114 BAB VII
EVALUASI KINERJA AGENDA PENINGKATAN KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DAN PENGEMBANAN IPTEK
7.1. Prioritas Peningkatan Pemerataan dan Kualitas
Pendidikan
7.1.1. Konsistensi RPJMD dengan RKPD
Rencana Pembangunan bidang pendidikan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010
–2015 difokuskan pada tiga program utama yaitu: 1 Pemerataan dan Perluasan Akses
Pendidikan; 2 Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing; dan 3 Tatakelola, Akuntabilitas dan Pencitraan Publik. Ketiga
program utama tersebut dirinci dalam beberapa program kegiatan yang dituangkan dalam RPJMD, RKPD, dan program
yang didanai dari APBD.Hal ini menuntut adanya konsistensi dalam perencanaan pembangunan khususnya dibidang
pendidikan.
Untuk merealisasikan
program tersebut
perlu dukungan dana yang cukup besar, oleh karena itu tidak
cukup didanai dari ABPD saja, tetapi juga perlu dukungan dana dari sumber lain di antaranya adalah dari APBN. Dengan
demikian ada kemungkinan terjadi program kegiatan yang sumber dananya dari APBD tidak muncul dalam program lain
yang sumberdananya dari APBN dan sebaliknya. Hal ini menimbulkan kesan adanya ketidak konsistensinya program
kegiatan antara RPJM, RKPD, dan APBD.
Untuk mengetahui taraf konsistensi program tersebut berikut ini dipaparkan data tentang program dari RPJMD,
program dari RKPD, dan program dari APBD untuk bidang pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan.
115 Tabel 7.1.
Konsistensi program kegiatan dalam RPJMD, RKPD, dan Program yang Sumber dananya dari APBD.
NO PROGRAM RPJMD
PROGRAM RKPD 2012 PROGRAM APBD
1 Program gerakan terpadu
peningkatan SDM Program Gerakan Terpadu
Peningkatan SDM -
2 Program peningkatan
pelayanan pendidikan anak usia dini
Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan Anak
Usia Dini Program peningkatan
pelayanan pendidikan anak usiadini
3 Program peningkatan
akses pendidikan dasar Program Peningkatan Akses
Pendidikan Dasar Program peningkatan akses
pendidikan dasar 4
Program peningkatan akses perluasan dan
pemerataan pendidikan menengah
Program Peningkatan akses Perluasan dan Pemerataan
Pendidikan Menengah Program
pendidikanmenengah 5
Program peningkatan pelayanan pendidikan
non formal dan informal Program Peningkatan
Pelayanan Pendidikan Non Formal dan Informal
Program peningkatan pelayanan pendidikan non
formaldan informal 6
Program pendidikan luar biasa
Program Pendidikan Luar Biasa
Program pendidikan luar biasa
7 program manajemen
pelayanan pendidikan dan tugas teknis lainnya
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
Program manajemen pelayanan pendidikan dan
tugas teknis lainnya 8
Program pendidikan berkarakter
Program Pendidikan Berkarakter
Program pendidikan berkarakter
9 Program peningkatan
koordinasi dan fasilitasi pendidikan
Program Peningkatan Koordinasi dan Fasilitasi
Pendidikan Program peningkatan
koordinasi dan fasilitasi pendidikan
10 Program pembinaan dan
pemasyarakatan olahraga Program pembinaan dan
pemasyarakatan olahraga Program pembinaan dan
pemasyarakatan olahraga 11
program peningkatan sarana dan prasarana
olahraga Program Peningkatan Sarana
dan Prasarana Olah Raga Program peningkatan
sarana dan prasarana olahraga
12 Program peningkatan
peranserta kepemudaan Program Peningkatan
Peranserta Kepemudaan Program peningkatan peran
serta kepemudaan 13
Program pengembangan organisasi pemuda dan
manajemen olahraga Program pengembangan
organisasi pemuda dan manajemen olahraga
tidak ada 14
Program peningkatan penyadaran kepemudaan
Program peningkatan penyadaran kepemudaan
tidak ada 15
Program pengembangan kepemimpinan pemuda
Program pengembangan kepemimpinan pemuda
tidak ada 16
Program pengembangan budaya baca dan
pembinaan perpustakaan Program Pengembangan
Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
tidak ada
Berdasarkan tabel7.1.
diatas terdapat
adanya konsistensi antara RPJMD dan RKPD th 2012, namun ada 4
empat program yang tidak tercantum dalam RPJMD maupun RKPD tetapi tidak terdapat dalam APBD. Secara
umum dapat dikemukakan bahwa semua program yang ada dalam RPJMD telah terakomodir seluruhnya dalam RKPD
maupun program-program yang didanai oleh anggaran APBD,
116
hanya saja penempatan program kegiatannya yang terpencar dalam beberapa program kegiatan yang lain tidak dalam
rumpun kegiatan yang sejenis. Berikut ini juga ditampilkan konsistensi dukungan pembiayaan dalam program RPJMD
dengan RKPD, selama tiga tahun.
Tabel 7.2. Konsistensi RPJMD dengan RKPD
Berdasakan data pada tabel 7.2. di atas dapat dikemukakan bahwa secara umum ada konsistensi penganggaran antara
program-program yang telah direncanakan dalam RPJMD dengan program yang direncanakan dalam RKPD, namun ada
beberapa program yang sumber dananya dari APBD tetapi penempatan program tersebut tidak dalam program ini yaitu
terdapat pada program yang lain, jadi program kegiatan dan
117
anggarannya tetap ada. Berikut ini gambaran ringkas tentang cakupan kegiatan untuk beberapa program yang telah
dituangkan dalam RPJMD dan RKPD.
1. Program peningkatan pelayanan pendidikan anak usia
dini antara lain pengadaan alat permainan edukatif PAUD, meningkatkan kualifikasi guru PAUD, dan
meningkatkan perluasan dan pemerataan akses pendidikan.Upaya lain yang telah dilakukan seperti
pelatihan pengelola dan pendidikan dan Jambore PAUD.
