Prioritas 10: Penanggulangan Bencana Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup

246 BAB IX EVALUASI KINERJA AGENDA PERBAIKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP

9.1. Prioritas 10: Penanggulangan Bencana Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup

Provinsi Sumatera Barat dikenal dengan etalase atau supermarket bencana. Hal ini menunjukkan segala jenis bahaya yang menimbulkan bencana ada di Sumatera Barat. Untuk bencana tsunami, pembangunan shelter untuk mitigasi merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Selain itu pembuatan jalur evaluasi yang besar untuk mitigasi bencana juga dilakukan. Meskipun kurang effektif dalam pengalaman, tetapi perluasan jalur evakuasi tetap akan dilakukan pemerintah selaran dengan pembangunan shelter untuk evakuasi vertical. Bencana lain seperti banjir bandang, abrasi pantai, angin puting beliuang, galodo dan longsor dan lainnya juga harus mendapatkan porsi yang sesuai dengan resiko yang ditimbulkkannya. Untuk itu Pemerintah Provinsi harus memiliki perhatian kusus terhadap kebencanaan dan memberikan porsi yang sesuai untuk masing-masing bencana. Provinsi Sumbar merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai risiko tinggi terhadap ancaman bencana termasuk gempabumi dengan magnitude 8,9 SR. Gempa tersebut berasal dari sumber yang dikenal dengan megatrush Mentawai. Dimana dapat memicu terjadinya tsunami diwilayah pesisir Sumatera Barat dan Kepulauan Mentawai. Selain itu jika gempa besar terjadi, maka tsunami akan menghantam daratan selama 2 jam. Dalam waktu 2 jam tersebut, masyarakat yang berada di daerah terkena landaan tsunami harus berada di shelter. Sesungguhnya ancaman Megathrust Mentawai adalah telah menjadi perhatian para ahli diberbagai bidang yang terkait, baik dari tingkat nasional maupun internasional. Untuk itu maka perhatian Provinsi Sumatera Barat terhadap 247 bahaya tersebut juga harus mendapatkan porsi yang besar. Pemerintah Provinsi Sumbar juga telah diminta oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB untuk merealisasikan pembangunan shelter dalam mengantisipasi ancaman gempa besar yang keungkinan memicu terjadinya bahaya tsunami di sepanjang pantai Provinsi Sumatera Barat. Pemprov Sumbar juga diminta untuk membentuk Peraturan Daerah Perda yang memiliki kekuatan dan memaksa agar fasilitas pelayanan publik yang ada di daerah terlanda tsunami untuk menyiapkan shelter bagi masyarakat. Perda tersebut akan mengakomodasi Standar Operasional Prosedur SOP bagi kota dan kabupaten untuk menyiapkan diri dalam mengurangi dampak resiko bencana.

9.1.1. Evaluasi Kinerja Hasil outcome

Indikator makro untuk Penanggulangan Bencana dan Pelestarian Lingkungan Hidup menunjukkan bahwa pelaksanaan pembangunan di bidang tersebut telah berjalan dengan baik. Penurunan lahan kritis yang selalu melebihi target pada setiap tahun dalam tahapan RPJM menunjukkan kinerja yang baik. Pada tahun 2012 ini penurunan lahan kritis telah melampaui rencana yang ditetapkan. Penanggulangan Bencana yang diindikasikan dengan pembangunan Panjang jalan evakuasi menunjukkan peningkatan yang sangat memprihatinkan. Pada tahun 2011 realisasi pembangunan jalan evakuasi masih jauh dari target yang ditetapkan. Ternyata pada tahun berikutnya 2012, malah dapat diakatakan tidak ada kemajuan yang berarti. Hasil ini sangat memprihatinkan mengungat ancaman bencana yang mengancam Provinsi Sumatera Barat. Capaian yang sangat jau dari target di RPJM ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap rencana yang telah ditetapkan. Untuk itu sangat perlu adanya penyesuaian dalam analisis dan penetapan dari target pada Pembangunan Penanggulangan Bencana. 248 Tabel 9.1. Capaian indikator bencana dan lingkungan 2011 dan 2012 INDIKATO R UTAMA TAHUN 2010 TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET 2011 2012 2013 2014 2015 Penurunan Lahan Kritis Ha 372.386 362.386 360.336 352.386 333.328 342.386 332.386 322.386 Panjang Jalan Evakuasi KM 10 2,5 20 2,952 30 40 50

