Tujuan Evaluasi Sasaran Dan Keluaran Teknik Pengukuran Evaluasi

2 baik pelaksanaannya atau tidak dapat dilaksanakan sama sekali. Disamping itu, selama pelaksanaan tiga tahun RPJMD ini, telah terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat yang membawa implikasi terhadap kegiatan pembangunan daerah. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi pertengahan jalan terhadap pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat selama 3 tahun berjalan untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa jauh rencana tersebut sudah dapat dilaksanakan berikut kinerja pembangunan yang telah dicapai. Evaluasi tersebut juga dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan suksesnya pelaksanaan pembangunan dan kendala serta hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan rencana tersebut sehingga mempengaruhi kinerja proses pelaksanaan pembangunan beserta hasil yang dicapainya. Hasil evaluasi ini nantinya sangat bermanfaat sebagai dasar untuk memberikan umpan balik Feed-back dan masukan terhadap sisa tahun pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015, sehingga pelaksanaan pembangunan pada tahun selanjutnya dapat berlangsung lebih baik lagi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pasal 12 ayat 4 yaitu evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan jangka menengah dilakukan paling sedikit 1 satu kali dan dilaksanakan paling lambat 1 satu tahun sebelum berakhirnya periode rencana. Hasil evaluasi ini juga akan menjadi bahan masukan dalam penyusunan RPJMD yang akan datang.

1.2. Tujuan Evaluasi

Memperhatikan latar belakang tersebut di atas, maka tujuan utama pelaksanaan Evaluasi RPJMD 2010-2015 adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hasil capaian pelaksanaan RPJMD tahun 2010-2015 secara makro menyeluruh untuk masing-masing Agenda Pembangunan Daerah; 3 2. Melakukan Evaluasi kinerja pelaksanaan program pada masing-masing agenda pembangunan; 3. Menganalisis permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan program pembangunan berikut penyesuaian kebijakan dan program yang di perlukan untuk mengsukseskan pelaksanaan pembangunan pada periode perencanaan yang tersisa.

1.3. Sasaran Dan Keluaran

Sasaran dan keluaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan evaluasi RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 ini adalah sebagai berikut: 1. Teridentifikasinya hasil capaian pelaksanaan RPJMD tahun 2010-2015 secara makro. 2. Terlaksananya evaluasi kinerja pelaksanaan program pada masing-masing agenda pembangunan 3. Teridentifikasinya permasalahan dan kendala dalam pelaksanaan program pembangunan serta penyesuaian kebijakan dan program yang diperlukan