Untuk merealisasikan kebijakan tersebut, maka semua SKPD KabupatenKota telah mengalokasikan anggaran
untuk peningkatan segi kuantitas maupun kualitas pelaksanaan pendidikan anak usia dini, sebagai contoh
pada tahun 2012 anggaran program ini sebesar Rp. 490.579.980. Sudah cukup banyak 712 orang guru
PAUD yang telah memperoleh sertifikasi profesi pendidik serta memperoleh beberapa jenis pelatihan
antara lain pembuatan desain media dan alat peraga, pembinaan sekolah sehat.
2. Program
peningkatan akses
pendidikan dasar,
mencakup beberapa kegiatan seperti meningkatkan wajib belajar hingga usia 12 tahun, meningkatkan
perluasan dan pemerataan akses pendidikan, dan meningkatkan kualifikasi guru pendidikan dasar.
Program wajib belajar 9 tahun boleh dikatakan telah mencapai target sasaran yang direncanakan, oleh
karena itu target sasarannya ditingkatkan menjadi wajib belajar usia 12 tahun, dan program ini telah
dilaksanakan
oleh beberapa
pemerintah KabupatenKota.Pada
tahun 2011
pelaksanaan kegiatan wajib belajar 12 tahun telah tercapai 21,05.
Untuk kelancaran pelaksanaan kebijakan tersebut pemerintah juga mengalokasikan dana pendidikan yang
berupa dana Bantuan Operasional Sekolah BOS. Hingga saat ini kegiatan tersebut dapat berjalan
dengan lancar.
118
3. Program peningkatan akses perluasan dan pemerataan
pendidikan menengah, meliputi program kegiatan meningkatkan perluasan dan pemerataan akses
pendidikan, meningkatkan kualifikasi guru pendidikan menengah. Upaya ini dapat dikatakan cukup berhasil
dengan ditandainya makin meningkatnya APK dan APM pada setiap jenjang pendidikan. Upaya yang telah
dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini antara lain dengan memberikan dana bantuan BOS, bantuan
pemberian beasiswa melalui BAZ, dan sebagainya. Melalui beberapa upaya tersebut anak-anak yang
berasal
dari keluarga
kurang mampu
dapat melanjutkan pendidikannya.
4. Program peningkatan pelayanan pendidikan non formal
dan informal,
antara lain
mencakup kegiatanmenurunkan persentase buta aksara hingga
usia di atas 15 tahun, meningkatkan perluasan dan pemerataan
akses pendidikan.Di
samping itu
peningkatan pelayanan pendidikan non formal dan informal juga dilakukan beberapa upaya seperti
penyelenggaraan program kecakapan hidup
life skill
, penyelenggaraan pendidikan melalui Paket A,B, dan C,
workshop pengembangan model pelatihan pendidikan dan tenaga kependidikan non formal, penyelenggaraan
pelatihan pengelola pendidikan non formal, dan pengembangan pendidikan keaksaraan fungsional.
5. Program
pendidikan luar
biasa antara
lain meningkatkan sarana dan prasarana SLB Sumatera
Barat, penulisan buku ajar untuk PLB, dan workshop guru dan siswa PLB. Di samping itu juga telah
dilakukan beberapa
kegiatan yang
mendukung peningkatan program pendidikan Luar Biasa seperti
pelatihan manajemen Kepala Sekolah PLB, Validasi data SLB inklusi dan Akreditasi se-Sumatera Barat,
Rehabilitasi ruang kelas SLB Negeri dan pengadaan alat pendidikan SLB Negeri se-Sumatera Barat.
6. Program manajemen pelayanan pendidikan dan tugas
teknis lainnya mencakup beberapa kegiatan antara lain
119
meningkatkan pengelolaan,
pengawasan dan
manajemen pelayanan pendidikan. Di samping itu juga telah dilaksanakan monitoring dan pembinaan serta
sosialisasi program sekolah berwawasan keunggulan lokal PBKL.
7. Program pendidikan berkarakter meliputi kegiatan
Lokakarya Pendidikan Karakter, Kajian Pemantapan Persiapan
Pendidikan Karakter,
dan Persiapan
Pelaksanaan Pendidikan
Karakter di
Sekolah. pendidikan karakter telah diimplementasikan dalam
proses pembelajaran di sekolah, sungguhpun begitu pelaksanaannya masih sangat bervariasi karena belum
ada acuan yang baku dan belum semua guru memahami serta menguasai bagaimana pendidikan
karakter yang seharusnya. oleh karena itu pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah masih diperlukan
penyempurnaan baik dari segi jadwal kegiatannya maupun materinya.
8. Program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga
antara lain berupa kegiatan koordinasi dan fasilitasi hari krida olahraga di lingkungan Pemda Prov.Sumbar,
menyediakan pusat pendidikan dan latihan olahraga pelajar daerahPPLPD Sumbar, pemberdayaan klub
olahraga pelajar tingkat SD, SMP dan SMA, menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar Daerah
POPDA,
dan meningkatkan
budaya olahraga,
kesehatan jasmani-rohani masyarakat. Selama 3 tahun terakhir ini juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan
seperti upaya pemberdayaan klub olahraga pelajar TK, SDMI, menyelenggarakan pusat pendidikan dan
pelatihan olahraga pelajar daerah PPLPD, TC pomas dan porda Provinsi Sumbar, festival olahraga
tradisional tingkat Provinsi Sumbar, dan secara rutin dilaksanakan pekan olagraga pelajar daerah PORDA
Sumatera Barat. Program peningkatan sarana dan prasarana olahraga, mecakup beberapa kegiatan
seperti pembangunan Asrama Atlit Pelajar PPLP
120
Sumbar, pembangunan GOR Senam PPLP Sumbar, dan pembangunan Mushalla PPLP Sumbar.
9. Program peningkatan peranserta kepemudaan ada
beberapa kegiatan antara lain meningkatkan peran serta pemuda dan lembaga kepemudaan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peran serta pemuda dalam pembangunan, serta pembinaan dan
penyebarluasan materi Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan.
