Daya Bahasa Landasan Teori

45 1 mantra permohonan kepada dewa atau Tuhan; 2 mantra penunduk roh halus; 3 mantra penunduk manusia; 4 mantra penunduk binatang; 5 mantra penunduk tumbuhan; 6 mantra penunduk gejala alam. Menurut Soedjijono dalam Yusuf dkk 2001: 14 mantra diklarifikasikan sebagai berikut: 1 mantra yang ditujukan kepada Tuhan, roh, dan makluk halus dengan tujuan mendapat sesuatu, antara lain: a keselamatan; b kekayaan; c kekebalan; d ketrampilan. 2 mantra yang ditujukan pada magis dengan tujuan memiliki sesuatu, antara lain: a charisma; b kawaskitan; c daya tarik; d Kesakitan; e Kekuatan fisik. Pada masa lalu semua jenis mantra hidup di tengah-tengah masyarakat, tetapi pada masa kini di daerah tertentu hanya ada beberapa jenis mantra saja misalnya, di Papua mantra untuk melakukan kutukan, mantra kesembuhan, mantra keselamatan. Dewasa ini kebanyakan mantra ditujukan untuk mendapatkan penyembuhan, terutama yang berhubugan dengan gangguan mental dan pengusiran roh jahat yang dirasuki pada manusia.

2.2.5 Daya Bahasa

Beberapa ahli bahasa telah mengkaji daya bahasa. Menurut Sudaryanto 1989 dalam Pranowo 2009: 132 menggali daya bahasa dari aspek linguistik. 46 “Hasilnya, hampir seluruh tataran bahasa ternyata mampu memunculkan daya bahasa”. Daya bahasa terdapat dalam tataran bunyi, bentuk kata, struktur, leksikon, terutama pilihan kata dan wacana. Pranowo 2009: 132-138 menyatakan bahwa daya bahasa dapat digali melalui enam tataran yaitu: 1 Daya bahasa terdapat dalam tataran bunyi. Bunyi bahasa dapat menunjukan daya bahasa yang berbeda-beda. Kata yang mengandung daya bahasa yang berkadar makna kecil, seperti “cicit”, “kecil”, muskil, kerikil, dll. 2 Daya bahasa dapat di gali melalui tataran bentuk kata. Kata-kata yang tidak berafiks kadan kadan yustru memiliki daya bahasa yang lebih kuat ketika dipakai dibandingkan deng an kata berafiks. Misalnya, kata “babat” lebih kuat daya bahasanya dibandingkan dengan kata “membabat”. 3 Daya bahasa digali melalui sinonim kata. Kata satu dengan kata lain sinonimnya memiliki daya bahasa yang berbeda beda, seperti kata “mati atau “meninggal” memili daya bahsa yang bersifat nomal. 4 Daya bahasa dapat muncul pada tataran struktur. Daya bahasa pada tataran struktur memiliki kadar pesan yang berbeda antara struktur kalimat satu dengan struktur kalimat yang lain. Perhatikan contoh dibawah ini: a. Aku memberi sepotong kue untuk pengemis yang kelaparan. b. Sepotong kue yang kelaparan aku berikan untuk pengemis yang kelaparan. 5 Daya bahasa pada wacana dapat muncul ketika kesatuan makna mengungkapkan kesatuan pesan. Pesan yang terungkap dari kesatuan makna tersebut muncul dalam bentuk wacana. 6 Daya bahasa dapat juga dituturkan melalui pemakaian majas. 47 Daya adalah kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak KBBI, 2007: 241. Masyarakat pengguna bahasa dalam situasi tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu selalu berusaha memilih dan menggunakan kaidah- kaidah tuturan yang sesuai dengan peraturan. Selain itu, masyarakat pengguna bahasa juga harus memperhatikan tata cara berbahasa yang disesuaikan dengan norma atau aspek sosial dan budaya yang ada dalam masyarakat tertentu. Yule 1996 menjelaskan pengertian pragmatik, yaitu studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakai bentuk-bentuk bahasa. Secara garis besar kategori-kategori menurut Searle dalam Gunarwan, 1994: 85-86 dikelompokkan menjadi lima: 1 representataif, yaitu tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas apa yang dikatakannya misalnya: menyatakan, melaporkan, menunjukkan, menyebutkan; 2 direktif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam ujaran itu misalnya: menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan, menantang; 3 ekspresif, yaitu tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran misalnya: memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh; 4 komisif, yaitu tindak ujaran yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa yang disebutkan di dalam ujarannya misalnya: berjanji, bersumpah, mengancam; 5 deklarasi, yaitu tindak ujaran yang dilakukan si penutur dengan maksud untuk menciptakan hal status, keadaan, dan sebagainya yang baru misalnya: memutuskan, membatalkan, melarang, mengizinkan, memberi maaf. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, 48 peneliti akan memilih bentuk tindak tutur menurut Pranowo dan Searle yang akan dibahas dalam penelitian ini. Daya bahasa merupakan kekuatan pesan atau makna tersirat yang terkandung dibalik ujaran, yang mampu menggerakkan mitra tuturnya untuk melakukan apa yang dimaksudkan penutur dibalik ujaran yang dituturkannya. Perbedaan antara makna sense makna yang ditentukan secara semantis sedangkan daya force makna yang ditentukan secara semantis dan pragmatis. Ikatan yang ada antara makna dan daya juga perlu disadari. Daya mencakup makna dan secara semantis, daya sekaligus juga dapat diturunkan dari makna. Daya ilokusi tidak dapat disimpulkan dari kaidah-kaidah tata bahasa tetapi melalui prinsip-prinsip motivasi seperti prinsip kerjasama. Proses komunikasi yang efektif dan interaktif pada dasarnya melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, sedangkan lawan tutur menerima informasi tersebut. Lecch berasumsi bahwa makna dapat diperikan lewat representasi semantik dalam sebuah bahasa atau notasi formal sedangkan daya diperikan melalui seperangkat implikatur. Daya bahasa dispesifikasikan dengan pernyataan- pernyataan yang menunjukkan keadaan mental penutur. Karena pragmatik mengkaji makna dalam situasi ujar, jelaslah bahwa kita tidak dapat membuat pernyataan-pernyataan bahasa mengenai apa yang terjadi dalam benak pribadi seseorang.

2.2.6 Upacara Pengusiran Roh Jahat

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30