaran tahunan
yaitu Rp.5.885.778.350,. dibandingkan dengan anggaran RPJMD sebesar Rp. 2.118.000.000. 100. Sementara itu
habis dibelanjakan sebesar Rp. 5.346.690.075. Data ini menunjukkan bahwa perhatian sangat tinggi sekali pada
tahun 2012 bila dibandingkan dengan tahun 2011 pada realisasi anggaran.
c. Program peningkatan Pendidikan Keagamaan
Proram ini direncanakan juga untuk mencapai sasaran pertama
pada bidang
keagamaan. Tabel
diatas memperlihatkan
bahwa dari
segi penganggaran
memperlihatkan ketidak konsistenan, namun dari aspek perhatian kepada program ini sangatlah tinggi. Realisasi
67
anggaran pada tahun 2011 naik 300 dari RPJMD. Sedangkan di tahun 2012 juga terjadi kenaikan sebesar 98.
d. Pengembangan
Lembaga Sosial
Pendidikan Keagamaan
Program ini terlihat mendapat perhatian yang tinggi pada realisasinya, walaupun dari angkanya terlihat tidak konsisten.
Hal itu terlihat dari anggaran yang direncanakan tahun 2011 pada RPJMD sebesar Rp. 300.000.000. Sedangkan pada
realisasinya sebesar Rp.325.000.000. Sementara itu rencana anggaran pada RPJMD tahun 2012 sebesar Rp.330.000.000,.
dengan realisasinya sebesar Rp. 485.474.000. dan habis dibelanjakan sebesar Rp. 423.467.450.
e. Pemberdayaan Lembaga Adat, Seni Budaya
Pada program ini terlihat ketidak konsistenan antara rencana anggaran
pada RPJMD
tahun 2011
sebesar Rp.
1.970.000.000, sedangkan
realisasinya sebesar
Rp.1.600.000.000. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2012 yang realisasi anggaran sebesar Rp. 1.150.000.000,
dengan rencana
anggaran pada
RPJMD sebesar
Rp.2.300.000.000,.
f. Pengembangan Pendidikan Budaya
Pada program ini terlihat perhatian yang tinggi pada realisasinya, baik tahun 2011, maupun tahun 2012. Hal itu
terlihat dari rencana anggaran tahun 2011 pada RPJMD, sebesar Rp.431.000.000., sedangkan realisasi anggaran
sebesar Rp.1.200.000.000. terjadi kenaikan hampir 300. Pada tahun 2012 telah dianggarkan pada RPJMD sebesar Rp.
900.000.000,
sedangkan realisasinya
sebesar Rp.
835.000.000 terjadi penurunan sebesar 7. Disini terjadi ketidak konsistenan yang cukup tinggi terutama antara tahun
2011 bila dibandingkan dengan tahun 2012.
g. Pengembangan Nilai Budaya
Pada program ini terlihat ketidakkonsistenan yang cukup tinggi, pada tahun 2011dan 2012. Hal itu terlihat dari rencana
anggaran pada RPJMD tahun 2011 sebesar Rp.785.000.000,
68
sedangkan realisasi anggaran sebesar Rp.349.000.000 terjadi penurunan sebesar 55,54. Pada tahun 2012
rencana pada RPJMD sebesar Rp.863.000.000, sedangkan direalisasikan sebesar Rp.980.516.825. Terjadi peningkatan
Rp.117.516.825 atau 13,61. Dengan kata lain terjadi perhatian yang tinggi pada program ini di tahun 2012.
h. Pemberdayaan Kelembagaan Adat
Pada program ini juga terlihat ketidakkonsistenan yang sangat tinggi. Karena rencana anggaran pada RPJMD tahun
2011 sebesar Rp. 1.600.000.000 direalisasikan sebesar Rp.315.000.000. Terjadi penurunan yang sangat tajam
80,31. Dengan kata lain perhatian terhadap program ini sangat rendah. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2012
karena rencana anggaran pada RPJMD sebesar Rp. 1.815.000.000,
direncanakan anggaran
sebesar Rp.
1.063.970.000. Sedangkan terealisir sebesar Rp. 975.014.650. Dengan kata lain terjadi penurunan perhatian disini pada
pelaksanaan anggaran dan realisasinya.
Mencermati data dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembangunan bidang agama dan budaya
terjadi ketidakkonsistenan bahkan ada ketidakkonsistenan itu yang sangat tajam seperti terjadi pada pembangunan bidang
budaya dan adat. Dengan kata lain pada bidang budaya dan Adat yang berfilosofi ABS-SBK untuk tahun tahun kedepan
perlu kerja keras di bidang pembangunan ini. Sedang pada aspek keagamaan, walaupun terlihat ketidakkonsistenan
namun perhatian pada realisasinya cukup tinggi karena realisasi anggarannya melebihi dari anggaran yang terdapat
pada dokumen RPJMD tahun 2010-2015. Hal itu ditopang lagi dengan dana APBN yang dilaksanakan oleh Kementerian
Agama dan dana masyarakat.