10. Program pengembangan organisasi pemuda dan
manajemen olahraga kegiatannya antara lain TC invitasi olahraga tradisional, pelatihan pelatih klub
olahraga pelajar, meningkatkan kualitas organisasi pemuda, meningkatkan keterampilan pemuda, dan
mengembangkan kepemimpinan pemuda.
11. Program pengembangan budaya baca dan pembinaan
perpustakaan terdiri atas beberapa kegiatan seperti penyediaan bantuan pengembangan Puskel dan
layanan sabtu
minggu, otomasi
perpustakaan, penerbitan literatur sekunder, pemeliharaan buku-buku
dan pelestarian bahan pustaka, alih media naskah kuno,
melaksanakan akreditasi
dan sertifikasi
perpustakaan sekolah NPP, sosialisasi Undang- Undang Nomor No. 4 Tahun 1990 tentang KCKR,
pembinaan perpustakaan nagari, bimtek pengelolaan perpustakaan, nagari dan TBM, dan pemasyarakatan
minat dan kebiasaan membaca untuk mendorong terciptanya masyarakat pembelajar.
7.1.2. Evaluasi Makro
1. Capaian
Kinerja Makro
Agenda Peningkatan
Pemerataan dan Kualitas Pendidikan tahun 2010-2012
Secara umum
dapat dikatakan
bahwa Indek
Pembangunan Manusia IPM Daerah Provinsi Sumatere Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 realisasi capaian IPM sebesar 73,78, tahun2011
121
meningkat menjadi 74,28, dan pada tahun 2012 tetap tidak mengalami peningkatan berada pada posisi 74,28.
Bilamana tahun 2013 dan tahun berikutnya diprediksikan meningkat menjadi 75,04 kemungkinan itu bisa tercapai.
Lama sekolah juga mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir 2010 sd 2012 juga mengalami peningkatan
yang berarti dari 8,48 th. hingga 8,68 th. Secara rinci dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Capaian kinerja makro untuk agenda peningkatan pemerataan dan kualitas pendidikan mengalami kemajuan
untuk jenis kegiatan tertentu, disisi lain ada juga yang justru mengalami
penurunan. Penurunan
capaian tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya naiknya kriteria kelulusan secara nasional untuk UN. Gambaran secara rinci
tentang target dan capaian kinerja agenda peningkatan pemerataan dan kualitas pendidikan dapat disajikan pada
tabel berikut ini.
Tabel 7.3. Capaian Kinerja Makro Agenda Peningkatan
Pemerataan dan Kualitas Pendidikan tahun 2010-2012
Berdasarkan data dalam tabel 7.3 di atas dapat dikemukakan capaian kinerja untuk setiap kegiatan sebagai berikut.
122
1. Peningkatan lama sekolah tahun terdapat kenaikan lama sekolah sekitar 10 . Lama sekolah untuk tahun 2012
telah mencapai 8,68 tahun. Capaian ini jauh lebih tinggi dari target nasional yaitu 8,25 tahun sumber Rencana
Strategis Kementerian Pendididkan Nasional 2010 – 2014.
Dalam kondisi seperti itu sebenarnya lama sekolah masyarakat masih tergolong rendah, untuk mempercepat
meningkatkan lama sekolah pemerintah perlu menekan angka putus sekolah, meningkatkan daya tampung untuk
SLTP dan SLTA, serta memperbanyak pembelajaran Paket B dan Paket C.
2. APK SDMISDLBPAKET A pada tahun 2010 telah mencapai 112,54, namun pada tahun 2011 turun menjadi
111,91, tetapi pada tahun 2012 sudah naik lagi menjadi 111,94.
Demikian pula
halnya pada
APK SMPMSDLBPAKET B pada tahun 2010 telah mencapai
98,31, namun pada tahun 2011 turun menjadi 92,96, pada tahun 2012 turun lagi menjadi 93,51. APK SMASMK
MASMALBPAKET C pada tahun 2010 telah mencapai 83,92, namun pada tahun 2011 turun menjadi 67,42,
tetapi pada tahun 2012 sudah naik lagi menjadi 86,75.
Mencapai 67,42 untuk dua tahun terakhir 2011 dan 2012, ini juga mengalami penurunan dibanding capaian
tahun 2010 yaitu sebesar 83,92.
Bila dibandingkan dengan target capaian tingkat nasional pada tahun 2012 dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. APK SDMISDLBPAKET A target nasional 118.2 sedangkan capaian Sumatera Barat baru 111,94
b. APK SMPMSDLBPAKET B target nasional tahun 2012 adalah 103.9 sedangkan capaian Sumatera Barat baru
93,51 c. APK SMASMKMASMALBPAKET C target nasional tahun
2012 sebesar 79.0 untuk Sumatera Baratcapaiannya sebesar 86.75, ini lebih tinggi dari target nasional.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa APK untuk tingkat SD dan SMA capaiannya berada di atas target
123
nasional sampai dengan tahun 2012, namun untuk APK untuk tingkat SMP capaiannya masih di bawah target
nasional.
3. APM SDMISDLBPAKET A pada tahun 2010 telah mencapai 99,67, namun pada tahun 2011 turun menjadi
94,46, tetapi pada tahun 2012 sudah naik lagi menjadi 94,49. APM SMPMSDLBPAKET B pada tahun 2010 telah
mencapai 77,25, kondisi pada tahun 2011 turun menjadi 75,43, tetapi pada tahun 2012 sudah naik lebih lagi
menjadi 80,90. Capaian APM SMASMKMASMALBPAKET C pada tahun 2010 telah mencapai 55,50, namun pada
tahun 2011 turun menjadi 50,34, tetapi pada tahun 2012 sudah naik lagi menjadi 69,67.
APM untuk jenjang pendidikan dasar, dan menengah juga mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
a.
APM SDMISDLBPAKET A target nasional 95.7 sedangkan capaian Sumatera Barat 94,49
b.
APM SMPMSDLBPAKET
B target
nasional 75.4 sedangkan capaian Sumatera Barat 80,90
c.