1.4. Manfaat

Manfaat utama yang diharapkan dapat diperoleh dari pelaksanaan evaluasi pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 adalah : 1. Sebagai bahan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat untuk periode 2010, 2011 dan 2012; 2. Sebagai bahan masukan untuk merumuskan penyesuaian kebijakan dan program lebih lanjut pada masing-masing agenda pembangunan untuk mencapai sasaran yang diinginkan sampai dengan akhir periode RPJMD 2010-2015; 3. Sebagai bahan informasi dasar untuk menyusun rencana RPJMD Provinsi Sumatera Barat periode yang akan datang. 4 1.5. Landasan Hukum Undang-undang dan Peraturan Pemerintah yang dijadikan landasan untuk melakukan evaluasi ini adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958, tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355; 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan 5 Pemerintahan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438; 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Perencanaan Pembangunan Daerah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817; 13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2010-2014; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 6 15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Barat; 16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009; 17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Sumatera Barat; 19. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005 – 2025; 20. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat; 21. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Achmad Muchtar Bukittinggi; 22. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Solok; 23. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman; 7 24. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2010 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Jiwa Prof. DR. HB. Sa’anin Padang. 25. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015. 8 BAB II RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM Provinsi Sumatera Barat periode 2010-2015 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2011 sudah dilaksanakanselama lebih kurang dua tahun terhitung sejak Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Barat secara resmi dilantik pada tanggal 15 Agustus 2010 yang lalu. Sudah menjadi kenyataan umum bahwa pelaksanaan pembangunan daerah akan selalu menghadapi kendala dan permasalahan karena kondisi masyarakat setempat. Akibatnya tidaksemua rencana pembangunan daerah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana semula. Disamping itu, dalam 2 tahun terakhir terdapat pula beberapa dokumen perencanaan baru yang menurut undang-undang dan ketentuan berlaku harus dimasukkan ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat seperti, Rencana Tata-Ruang Wilayah RTRW, Master-Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Sumatera Barat MP3ESB dan Road Map Sistem Inovasi Daerah SIDa. Sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional itu, perlu dilakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Sedangkan teknis pelaksanaan evaluasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Nomor6, Tahun 2008. Dalam rangka ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat melakukan evaluasi pertengahan jalan Mid-term Review dari RPJMD Provinsi Sumatera Barat untuk mengetahui tingkat capaian yang telah dapat dihasilkan berikut kendala dan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil evaluasi tersebut, selanjutnya, dilakukan pula penyesuaian target, kebijakan dan program pembangunan agar pelaksanaan pembangunan pada sisa masa RPJMD 2010-2015 yang sedang berjalan dapat dilakukan secara lebih tepat dan terarah. 9 2.1. Tujuan dan Manfaat Evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah secara umum bertujuan untuk mngetahui seberapa jauh rencana pembangunan daerah yang telah disusun dan ditetapkan oleh pejabat berwenang dapat dilaksanakan dalam praktek. Bilamana ternyata pelaksanaan rencana tersebut sesuai atau lebih dari sasaran dan target yang telah ditetapkan semula, maka pelaksanaan rencana tersebut dikatakan berjalan dengan baik. Akan tetapi, bilamana ternyata pelaksanaan rencana tersebut tidak sesuai atau berada dibawah sasaran dan target yang telah ditetapkan maka pelaksanaan rencana tersebut dikatakan kurang berhasil. Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah perlu dilakukan untuk dapat mengetahui seberapa jauh rencana pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat memberikan hasil kinerja sesuai dengan tujuan serta visi dan misi yang ditetapkan semula dalam dokumen perencanaan. Evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah secara umum bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh rencana pembangunan daerah yang telah disusun dan ditetapkan oleh pejabat berwenang dapat dilaksanakan dalam praktek. Bilamana ternyata pelaksanaan rencana tersebut sesuai atau lebih dari sasaran dan target yang telah ditetapkan semula, maka pelaksanaan rencana tersebut dikatakan berjalan dengan baik. Akan tetapi, bilamana ternyata pelaksanaan rencana tersebut tidak sesuai atau berada dibawah sasaran dan target yang telah ditetapkan maka pelaksanaan rencana tersebut dikatakan kurang berhasil. Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan ini tidaklah dimaksudkan untuk mencari siapa yang salah dan benar. Tetapi tujuan utama adalah untuk dapat memperoleh masukan feed-back guna perbaikan penyusunan rencana dimasa yang akan datang. Secara lebih spesifik, ada dua tujuan utama evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan. Pertama , untuk dapat mengetahui faktor-faktor utama penyebab keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan rencana pembangunan daerah. Kedua , sebagai masukan untuk 10 melakukan penyesuaian target, kebijakan dan program pembangunan guna lebih meningkatkan keberhasilan pelaksanaan rencana pembangunan daerah dimasa yang akan datang. Sasaran utama evaluasi pelaksanaan rencana secara umum adalah untuk mengetahui seberapa jauh rencana yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah dapat mencapai hasil yang telah ditetapkan dalam rencana semula. Bila pelaksanaan rencana tersebut berjalan dengan baik perlu dijelaskan faktor penentu keberhasilan Key- Success Factors tersebut agar hal tersebut dapat pula dilaksanakan pada periode perencanaan berikutnya. Akan tetapi bilamana pelaksanaan rencana tersebut tidak dapat dilakukan sebagaimana yang telah direncanakan, perlu pula diketahui kendala dan permasalahan yang dihadapi agar pemecahannya dapat dilakukan pada waktu penyusunan rencana pembangunan periode selanjutnya. Dengan kata lain, evaluasi pelaksanaan rencana tidak hanya dilakukan untuk mengetahui tingkat capaian saja, tetapi juga harus diikuti oleh faktor penyebab dan implikasi kebijakan yang perlu dilakukan. Dari uraian tentang tujuan dan sasaran tersebut sebenarnya sudah dapat diketahui manfaat dari evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan tersebut. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: Pertama , untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan rencana pembangunan. Kedua , untuk memperoleh masukan feedback, baik dalam bentuk kendala dan faktor keberhasilan pelaksanaan rencana yang selanjutnya digunakan untuk bahan pertimbangan dalam memperbaiki penyusunan rencana pembangunan dimasa mendatang. Ketiga , memasukkan beberapa perobahan perencanaan terkait seperti RTRW, MP3ESB, dan Roadmap SIDa ke dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010- 2015. Dengan demikian terlihat bahwa evaluasi pelaksanaan rencana tidak dimaksudkan untuk mengetahui penyelewengan dan mencari siapa yang bersalah dalam pelaksanaan rencana pembangunan. 11 2.2. Ruang Lingkup Ruang lingkup evaluasi pertengahan jalan Mid-term Review RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 ini terdiri atas 2 kelompok, yaitu 1 EvaluasiKinerja Makro yang bersifat menyeluruh mencakup semua sektor dan 2 Evaluasi Kinerja Program dan Kegiatan sesuai dengan agenda dan prioritas pembangunan daerah.Pengelompokkan ruang lingkup evaluasi ini sengaja dilakukan agar pembahasan menjadi lebih terarah sesuai dengan naskah RPJMD yang telah ditetapkan. Disamping ini, pengelompokkanjuga dimaksudkan untuk memberikan arah yang lebih jelas dan memudahkan para pengambil keputusan dalam memanfaatkan hasil evaluasi pembangunan daerah ini dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan daerah untuk sisa masa pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015. Evaluasi Kinerja Makro mencakup beberapa aspek utama pembangunan daerah yaitu: aspek pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan. Kesejahteraan masyarakat, Millenium Development Goals MDG’s, daerah tertinggal serta aspek keuangan dan pembiayaan pembangunan daerah. Sedangkan Evaluasi Kinerja Programdan Kegiatan mencakup beberapa agenda dan prioritas pembangunan daerah dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015yang meliputi 5 agenda pembangunan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 yaitu: 1 Penerapan Ajaran Agama dan Budaya, 2 Perbaikan Tata-Kelola Pemerintahan Daerah, 3 Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Pengembangan IPTEK, 4 Pengembangan Kegiatan Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat dan 5 Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup.Selanjutnya, masing-masing agenda tersebut dirinci lebih lanjut menurut prioritas pembangunan sesuai dengan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010- 2015. 12 2.3. Metode Evaluasi Pelaksanaan Rencana Untuk dapat menghasilkan evaluasi pelaksanaan rencana secara objektif dan adil, perlu ditetapkan metode evaluasi yang jelas dan terukur. Namun demikian, untuk menjaga operasionalitas evaluasi tersebut, metode yang ditetapkan harus pula disesuaikan dengan data yang tersedia saat ini. Sedangkan metode analisis yang perlu ditetapkan mencakup aspek kinerja makro yang bersifat menyeluruh aggregate sertaevaluasi kinerja program dan kegiatan yang mencakup aspek tertentu saja partial. Dalam prakteknya, kedua jenis evaluasi ini pada dasarnya sangat diperlukan untuk dapat mengetahui dampak dari pelaksanaan suatu kebijakan terhadap kinerja pembangunan daerah. Metode analisis yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010- 2015 ini meliputi tiga aspek utama yaitu a Evaluasi konsistensi perencanaan, program dan anggaran, b Evaluasi kinerja makro dan c Evaluasi kinerja pelaksanaan program dan kegiatan. Ketiga unsur evaluasi sangat penting artinya untuk dapat mengetahui secara menyeluruh tingkat capaian pelaksanaan pembangunan daerah dalam 3 tahun RPJMD Provinsi Sumatera Barat.