9.1.2. Trend Kinerja Makro 3 tahun 2010-2012

Kinerja yang baik pada kegiatan pembangunan untuk Pelestarian Lingkungan Hidup harus tetap dipertahankan. Kecenderungan turunnya Lahan Kritis sebagai indikator keberhasilan kegiatan pelestarian lingkungan hidup melebihi dari kecepatan turun yang ditargetkan. Untuk mengapresiasi kinerja ini, maka dapat dilakukan revisi target sesuai dengan kemampuan dari Pemerintah dalam melaksanakan kegiatan Pelestarian Lingkungan. Selain itu agar nilai kinerja menunjukkan nilai yang positif indikator ini dapat diganti dengan Jumlah Pengurangan LahanKritis dan bukan Penurunan Lahan Kritis Tabel 9.2 Indikator jumlah lahan kritis 2011-2015 INDIKATOR UTAMA Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Penurunan Jumlah Lahan Kritis x 1000 Ha 372.0 Target 362.39 352.39 342.39 332.39 322.39 Realisasi 360.34 333.33 Dilihat dari kecenderungan realisasi yang telah dilalukan terhadap indikator Penanggulangan bencana, manunjukkan kinerja yang sangat jauh dibawah taget. Hal ini tentunya memerlukan kerja keras dari pemerintah dalam mengejar 249 ketertinggalan target dalam RPJM. Untuk itu perlu dipertimbangkan kembali target yang telah ditetapkan dan bila memungkinkan dapat disesuaikan untuk tahun sisa 2013 – 2015. Selain itu, indikator lain dapat ditambahkan untuk menilai pembangunan dalam Penanggulangan bencana antara lain adalah jumlah tempat evakuasi. Indikator ini dapat mudah dimengerti untuk mengukur kinerja pemerintah dalam hal mengurangi resiko bencana dimana indikator ini juga menggambarkan secara langsung sasaran dari pembangunan sarana dan prasarana penanggulangan bencana. Tabel 9.3 Indikator Panjang Jalan Evakuasi 2011-2015 INDIKATOR UTAMA Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Panjang Jalan Evakuasi Km Target 10 20 30 40 50 Realisasi 2.50 2.95