APM SMASMKMASMALBPAKET C untuk Sumatera Barat capaiannya sebesar 69,67.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa APM baik tingkat SD untuk Sumatera Barat capaiannya masih di bawah
target capaian nasional, namun untuk tingkat SMP sudah lebih tinggi capaiannya dibanding dengan target capaian
nasional.
4. Peningkatan rangking ujian nasional ternyata masih jauh dari yang ditargetkan, Sumatera Barat menargetkan
rangking 9 ternyata hanya mencapai rangking 23 untuk tahun 2012, meskipun demikian telah mengalami
kemajuan dibanding tahun 2011 yaitu menduduki rangking 28. Oleh karena itu perlu kerja keras dari semua pihak
yang terkait untuk meningkatkan peringkat ujian nasional ini. Salah satu upaya yang perlu dilakukan antara lain
mengintensifkan
pelaksanaan belajar
tambahan, melengkapi sarana dan prasarana belajar yang memadai
124
baik jumlah maupun kualitasnya. Meningkatkan motivasi belajar siswa dan meningkatkan jalinan kerjasama antara
pihak sekolah dengan orangtua siswa dalam berbagai hal.
5. Upaya untuk meningkatkan wajib belajar 12 tahun mengalamai kemajuan yang cukup berarti, dan target ini
optimis dapat diwujudkan oleh pemerintah Sumatera Barat. Persentase kenaikan capaian pada tahun 2011
cukup tinggi yaitu 21.05 dan tahun 2012 masih sama dengan tahun 2011. Keberhasilan ini didukung oleh
beberapa faktor seperti keseriusan pihak sekolah untuk melaksanakan wajar 12 tahun, adanya bantuan anggaran
dari pemerintah yang berupa BOS, meningkatnya kesadaran masyarakat orangtua untuk menyekolahkan
anaknya. Banyaknya lapangan pekerjaan yang menuntut calon karyawan memiliki ijazah lebih tinggi di atas
tamatan SLTA.
6. Jumlah lembaga pendidikan yang telah terakreditasi pada tahun 2010 sebesar 30, tahun 2011 mencapai 75, dan
tahun 2012
sebanyak 30.
Menurunnya jumlah
persentase pada tahun 2012 karena sudah banyak sekolah yang telah diakreditasi pada tahun 2011 meskipun ada
sekolah yang memperpanjang akreditasinya namun jumlahnya relatif kecil dengan demikian wajar apabila
jumlah sekolah yang belum terakreditasi semakin kecil. Sehubungan dengan itu pihak yang berwenang perlu
mengingatkan dan memfasilitasi sekolah-sekolah yang memproses akreditasi baik pengusulan baru maupun
usulan perpanjangan masa akreditasinya. Pemerintah perlu memacu agar sekolah yang belum terakreditasi
segera memenuhi persyaratan untuk diakreditasi tentunya mengacu kepada Kepmen RI Nomor 129aU2004 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan di samping keputusan-keputusan lainnya.
7. Rasio guru bidang studi dan siswa untuk pendidikan di Sumatera Barat cukup baik yaitu 1 : 30 selama tiga tahun
terakhir ini. Angka rasio tersebut sebenarnya sudah cukup baik untuk sekolah reguler bukan sekolahkelas
unggulRSBISBI waktu itu. Permasalahannya adalah
125
upaya pemerataan jumlah guru perbidang studi dan daerah kota dan daerah terisolir. Hal ini yang perlu
diambil kebijakan yang saling menguntungkan antara pihak sekolah dan guru yang bersangkutan. Untuk
sekolah-sekolah yang berada diperkotaan atau ibukota kabupaten rasio antara Guru:Murid sudah cukup memang
ideal 1:25, namun untuk sekolah-sekolah yang berada didaerah terpencil, terdepan, dan tertinggal 3T jumlah
guru masih relatif terbatas dibanding dengan jumlah siswanya. Untuk mengatasi hal ini perlu suatu kebijakan
yang cerdas, seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah yaitu menugaskan para sarjana yang baru
tamat dan belum mempunyai pekerjaan tetap diberi kesempatan untuk menjadi pendidik didaerah 3T tersebut
dengan program yang disebut SM3T.
8. Pendidikan berkarakter KabKota pada umumnya sekolah-sekolah untuk setiap jenjang pendidikan telah
berusaha mengimplementasikan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran untuk seluruh kota dan
kabupaten di Sumatera Barat. Upaya menuju pendidikan karakter cerdas bagi peserta didik telah dijalankan oleh
semua guru, meskipun belum terlaksana sebagaimana mestinya. Kendala yang timbul antara lain materi
pendidikan karakter belum ada yang baku secara nasional, belum semua guru memahami bagaimana pendidikan
karakter itu dilaksanakan, belum semua mata pelajaran mengintegrasikan pendidikan karakter dalam proses
pembelajaran. Untuk itu perlu ada rumusan yang jelas dan tegas tentang bentuk dan materi pendidikan karakter di
sekolah.
9. Untuk sekolah boarding school hingga tahun 2012 Provinsi Sumatera Barat telah memiliki tiga sekolah sesuai dengan
yang direncanakan, pada tahun 2010 hingga 2012 baru memiliki dua sekolah. Percepatan pembangunan sekolah
ini menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang
unggul dan berprestasi baik ditingkat regional, nasional, bahkan internasional. Oleh karena itu Pemda selalu
126
mengalokasikan anggaran untuk mewujudkan cita-cita tersebut setiap tahunnya.
10. Upaya membudayakan
olahraga bagi
masyarakat Sumatera Barat tiga tahun terakhir 2010 sd 2012 terus
mengalami peningkatan, meskipun belum sesuai dengan yang ditargetkan. Pada tahun 2010 telah mencapai 60
dan pada tahun 2012 sudah mencapai 67,5 dari yang ditergetkan 75.