1. Evaluasi Konsistensi Perencanaan, Program dan

Anggaran Konsistensi yang dimakudkan disini adalah antara program yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 dengan program yang terdapat dalam RKPD. Evaluasi konsistensi ini penting artinya untuk dapat mengetahui seberapa jauh keterpaduan antara perencanaan, program dan penganggaran telah dilaksanakan sehingga dapat terjamin pelaksanaan pembangunan sesuai dengan apa yang telah direncanakan semula. Evaluasi konsistensi ini dilakukan dengan membandingkan program dan kegiatan yang terdapat dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 dengan realisasi pelaksanaan program sebagaimana dinyatakan 13 dalam laporan SKPD terkait. Melalui perbandingan tersebut akan dapat diketahui tingkat konsistensi antara perencanaan, pemprograman dan penganggaran yang telah dilaksanakan di Provinsi Sumatera Barat dalam periode 3 tahun pelaksanaan RPJMD tersebut, yaitu tahun 2010-1012. Disamping itu, dibahas pula permasalahan dan kendala yang menyebabkan terjadinya ketidakkonsistenan tersebut berikut penyesuaian kebijakan yang diperlukan untuk periode 2 tahun sisa pelaksanaan RPJMD.

2. Evaluasi Kinerja Makro

Evaluasi kinerja makro dari pelaksanaan rencana didasarkan pada beberapa unsur evaluasi kinerja pembangunan dalam bentuk indikator pembangunan daerah seperti: pertumbuhan ekonomi daerah, perubahan struktur perekonomian daerah, pemerataan pembangunan, kemiskinan, pengangguran, investasi dan pembiayaan pembangunan. Kesemua unsur ini pada dasarnya memberikan indikasi umum tentang keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah secara menyeluruh agreggate pada periode waktu tertentu. Evaluasi Kinerja Makro berkaitan dengan evaluasi capaian pelaksanaan pembangunan secara menyeluruh untuk masing-masing agenda pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat. Disamping itu, evaluasi kinerja makro ini juga menggambarkan hasil outcome yang dapat dihasilkan bagi masyarakat melalui pelaksanaan rencana dan program pembangunan daerah.

3. Evaluasi Kinerja Program

Evaluasi kinerja program dan kegiatan didasarkan pada 3 indikator kinerja sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2008, yaitu masukan input , keluaran output , hasil outcome , manfaaat benefit dan dampak impact dari masing-masing program dan kegiatan. Karena pengukuran unsur manfaat dan dampak sulit dilakukan dalam jangka pendek, maka evaluasi ini hanya menekankan pada 3 unsur pertama saja, yaitu, masukan 14 input , keluaran output , hasil outcome . Disamping itu, oleh karena informasi tentang indikator hasil juga tidak mudah didapatkan karena memerlukansurvei lapangan, maka jalan pintas yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan indikator makro untuk pelaksanaan. Evaluasi kinerja masukan Input antara lain dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah dana yang diserap dengan anggaran yang disediakan. Kinerja akan dikatakan baik bilamana seluruh dana yang dianggarkan dapat diserap semuanya dalam tahun anggaran bersangkutan. Demikian pula sebaliknya bila jumlah dana yang diserap sangat kecil sehingga kinerja masukan yang dapat dihasilkan relatif rendah. Evaluasi kinerja keluaran output antara lain dapat dilakukan dengan membandingkan keluaran yang dihasilkan dengan target yang direncanakan. Bila keluaran yang diperoleh mendekati target yang ditetapkan semula, kinerja keluaran dapat dikatakan baik. Akan tetapi sebaliknya bilamana keluaran yang dihasilkan jauh lebih rendah dari target yang telah ditetapkan, maka kinerja keluaran dianggap sangat rendah. Evaluasi kinerja untuk indikator hasil outcome antara lain dapat dilakukan dengan melihat seberapa jauh keluaran yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai yang direncanakan. Misalnya, output yang telah dihasilkan adalah pembangunan terminal. Tetapi bilamana kemudian ternyata terminal tersebut sangat rendah dimanfaatkan karena sesuatu hal, maka hasil dari pelaksanaan tidak ada sama sekali. Demikian pula sebaliknya bila terminal yang sudah dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara optimal. Sedangkan evaluasi kinerja untuk indikator manfaat benefit antara lain dapat dilakukan dengan melihat seberapa jauh keberadaan terminal yang telah dimanfaatkan masyarakat tersebut dapat memberikan manfaat bagi pengaturan kegiatan angkutan penumpang dan barang. Karena itu, bila ternyata manfaatnya bagi pengaturan 15 angkutan cukup besar maka dikatakan manfaatnya cukup besar. Demikian pula sebaliknya bilamana manfaat terminal tersebut untuk pengaturan angkutan penumpang dan barang sangat sedikit. Untuk evaluasi kinerja dampak impacts antara lain akan dapat dilakukan dengan melihat seberapa besar keberadaan terminal tersebut dapat meningkatkan volume jumlah penumpang dan barang yang dapat diangkut melalui terminal tersebut. Jika ternyata volume tersebut relatif kecil, maka dapat dikatakan bahwa dampak keberadaan terminal untuk kegiatan angkutan penumpang dan barang dalam pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat relatif kecil. Tidak dapat disangkal bahwa pengukuran terhadap manfaat dan dampak dari pelaksanaan program pembangunan tidaklah mudah karena hal ini baru dapat diketahui setelah beberapa waktu belakangan dan pengukurannya memerlukan penelitian yang sangat intensif. Karena kesulitan ini, maka evaluasi kinerja yang dilakukan dapat dilakukan hanya untuk 3 aspek saja yaitu: masukan, keluaran dan hasil saja tanpa perlu harus sampai pada manfaat dan dampak. Sedangkan sebagian dari hasil outcome akan dapat pula diketahui dari analisis kinerja makro.