5.1.3. Evaluasi Kinerja Program
a. Evaluasi Perencanaan Anggaran
Diatas telah dijelaskan seperti apa konsistensi yang terdapat di dalam perencanaan pembangunan pada dokumen RPJMD
dan realisasi pada SKPD yang terlihat di dalam program-
69
program perencanaan. Penjelasan dimaksud memperlihatkan bahwa secara umum perhatian kepada pembangunan bidang
agama cukup tinggi. Hal itu terlihat dari adanya upaya peningkatan anggaran pada pelaksanaan oleh SKPD bila
dibandingkan dengan dokumen perencanaan pada RPJMD. Semangat
itu sesungguhnya
selaras dengan
pesan perencanaan yang terdapat pada RPJPD Provinsi Sumatera
Barat yang juga terimplementasi pada dokumen RPJMD tahun 2010-2015.
Pada pembangunan bidang budaya dan adat dalam jargon ABS-SBK terkesan realisasi pesan yang terdapat di
dalam RPJPD dan RPJMD belum lagi terimplementasi pada RKPDnya. Hal itu terlihat dari kecilnya perencanaan anggaran
pada SKPD pada tahun 2011 maupun tahun 2012.Oleh karenanya pembangunan pada bidang budaya dan adat pada
dua tahun kedepan membutuhkan kerja keras bagi pelaku pembangunan.
b. Evaluasi Capaian
Untuk melihat capaian kinerja pembangunan tahun 2011- 2012 dibawah ini ditampilkan tabel capaian kinerja RPJMD.
Capaian kinerja dua tahunan RPJMD Provinsi Sumatera Barat dapat dilihat pada tabel capaian indikator makro dan prioritas
RPJMD 2010-2015 seperti dibawah ini;
Tabel diatas memperlihatkan bahwa capaian kinerja tentang pengamalan agama dan ABS-SBK, secara makro
dapat tercapai sesuai dengan target yang diharapkan. Untuk beberapa kegiatan capaiannya bahkan melebihi target yang
ditentukan. Kondisi ini disebabkan adanya kebijakan yang memungkinkan untuk mencapai target yang lebih tinggi
70
dalam hal tersebut. Di samping itu juga ada faktor pendukung yang memungkinkan untuk bekerja lebih efektif dan efisien.
Faktor kerjasama yang baik antar SKPD merupakan aspek penting dalam keberhasilan pelaksanaan program ini.
Pada sisi lain, terlihat bahwa target yang diinginkan dalam perencanaan belum tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Hal itu terlihat pada kinerja pemberantasan maksiat yang merupakan indikator pemahaman dan
pengamalan agama, serta penerapan nilai-nilai ABS-SBK dalam kehidupan bermasyarakat. Karena tabel diatas
memperlihatkan terjadinya peningkatan pelaku maksiat pada tahun 2011 dan juga pada tahun 2012. Ironisnya semakin
banyak pengamal ibadah dari tahun ke tahun khususnya tahun 2011 dan 2012, dan mampunya dicapai peringkat
tertentu di dalam MTQ, namun kasus maksiat semakin banyak pula. Boleh jadi hal ini disebabkan nilai-nilai ABS-SBK
belum lagi terimplementasi pada masyarakat Minangkabau.
Belum maksimalnya implementasi nilai-nilai agama dan budaya
ABS-SBK itu
ditengah-tengah masyarakat
dimungkinkan karena pelatihan-pelatihan, sosialisasi nilai-nilai ABS-SBK dimaksud belum lagi maksimal. Karena pelatihan-
pelatihan dilakukan belum mencapai tingkat yang maksimal. Dari tabel diatas terlihat bahwa pelatihan SDM adat dilakukan
antara 4 dan 6 lembaga setiap tahunnya, baik tahun 2011 maupun tahun 2012. Begitu juga sosialisasi nilai-nilai adat
dan budaya ABS-SBK bergerak antara 14 sampai 21 kali dalam rentangan waktu 2 tahun 2011 dan 2012.
Dari aspek kinerja, tabel diatas memperlihatkan bahwa pelaku pembangunan tidak terkesan bekerja keras. Hal itu
terlihat dengan banyaknya target yang statis, seperti; target pelatihan tahun 2011 adalah 4 dan tahun 2012 juga 4. Begitu
juga pengembangan lembaga Adat hanya dua lembaga setiap tahunnya. Pada sosialisasipun terlihat seperti itu. Seyogyanya,
dengan meningkatnya angka pelaku maksiat maka pelatihan, sosialiasi dan program-program pengawasan semakin
ditingkatkan. Dua tahun kedepan tentunya dibutuhkan kerja keras lagi dalam memacu pembangunan di bidang agama dan
budaya ABS-SBK.
71 5.1.4. Permasalahan dan Analisis
Mencermati realisasi
pembangunan tahun
2011-2012 berdasarkan capaian kinerja pembangunan, ada beberapa
permasalahan yang perlu menjadi perhatian terutama dalam melanjutkan pembangunan.
a. Implementasi Tujuan, Arah pada Program.