11. Masalah perkembangan IPTEKS capaiannya sesuai dengan yang ditergetkan. Untuk penelitian dan pengembangan
terapan capaian tahun 2010 baru 11 judul, pada tahun 2011 mengalami peningkatan jumlahnya yaitu 14 judul,
dan tahun 2012 sudaah mencapai 19 judul. Capaian tersebut sesuai dengan yang ditargetkan, peningkatan
yang cukup menggembirakan ini tidak terlepas dengan adanya kerjasama yang baik antara Bidang Penelitian dan
Pengembangan Bappeda Provinsi, Peneliti, Perguruan Tinggi dan Lembaga Litbang lainnyayang ada di Sumatera
Barat yang memiliki tenaga peneliti maupun fasilitas penelitian. Untuk tahun-tahun selanjutnya kerjasama
seperti yang telah dirintis itu perlu ditingkatkan agar penelitian yang dihasilkan lebih banyak lagi. Mengenai
diskusi aktual juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Tahun 2010 baru terlaksana 5 topik, tahun 2011
sudah meningkat menjadi 17 topik, dan tahun 2012 meningkat lagi menjadi 23 topik yang didiskusikan.
Terlaksananya kegiatan ini juga didukung oleh peran aktif dari Dewan Risert Daerah DRD Provinsi Sumatera Barat
yang
aktif melaksanakan
kegiatannya, terutama
mendiskusikan topik-topik aktual untuk menunjang pembangunan.
7.1.3. Evaluasi Kinerja Program
Upaya pemerataan
dan peningkatan
kualitas pendidikan di Sumatera Barat dari tahun 2010 sampai tahun
2012, mancakup beberapa program yang dilaksanakan selama tiga tahun tersebut antara lain: program peningkatan
kualitas pembelajaran dan pengelolaan pendidikan, program
127
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, program pendidikan anak usia dini, program wajib belajar
pendidikan dasar 9 tahun, program pendidikan menengah, program pendidikan luar biasa, program pengembangan
budaya baca dan pembinaan perpustakaan, program manajemen pelayanan pendidikan, program pendidikan non
formal, program pendidikan berkarakter, program pembinaan dan pemasyarakatan olahraga, program pengembangan
kepemimpinanpemuda.
1. Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi
Murni APM Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 Sampai 2012
Pemerintah Provinsi Sumatera Barat cukup berhasil dalam melaksanakan program peningkatan akses dan perluasan
kesempatan pendidikan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Prestasi yang cukup menonjol dalam pelaksanaan
program peningkatan akses dan perluasan kesempatan belajar di Sumatera Barat dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir terlihat dari peningkatan indikator Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM pada setiap
satuan dan jenjang pendidikan.
Tabel 7.4. Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi
Murni APM Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010 sampai 2012
Capaian APK maupun APM pada tahun 2010 lebih tinggi dibanding dengan capaian pada tahun 2011 dan 2012,
meskipun demikian dapat dikemukakan bahwa dalam kurun waktu dua tahun terakhir 2011-2012 telah terjadi
128
peningkatan yang cukup menggembirakan baik APK maupun APM untuk setiap jenjang pendidikan.
Capaian APK tingkat SDmasih berada di bawah target nasional yaitu tahun 2010 117,2, untuk tahun 2011 117,6,
dan tahun 2012 ditargetkan 118,2 sumber:Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sungguhpun
demikian APK dan APM telah terjadi peningkatan pada tahun 2012 cukup tinggi untuk semua jenjang pendidikan,
diprediksikan peningkatan ini akan terus terjadi pada tahun- tahun berikutnya. Hal ini dimungkinkan karena peningkatan
sarana dan prasarana pendidikan terus dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat sesudah terjadinya
gempa bumi tahun 2009 lalu.
2. Percepatan
dan pengembangan
Pendidikan di
Sumatera Barat 2010-2012
Beberapa upaya percepatan dan pengembangan pendidikan di Sumatera Barat antara lain melalui program wajib belajar
12 tahun, meningkatkan jumlah lembaga pendidikan terakreditasi, mencapai target rasio guru bidang studi dan
siswa secara ideal, pelaksanaan pendidikan berkarakter kabkota, meningkatkan budaya olahraga dan kesehatan
jasmani, dan melaksanakan penelitian dan pengembangan terapan, serta diskusi aktual. Secara rinci dapat disampaikan
datanya melalui tabel berikut ini.
Tabel7.5. Percepatan dan pengembangan Pendidikan di
Sumatera Barat 2010-2012
129
Perintisan wajar 12 tahun telah dilaksanakan oleh pemerintah Sumatera Barat, pada tahun 2010 telah tercapai
3 dari SMA di Sumatera Barat melaksanakan wajar 12 tahun. Pada tahun 2011 dan 2012 sudah mencapai 21,05
sekolah yang melaksanakan wajib belajar 12 tahun. Peningkatan ini tidak terlepas dari perhatian pemerintah
KabupatenKota untuk memberikan dukungan dalam berbagai bentuk, seperti adanya dana BOS, ditiadakannya berbagai
pungutan biaya yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Selama 3
tahun terakhir
2010-2012 terjadi
peningkatan yang sangat tinggi berkaitan dengan jumlah sekolah yang terakreditasi. Pada tahun 2010 baru ada 30
sekolah di Sumatera Barat yang mengajukan akreditasi, namun tahun 2011 meningkat dua kali lipat jumlahnya dan
tahun 2012 telah mencapai 67,68 sekolah yang terakreditas. Hal ini terjadi seiring dengan tuntutan dan
kesadaran masyarakat perlunya sekolah yang bermutu. Begitu pula halnya dengan rasio guru dan siswa di awal tahun
2010 rata-rata seorang guru menghadapi 55 orang siswa dalam satu kelas, namun tahun 2011-2012 rasio guru siswa
sudah mencapai 1:30 yang idealnya adalah 1:25. Dengan demikian mutu pendidikan akan dapat lebih ditingkatkan di
Sumatera Barat. Hal ini juga dikuti adanya penambahan jumlah
Boarding School Bertaraf Maju,
hingga tahun 2012 telah ada 3 sekolah
Boarding School
di Sumatera Barat
.