2.4. Teknik Pengukuran Evaluasi

Teknik pengukuran tingkat keberhasilan capaian pelaksanaan rencana pembangunan daerah dapat dilakukan melalui 3 cara. Pertama , bila target pembangunan tersedia secara kuantitatif, maka pengukuran capaian pembangunan dapat dilakukan dengan membandingkan antara target-target yang telah ditetapkan semula dengan realisasi pelaksanaan rencana tersebut. Dengan cara demikian akan dapat diketahui tingkat capaian pelaksanaan atau kinerja pembangunan daerah dalam bentuk persentase realisasi dari target yang telah ditetapkan. Bilamana realisasi dapat mencapai dan bahkan melebihi target, maka pelaksanaan rencana pembangunan tersebut dikatakan berhasil baik. Akan tetapi bilamana terjadi sebaliknya, yaitu realisasi berada dibawah 16 target, maka pelaksanaan rencana pembangunan dikatakan kurang berhasil. Kedua , bilamana target kuantitatif tidak tersedia, maka pengukuran capaian dapat dilakukan dengan jalan membandingkan angka realisasi dari suatu indikator pembangunan dengan nilai rata-rata tingkat nasional yang merupakan nilai rata-rata seluruh daerah. Bilamana ternyata realisasi pada tingkat provinsi lebih tinggi dari tingkat nasional, ini berarti bahwa pelaksanaan rencana pembangunan daerah berjalan dengan baik. Akan tetapi, bilamana ternyata realisasi pada tingkat provinsi berada dibawah rata-rata nasional, maka hal ini berarti bahwa pelaksanaan rencana adalah kurang baik. Ketiga , bilamana nilai rata-rata nasional juga tidak tersedia, maka pengukuran evaluasi dapat juga dilakukan dengan melihat trend perkembangan masing-masing indikator pembangunan tersebut dalam 3 tahun pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat yaitu tahun 2010-2012. Bilamana dari hasil realisasi pembangunan ternyata terdapat tendensi trend peningkatan yang cukup berarti maka pelaksanaan rencana pembangunan dapat dikatakan berhasil baik karena dapat menghasilkan peningkatan dan perbaikan. Bilamana sebaliknya terjadi, yaitu trendensi perkembangan masing- masing variabel pembangunan ternyata menurun, maka hal ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan rencana pembangunan ternyata kurang berhasil karena mengalami kemunduran dari kondisi semula. Oleh karena sasaran evaluasi pelaksanaan RPJMD Provinsi Sumatera Barat ini tidak hanya untuk mengetahui tingkat capaian saja, tetapi juga untuk memberikan saran penyesuaian target dan perobahan kebijakan pembangunan maka, analisis sebaiknya juga memberikan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidak berhasilan pelaksanaan pembangunan daerah baik secara makro maupun pada tingkat program pembangunan. Faktor-faktor penyebab keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan pembangunan tersebut selanjutnya akan dijadikan dasar untuk melakukan 17 penyesuaian target dan perobahan kebijakan pembangunan daerah.

2.5. Komponen Analisis