9.1.3. Evaluasi Kinerja Program 2011,2012

Untuk melihat kinerja program Penanggulangan Bencana Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup, maka perlu ditinjau sasaran yang ingin dicapai sebagaimana tertuang dalam RPJMD 2010-2015 yaitu: 1. Meningkatnya sarana prasarana penanggulangan bencana 2. Tersedianya informasi wilayah rawan bencana 3. Meningkatnya kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana 4. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup 5. Meningkatnya konservasi, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem 6. Menurunnya jumlah illegal loging dan illegal fishing 250 Dari Tabel 9.4 dapat dilihat bahwa program yang ditetapkan telah mengarah pada pada pencapaian sasaran. Capaian kinerja yang digambarkan dari perbandingan target dan realisasi menunjukkan kinerja yang cukup baik secara keseluruhan. Pada tahun 2011 dan 2012 capaian target mencapai 99. Hanya terdapat beberapa program yang tidak mencapai taget 100, yaitu 6 Progam pada tahun 2011 dan 2 program pada 2012. 251 Tabel 9.4 Program kebencanaan dan lingkungan 2011 dan 2012 No PROGRAM TAHUN 2011 TAHUN 2012 SKPD INPUT OUT PUT INPUT OUT PUT DANA Rpjt REALISASI Rpjt DANA Rp. jt REALISASI Rp jt 1 Program Pencegahan Dini Dan Penanggulangan Korban Bencana Alam 2.805 2.531 90 100 2 Program Pengelolaan Dan Penanganan Dampak Bencana Alam 2.171 1.889 87 99 330 291 88 100 BPBD 3 Program Pengendalian Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup 635 619 98 100 805 711 88 100 Bapedalda 4 Program Peningkatan Pengendalian Polusi 130 128 99 100 5 Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam 1.914 1.715 90 100 2.477 2.186 88 100 Bapedalda 6 Program Pembinaan Dan Pengawasan Bidang Pertambangan 415 369 89 98 7 Program Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Hutan 632 603 95 99 8 Program Pengawasan Dan Penertiban Kegiatan Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan 100 83 83 100 9 Program Pengembangan Ekowisata Dan Jasa Lingkungan Di Kawasan- Kawasan Konservasi Laut dan Hutan 209 185 89 100 10 Program Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Optimalisasi Pemanfaatan SDA 1.109 681 61 93 11 Program Tata Lingkungan Dan Penataan Hukum Lingkungan Hidup 476 384 81 100 225 177 79 100 Bapedalda 12 Program Mitigasi Dan Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan 100 87 87 100 13 Program Pembinaan Dan Penertiban Industri Hasil Hutan 313 278 89 100 14 Program Pengelolaan Dan Perlindungan Ekosistem Pesisir Dan Laut 45 44 99 100 248 244 98 100 DKP 15 Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan 1.191 508 43 85 1.114 1.059 98 93 Dishut 16 Program Rehabilitasi Dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam 157 149 95 104 17 Program Perencanaan Dan Pengembangan Hutan 206 195 95 100 528 408 77 100 Dishut 18 Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan 392 316 81 104 19 Program Perbaikan Kapasitas SDM Dan Kelembagaan Pengelola Sumber Daya Alam 263 249 95 100 20 Program Peningkatan Kualitas Dan Akses Informasi Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup 1.026 950 93 99 21 Program Penanganan Tanggap Darurat Pasca Bencana 1.930 1.799 93 100 BPBD

22 Program Peningkatan

Mitigasi Bencana 460 317 69 100 BPBD 23 Program Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana 4.077 3.623 89 100 Dinas ESDM 24 Program Pengelolaan, Pembinaan Dan Pengawasan Investasi Sumberdaya Mineral Dan Batubara 942 818 87 100 Dinas ESDM 25 Program Peningkatan Kapasitas Sdm Dan 566 531 94 100 Dushut 252 No PROGRAM TAHUN 2011 TAHUN 2012 SKPD INPUT OUT PUT INPUT OUT PUT DANA Rpjt REALISASI Rpjt DANA Rp. jt REALISASI Rp jt Lembaga Pengelola Hutan 26 Program Pemantapan Kawasan Hutan 451 416 92 100 Dushut 27 Program Pengamanan Dan Pengendalian Hutan Serta Mitigasi Perubahan Iklim 1.288 1.178 91 99 Dushut 28 Program Pengelolaan Sumberdaya Perairan Laut, Pesisir Dan Pulau- Pulau Kecil 249 231 93 100 DKP 253