Budaya olahraga dan kesehatan jasmani dikalangan pelajar perkembangannya cukup menggembirakan, dari data
yang ada tahun 2012 telah mencapai 67,5 masyarakat di Sumatera Barat berperan aktif dalam bidang olahraga dan
kesehatan jasmani. Hal ini didukung oleh beberapa kebijakan pemerintah Provinsi , KabupatenKota di Sumatera Barat yang
telah menyelenggarakan iven-iven pertandingan olahraga dan seni.
Untuk percepatan dan peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Barat pemerintah Provinsi bersama Pemerintah
KabupatenKota juga telah menyelenggarakan kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terapan, serta diskusi aktual.
130
Selama 3 tahun terakhir 2010-2012 jumlah kegiatan tersebut cukup tinggi pada tahun 2011 jumlah penelitian ada
14 judul dan tahun 2012 meningkat menjadi 19 judul. Untuk diskusi aktual pada tahun 2010 baru 5 topik, tahun 2011
meningkat menjadi 17 topik, dan pada tahun 2012 kegiatan tersebut meningkat cukup tinggi yaitu ada 23 topik yang telah
dilaksanakan.
3. Peningkatan Kualifikasi Guru Profesional
Upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan, salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah meningkatkan
keprofesionalan guru melalui pemberian sertifikat sebagai guru profesional. Selama tiga tahun terakhir sampai dengan
tahun 2012 jumlah guru yang telah memiliki sertifikat guru profesional diupayakan meningkat. Melalui tabel berikut ini
dikemukakan capaian peningkatan kualifikasi guru melalui program sertifikasi.
Tabel 7.6. Peningkatan Profesional Guru setara S1D4
Peningkatan jumlah guru Taman Kanak-kanak TK yang telah mendapatkan sertifikasi cukup tinggi pada tahun
2010 baru 30 orang, tahun 2011 meningkat menjadi 390 orang, dan tahun 2012 sudah ada 712 orang guru.
Peningkatan jumlah guru yang mendapat sertifikasi guru profesional mengalami lonjakan yang sangat tinggi yaitu
terjadi pada tingkat SMP dan SMA.
Selama tiga tahun 2010, 2011, dan 2012 guru yang telah memperoleh sertifikasi pendidik profesional jumlahnya
cukup besar. Ini menandakan ada keberhasilan program peningkatan keprofesionalan guru professional selama tiga
131
tahun terakhir. Dengan harapan dapat memacu peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Barat.
Seiring dengan peningkatan jumlah guru profesional, ternyata juga terjadi peningkatan jumlah guru yang memiliki
kualitas pendidikan setara S1D4. Guru pada semua jenjang pendidikan mengalami peningkatan kualifikasi, sebagaimana
tergambar pada tabel berikut ini.
Tabel 7.7 Peningkatan Kualifikasi Guru setara S1D4
Pesatnya peningkatan kualifikasi guru setara S1D4 ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang memberikan
bantuan beasiswa untuk melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi. Di samping itu juga adanya kebijakan untuk
memberikan izin belajar bagi guru-guru yang berminat untuk melanjutkan pendidikan. Sejak tahun 2006 Pemda Sumatera
Barat memberikan bantuan biaya kuliah bagi guru-guru yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Dukungan
pemerintah seperti
itu hendaknya
lebih ditingkatkan terutama dari segi anggaran biaya pendidikan.
Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 BAB IV pasal 9 yaitu tentang Guru dan Dosen,
bahwa guru minimal memiliki pendidikan S1DIV.
4. Perkembangan Jumlah Sekolah di Sumatera Barat
2010-2012
Selama tiga tahun terakhir yaitu sejak tahun 2010 sampai 2012 pemerintah Provinsi Sumatera Baratberusaha
meningkatkan daya tampung dengan cara meningkatkan jumlah lembaga persekolahan untuk memberikan peluang
yang lebih besar bagi masyarakat untuk memperoleh
132
pendidikan. Kondisi riil jumlah sekolah di Sumatera Barat hingga tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel 7.8 di atas dapat diketahui bahwa lembaga persekolahan untuk tingkat Taman-Kanak-Kanak
TK jumlahnya meningkat 8,65, untuk tingkat SD meningkat 4,73, tingkat SMP meningkat 12,57, untuk
SMP satu atap memang tidak dikembangkan sehingga tidak ada penambahan, sedangkan untuk tingkat SMA jumlahnya
meningkat 16,66, dan tingkat SMK meningkat 32,02 . Peningkatan jumlah sekolah selama tiga tahun terakhir
mengalami
kemajuan yang
berarti, sehingga
dapat meningkatkan daya tampung. Khusus untuk SMP satu atap
memang seyogyanya tidak ada lagi karena program tersebut adalah program yang bersifat darurat untuk menanggulangi
keberlangsungan pendidikan bagi siswa didaerah tertentu.
Tabel 7.8 Perkembangan Jumlah Sekolah di Sumatera Barat
2010-2012 NO
Satuan Pendidikan
Jumlah Lembaga Persekolahan
Keterangan
2010 2011
2012 1 TK
1.918 2.068
2.084 Naik 8,65 2 SD
4.180 4.376
4.378 Naik 4,73 3 SMP
676 760
761 Naik 12,57
4 SMP SATAP 120
- -
- 5 SMA
252 294
294 Naik 16.66
6 SMK 178
235 235
Naik 32.02
Sumber Data : Dinas PendidikanProvinsi Sumatera Barat 2013 Keterangan : SMP SATAP = SMP Satu Atap
Pada sisi lain jumlah SMK mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah
yaitu memperbesar jumlah SMK dibanding dengan SMA. Pemprov. Sumatera Barat berusaha merealisasikan kebijakan
tersebut, sehingga dalam kurun waktu tiga tahun 2010- 2012 jumlah SMK meningkat 32,02. Jenjang pendidikan
lainnya juga ditingkatkan, namun peningkatan tersebut tidak sebesar pada SMK. Keberhasilan meningkatkan daya tampung
133
melalui peningkatan jumlah persekolahan hasilnya cukup menggembirakan.