Setiap pembangunan mestilah dapat diukur keberhasilannya. Untuk mengukur keberhasilan dapat dilihat pada indikator
pembangunan. Indikator pembangunan akan terlihat pada realisasi atau pelaksanaan program. Pada aspek keagamaan
yang dapat diukur adalah implementasi pemahaman yaitu pengamalan. Pemahaman keagamaan yang baik akan
melahirkan pengamalan yang baik pula. Salah satu program untuk meningkatkan pemahaman adalah melalui penyuluhan,
sosialisasida’wah atau mendekatkan akses informasi keagamaan dan budaya kepada masyarakat luas. Sedangkan
pengamalan memerlukan program pelatihanskill. Begitu pula halnya pada penyerapan nilai-nilai budaya. Bila diperhatikan
program-program
dalam perencanaan
pembangunan keagaman dan budaya, terlihat masih ada yang belum
aplikabel. Dengan kata lain keselarasan antara tujuan dan arah pembangunan dengan program-progran keagamaan dan
budaya masih belum implementatif. Hal inilah yang perlu ditingkatkan dalam merancang program-program keagamaan
dan kebudayaan ABS-SBK, dalam waktu 2 tahun kedepan.
b. Keselarasan Perencanaan dengan Anggaran
Betapapun bagusnya perencanaan yang dibuat, kalau pada implementasinya tidak benar-benar aplikatif, maka akan
mengakibatkan sulitnya untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Akan halnya perencanaan pembangunan
bidang keagamaan dan kebudayaan ABS-SBK, pada tahun 2011-2012 terlihat masih belum seimbang dukungan dana
untuk mencapai tujuan dan sasaran program pembangunan keagamaan dan budaya dimaksud. Hal itu terlihat pada
pembangunan sarana untuk melakukan rekayasa nilai-nilai ABS-SBK kedalam prilaku masyarakat Sumatera Barat. Karena
sarana dimaksud akan berfungsi sebagai media laborisasi
72
niali-nilai. Begitu juga halnya dengan wilayah sasaran yang harus dijangkau oleh tujuan dan sasaran mestilah meliputi
semua kawasan agama dan budaya ABS-SBK. Pada program penyuluhan misalnya, terlihat baru pada SDM yang
berada pada kantor Gubernur. Boleh jadi pada setiap instansi pemerintahan di Sumatera Barat telah melakukannya, namun
tidak ditemukan data terhadap yang disebut terakhir ini. Begitu juga dengan komunitas masyarakat selain pegawai
pemerintahan, belum menjadi perhatian oleh pembangunan keagamaan. Sama halnya dengan penyerapan nilai-nilai
budaya masyarakat pada Provinsi Sumatera Barat.
c. Peningkatan Target
Target adalah suatu capaian yang telah diraih oleh suatu kinerja pembangunan. Dari tahun ke tahun sudah dikantongi
sejumlah hasil dari suatu kinerja pembangunan. Namun di dalam tampilan target tidak terlihat sejumlah hasil akumulasi
dari capaian yang telah diraih dari tahun ke tahun tersebut. Hal itu dapat dilihat dari angka-angka yang ditulis pada
indikator capaian adalah angka-angka yang sama. Mestinya angka itu semakin banyakatau meningkat dari tahun ke
tahunnya.
Hal itu
menyebabkan statisnya
gerak pembangunan keagamaan dan budaya ABS-SBK. Dengan kata
lain pelaku pembangunan terkesan jalan tempatstatis.
5.1.5. Penyesuaian Kebijakan
Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, maka dipandang perlu dilakukan kebijakan dalam memacu target
sesuai dengan perencanaan yang telah diagendakan di dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 yaitu:
a. Pengembangan dan Peningkatan Program.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan di bidang keagamaan dan budaya ABS-SBK yang telah diagendakan di
dalam RPJMD,
perlu dilakukan
pengembangan
dan
peningkatan
program-program pembangunan agama dan budaya ABS-SBK.
Pengembangan
dimaksudkan adalah kebijakan ekstensifikasi program-program kearah sasaran
yang belum terjangkau pada tahun 2011-2012. Sedangkan
73
peningkatan
dimaksudkan adalah meningkatkan volume dan frekuensi program.
b. Peningkatan Target
Mengingat belum maksimalnya target capain agenda pembangunan agama dan budaya ABS-SBK, serta agar
tercapainya target RPJMD pada tahun 2015, dipandang perlu untuk meningkatkan target capaian baik di tahun 2013, 2014
dan tahun 2015.
c. Penyelarasan Anggaran
Untuk mewujdukan cita-cita pembangunan Agama dan Budaya ABS-SBK yang telah dituangkan dalam dokumen
perencanaan RPJPD dan RPJMD Provinsi Sumatera Barat yang memiliki nilai yuridis, diperlukan dukungan dana anggaran
yang memadai.
74 BAB VI
EVALUASI KINERJA AGENDA PERBAIKAN TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH
Perbaikan terhadap tata kelola pemerintahan daerah tidak saja menjadi agenda pemerintah daerah tersebut, tapi
juga bagian
dari agenda
nasional. Apalagi
sejak dilaksanakannya asas desentralisasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah, maka pemerintah menempatkan agenda reformasi birokrasi sebagai agenda utama di daerah.
6.1 Prioritas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Dalam Pemerintahan