9.1.4. Trend Kinerja Program

Dari Tabel 9.6 dapat dilihat bahwa program yang ditetapkan telah mengarah pada pada pencapaian sasaran. Namun demikian beberapa program yang dilaksanakan bersifat tidak berkesinambungan. Padahal program tersebut harusnya tetap dilaksanakan agar sasaran yang telah dicapai tidak lenyap dan tetap memberikan gambaran adanya pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai contoh adalah Program Pengawasan Dan Penertiban Kegiatan Rakyat Yang Berpotensi Merusak Lingkungan. Program ini dilaksanakan dengan melakukan kegiatan: Penyuluhan, pengawasan dan pembinaan pertambangan tanpa izin peti. Program ini telah dilaksanakan pada tahun 2011 akan tetapi hilang pada tahun 2012. Padahal program ini harusnya terus dilaksanakan secara berkesinambungan untuk tahun-tahun berikutnya. Kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi sumber daya alam masih tetap terjadi di Sunatera Barat. Hal tersebut terjadi bukan memang hanya dikarenakan karena kurangnya pembinaan akan tetapi pengawasan dan tata kelola yang dilakukan oleh pemerintah lemah. Pada tahun 2011 saja, kerusakan hutan terbesar berasal dari penebangan liar adalah 150 Ha yang nempati penyebab terbesar urutan ke tiga STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT 2011, Bapedalda Sumbar 2012. Dapat kita lihat bahwa masalah penambangan liar dan penambangan yang berusak lingkungan masih terus berlanjut saat ini 2012 misalnya: praktek penambangan liar di Solok Selatan yang menjadi berita terbesar kerusakan lingkungan awal tahun 2013. Program-program penanggulangan kebencanaan mulai banyak dilaksanakan pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan yang jauh meningkat dibanding pelaksanaan pada tahun sebelumnya. Dilihat dari penggunaan dana pada tahun 2012, terjadi peningkatan sebesar lebih dari 1.5miyar dibanding pada tahun 2011 sebesar kurang dari 4.5milyar. Sedangkan untuk program yang terkait 254 pelestarian lingkungan tahun 2012 sedikit berkurang dari tahun sebelumnya. Secara keseluruhan jumlah dana yang dianggarkan pada tahun 2011 dan 2012 hanya meningkat kurang dari Rp 1milyar tetapi dengan program yang juga berbeda Gambar 9.1. Pada tahun 2012 capaian program cenderung mengalami perbaikan dibanding dengan tahun sebelumnya. Gambar 9.1 Realisasi anggaran program Lingkungan dan Kebencanaan 2011-2012

9.1.5. Permasalahan dan Analisanya

Pada tahun pelaksanaan 2011 dan 2012 RPJMD ini, ditemui beberapa permasalahan dari beberapa kegiatan yaitu tidak terlaksana dengan baik atau dana tidak terealisasi keseluruhan. Tidak terealisasinya anggaran yang ditetapkan antara lain diakibatkan oleh tidak dapat diserapnya anggaran perjalanan dalam pelaksanaan kegiatan yang diakibatkan oleh adanya perubahan lokasi kegiatan terutama yang berupa kegiatan Nasional. Selain itu juga untuk anggaran kebencanaan hanya terserap tergantung pada jumlah bencana yang terjadi, jadi perkiraannya lebih tinggi dibanding kejadian sebenarnya. Selain itu ada juga terjadi kesalahan dalam penetapan target, misalnya ditargetkan adanya pembangunan 5 situ danau kecil yang ternyata tidak ada di Sumatera Barat. Ada pula kesalahan dalam 500000000 1E+09 1,5E+09 2E+09 2,5E+09 3E+09 3,5E+09 4E+09 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Re a lis a s i a n g g a ra n Rp No. program TAHUN 2011 255 penetapan rencana target yang terlalu besar sehingga tidak mungkin dicapai mengingat dana yang dapat dianggarkan relatif kecil. Sebagai contoh adalah Rehabilitasi Hutan Manggrove yang ditargetkan 450 Ha hendaknya direvisi jadi 50 Ha saja. Target tersebut pertahunnya menjadi 10 Ha per tahun. Hal ini lebih realistis dari pengalaman capaian yang telah dilakukan yaitu : 2011 dengan 1 Ha dan 2012 sebanyak 6 Ha saja. Perkembangan penduduk dan kebutuhan kehidupan juga memberikan kecenderungan pengurangan lahan hutan diubah menjadi kepentingan lain termasuk pertanian, untuk itu penentuan target harus mempertimbangkan hal tersebut. Dalam hal penanggulangan bencana, indikator yang ditetapkan hendaknya sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan yaitu meningkatnya sarana prasarana penanggulangan bencana termasuk jalan evakuasi dan selter. Selain itu juga informasi wilayah rawan bencana dan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana juga harus dipertimbangkan sebagai indikator. Dari permasalahan yang ditemui dalam Perencanaan dan Pelaksanaan RPJMD ini, maka perlu dilakukan perbaikan pada rencana terutama berkaitan dengan target, bila masih dimungkinkan. Perubahan tersebut terkait dengan besarnya target uang dicapai dan juga satuan dari target itu sendiri. Hal ini memerlukan analisis kembali sasaran yang akan dicapai hingga penjabaran dalam bentuk programkegiatan untuk mencapainya.