5. Peningkatan Ruang Kelas Layak Pakai Sumatera
BaratTahun 2010-2012
Rehabilitasi ruang kelas yang terus-menerus dilakukan oleh pemerintah melalui dana APBD Provinsi serta sharing
dana dari APBD KabKota sejak terjadinya gempa bumi 2009 hingga saat ini menambah jumlah ruang kelas dalam kondisi
baik dan layak pakai. Tabel berikut ini memperlihatkan persentase ruang kelas dalam kondisi baik dan layak pakai.
Pada tahun 2010 ruang kelas yang layak pakai jumlahnya cukup besar karena saat itu dana untuk rehabilitasi
ruang kelas yang rusak akibat gempa bumi 2009 sangat besar jumlah dananya. Tahun 2011 dan 2012 ruang kelas yang
layak pakai jumlahnya menurun hal ini terjadi kemungkinan penyebabnya
antara lain ruang
kelas yang
belum mendapatkan dana untuk rehabilitasi pada tahun 2010
mengalami kerusakan atau dihancurkan untuk proses pembangunan gedung baru.
Tabel 7.9 Persentase Peningkatan Ruang Kelas Layak Pakai
Sumatera BaratTahun 2010-2012
No SatuanJenjang
Pendidikan Persentase Ruang Kelas Kondisi Baik
Layak Pakai 2010
2011 2012
1 SD
74,75 66,77
69,87 2
SMP 76,95
71,70 74,84
3 SMA
96,75 63,57
87,34 4
SMK 90,82
75,46 94,01
Sumber Data:Dinas PendidikanProvinsi Sumatera Barat 2013
6. Perkembangan Jumlah Peserta Didik Siswa Sumatera
Barat 2010-2012
Seiring dengan upaya peningkatan daya tampung ternyata
juga memberikan dampak
positif terhadap
peningkatan jumlah siswa pada setiap satuan jenjang pendidikan pada tahun 2010-2012. Kondisi ini merupakan
134
sebuah indikator keberhasilan peningkatan akses pendidikan di Sumatera Barat, artinya sebagai sebuah kewajiban
Pemerintah Daerah Sumatera Barat melalui pembangunan USB dan RKB telah memberikan pengaruh terhadap
peningkatan jumlah penduduk usia sekolah untuk dapat bersekolah setiap tahunnya, hal ini dapat dilihat dari tabel
berikut.
Tabel 7.10 Perkembangan Jumlah Peserta Didik siswa
Sumatera Barat 2010-2012
Kesadaran masyarakat
meningkat untuk
menyekolahkan anak terutama pada usia TK, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah siswa TK
sebesar 29,14. Peningkatan jumlah murid TK terjadi pada tahun 2012. Pada jenjang pendidikan SD, justru mengalami
penurunan jumlah pada tahun 2012 sebesar 2,65. Untuk jenjang pendidikan SMA naik sekitar 3,43, dan SMK juga
mengalami kenaikan jumlah siswa pada tiga tahun terakhir ini sebesar 4,76. Untuk siswa SMP satu atap sebaiknya
memang jumlahnya harus turun, karena program ini adalah program untuk menanggulangi permasalahan efisiensi dan
efektifitas pelaksanaan pendidikan pada beberapa daerah tertentu.
7. Persentase Siswa Putus Sekolah Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2010 -2012
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi angka putus sekolah, di antaranya dengan
memberikan dana BOS, pembebasan SPP bagi siswa SD hingga SLTA. Upaya tersebut ternyata dapat mengurangi
135
angka putus sekolah di Sumatera Barat. Berikut ini dikemukakan data tentang siswa yang mengalami putus
sekolah.
Tabel 7.11 Persentase Siswa Putus Sekolah Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2010 -2012
No SatuanJenjang
Pendidikan Prosentase Putus Sekolah
2010 2011
2012
1 SD
0,24 0,22
0,20 2
SMP 0,37
0,41 0.35
3 SMA
0,67 0,99
0,95 4
SMK 1,45
0,99 0.97
Sumber Data : Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat 2013
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa angka putus sekolah untuk tingkat SD mengalami penurunan hingga
tiga tahun terakhir, untuk tingkat SMP pada tahun 2011 justru naik jumlah angka putus sekolah sekitar 0,4 namun pada
tahun 2012 turun lagi sekitar 0,6. Untuk tingkat SMA tahun 2011 juga naik sekitar 0,32 tetapi tahun 2012 turun sekitar
0,4. Untuk siswa SMK terus mengalami penurunan jumlah angka putus sekolah selama tiga tahun terakhir ini.
Perubahan angka putus sekolah tersebut tidak terlepas dari adanya beberapa kebijakan pemerintah seperti pemberian
bantuan yang berupa dana BOS sebagaimana dikemukakan pada bagian terdahulu.
8. Persentase Lulus Ujian Nasional Sumatera Barat 2010-
2012
Persentase jumlah siswa SMP, MTs, SMA, MA dan SMK Sumatera Barat yang lulus Ujian Nasional Tahun Pelajaran
2010-2012 mengalami kenaikan di badingkan dengan tahun sebelumnya, kecuali siswa SMK ada sedikit penurunan pada
tahun 2012. Data pada tabel berikut memperlihatkan persentase lulus Ujian Nasional SLTP, SMA, MA dan SMK
Sumatera Barat tiga tahun terakhir.
136 Tabel 7.12
Persentase Lulus Ujian Nasional Sumatera Barat 2010-2012
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat kenaikan persentase kelulusan, meskipun
tidak terlalu tinggi. Sejak tahun 2011 persentase kelulusan untuk tingkat SLTP naik sekitar 21,15, SMA naik 1,37, MA
naik 4,59, tetapi untuk SMK justru mengalami penurunan persentase pada tahun 2012 sekitar 5,76. Penurunan
jumlah kelulusan juga terjadi secara nasional, hal ini kemungkinan disebabkan adanya peningkatan standar
kelulusan dengan nilai rata-rata dari 5.00 menjadi 5.25. Upaya pemerintah Sumatera Barat untuk meningkatkan
kelulusan para siswa dilakukan dengan berbagaimacam kebijakan seperti melaksanakan jam pelajaran tambahan bagi
kelas III, melaksanakan
try out
dalam rangka menghadapi Ujian Nasional UN, melaksanakan pembelajaran dengan
sistem
full day school.