9.1.6. Penyesuaian Kebijakan

1. Berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan tidak baik, terlihat penyebab utamanya adalah perencanaan keuangan sehingga banyak dana yang dialokasikan untuk kegiatan tidak dibelanjakan. Untuk itu disarankan agar penyusunan anggaran dan perencanaan kegiatan mesti dilaksanakan dengan baik dan disesuaikan dengan peraturanpertanggung jawaban yang berlaku. 256 2. Selain itu, beberapa program yang sifatnya harus kontinyu harus tetap dianggarkan pada setiap tahun pelaksanaan di RPJMD ini. Hal ini terkait terutama dalam hal masalah pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia seperti pelatihan, pengawasan, penyuluhan, pembinaan dan sebagainya. 3. Mengingat adanya capaian yang rendah dibanding target indikator yang ditetapkan, bahkan tidak akan tercapai hingga tahun akhir masa RPJMD, maka dengan perlu adanya penyesuaian target yaitu terhadap indikator. Setidaknya didefinisikan dengan jelas apakah yang dimaksud dengan hal tersebut. Sebagai contoh adalah Rehabilitasi Hutan Manggrove yang ditargetkan 450 Ha hendaknya direvisi jadi 50 Ha saja. Target tersebut pertahunnya menjadi 10 Ha per tahun. Hal ini lebih realistis dari pengalaman capaian yang telah dilakukan yaitu : 2011 dengan 1 Ha dan 2012 sebanyak 6 Ha saja. Selain itu beberapa target juga mempunyai satuan yang kurang tepat sehingga juga perlu diubah menjadi satuan yang lebih dapat diukur. Bila masih dimungkinkan maka revisi dari RPJM juga harus dilakukan sekaligus perbaikan editorial seperti adanya kesalahan penulisan program dan kegiatan. 4. Mengingat Provinsi Sumbar mempunyai risiko tinggi terhadap ancaman bencana termasuk gempabumi dengan magnitude 8,9 SR dimana dapat memicu terjadinya tsunami diwilayah pesisir Sumatera Barat, maka masyarakat yang berada di daerah terkena landaan tsunami harus disediakan jalan evakuasi dan shelter. Resiko bencana dapat pula dikurangi dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana seperti telah terbentuknya kelompok-kelompok siaga bencana. Untuk itu perlu ditambahkan indikator yang dapat menggambarkan kinerja dibidang kebencanaan yaitu: a. Jumlah tempat evakuasi sementara dan tetap; b. Jumlah kelompok masyarakat siaga bencana. 257 5. Perlu ditambahkan indikator-indikator lingkungan yaitu terbentuknya masyarakat peduli lingkungan. Mengingat kelestarian lingkungan tidak dapat dilakukan hanya oleh lembaga pemerintahan tanpa melibatkan masyarakat. 258

BAB X KESIMPULAN UMUM

DAN PENYESUAIAN KEBIJAKAN

10.1 Kesimpulan Umum