Upaya seperti itu ternyata memberikan hasil yang cukup menggembirakan dengan meningkatnya
jumlah lulusan siswa kelas III pada semua jenjang pendidikan menengah di Sumatera Barat, meskipun kenaikannya tidak
terlalu tinggi.
7.1.4. Permasalahan
Setelah mencermati pelaksanaan program kegiatan bidang Peningkatan Pemerataan dan Kualitas Pendidikan
dalam kurun waktu tiga tahun tarakhir 2010-2012 ternyata masih ditemukan berbagai permasalahan yang perlu dicarikan
pemecahannya untuk masa yang akan datang. Masalah tersebut antara lain:
137
1. Peningkatan rata-rata lama sekolah masih berjalan lambat, hingga tahun 2012 baru tercapai 8,68 padahal target yang
direncanakan capaian tahun 2013 mencapai 10,05. Dengan demikian target tahun 2013 tersebut akan sulit
untuk dicapai. Permasalahan yang dihadapi adalah lama pendidikan untuk masyarakat kita masih tergolong rendah
karena baru mencapai pendidikan setara dengan kelas tiga SMP.
2. Capaian rangking Ujian Nasional pada tahun sekitar 2009- 2010 penah mencapai rangking 9 atau 13, capaian tahun
2011 jauh merosot menjadi rangking 28, lalu pada tahun 2012 sedikit bergeser naik menjadi rangking 23. Kondisi
seperti ini sangat memprihatinkan kita, faktor apa yang menyebabkan anjloknya rangking UN tersebut. Para
pemangku
kepentingan bidang
pendidikan telah
melaksanakan berbagai upaya namun hasilnya belum seperti yang diharapkan.
3. Rasio guru bidang studi dan siswa secara kuantitatif hampir mendekati ideal sekarang 1:30, idealnya adalah
1:25, dalam hal ini tidak ada masalah, namun persoalan yang timbul adalah sudahkah rasio ini merata untuk
semua sekolah di Sumatera Barat, khususnya didaerah yang berada di luar perkotaankabupaten.
Di samping itu dengan pemberian tunjangan daerah bagi guru, ternyata berbeda-beda antara KabKota yang satu
dengan lainnya mengenai besaran jumlah uang yang diterima oleh masing-masing guru, hal ini secara tidak
langsung menimbulkan adanya kecemburuan sosial dan dapat mempengaruhi motivasi kerjanya.
7.1.5. Penyesuaian Target dan Kebijakan
1. Untuk mempercepat dalam meningkatkan lama sekolah pemerintah daerah Sumatera Barat perlu menekan angka
putus sekolah untuk setiap jenjang pendidikan dengan mengefektifkan pemberian Bantuan Operasional Sekolah
BOS, memberikan fasilitas tertentu bagi keluarga tidak mampu agar anak-anak mereka termotivasi untuk sekolah
138
dan merasa ada suatu kemudahan dan keringanan untuk menyekolahkan anaknya.
Di samping itu pemberian bantuan beasiswa bagi guru dan dosen untuk melanjutkan studi kejenjang pendidikan yang
lebih tinggi terus diupayakan. Hal ini melanjutkan program pemerintah terdahulu yaitu ingin mencetak 1000 doktor di
Sumatera Barat.
2. Untuk mengejar ketinggalan atau untuk mengentaskan keterpurukan berkaitan dengan rendahnya rangking Ujian
Nasional diperlukan upaya positif dalam berbagai hal, seperti memotivasi siswa untuk lebih aktif dan serius
dalam belajar agar dapat lulus dengan nilai yang baik dan bisa dipertanggungjawabkan, memberikan insentif yang
memadai bagi guru yang memberikan pelajaran danatau bimbingan kepada siswa di luar jam kedinasannya, agar
lebih serius dan intensif membekali siswa untuk belajar dengan nilai yang baikmemuaskan, menyiapkan siswa
untuk tekun dan serius dalam belajar sejak masuk di sekolahnya masing-masing, sebab nilai rapor akan
dipertimbangkan dalam menentukan kelulusan nantinya.
3. Diperlukan adanya pemerataan tugas bagi guru untuk semua daerah di Provinsi Sumatera Barat, agar tidak
terjadi penumpukan jumlah guru di sekolah-sekolah tertentu seperti sekolah yang ada di perkotaankabupaten
saja, terutama bagi guru yang masih muda usianya. Di samping itu juga dapat melakukan rekrutmen bagi anak-
anak didaerah untuk dididik menjadi guru dengan harapan setelah tamat nantinya kembali kekampung halamannya
untuk mengabdikan diri sebagai guru ditempat itu.
4. Untuk menghindari timbulnya kecemburuan sosial atas diberikannya tunjangan daerah bagi guru, pemerintah
Provinsi Sumatera Barat hendaknya memberikan ketentuan standar minimal berkaitan dengan pemberian
tunda tersebut, karena hingga saat ini ada guru yang menerima tunda dan ada yang tidak. Di samping itu
pemerintah Sumatera Barat juga perlu mendorong dan mengontrol secara intensif bagi sekolah-sekolah swasta
139
untuk menjaga standar mutu pendidikan, dan menfasilitasi upaya meningkatkan mutu pendidikan di Sumatera Barat.
Kebijakan ini secara tidak langsung sebagai unjuk kerja dalam mencapai suatu cita-cita yaitu Sumatera Barat
sebagai kota pendidikan dan sebagai daerah “Industri Otak”. Artinya Sumetara Barat akan dapat melahirkan
tokoh-tokoh intelektual yang dapat berkiprah ditingkat nasional maupun internasional.
7.2. Prioritas Peningkatan