Penduduk Mata Pencaharian Lokasi Penelitian

56 berkarya. Kedudukan sebagai “tonawi” diperoleh atas pengorbanan atau upayanya sendiri tanpa adanya arahan dan pertolongan orang lain. Tonawi adalah suatu warisan nenek moyang tetapi harus diperjuangkan dalam keluarga uguwo klen tuma yang bersangkutan, dari generasi kegenerasi berikut polpilsil 1963. Penulis melihat seorang tonawi dalam mengambil keputusan tidak hanya memikirkan faktor politik, tetapi dia juga sangat mempertimbangkan faktor untung atau rugi merupakan sifat horizontal yang dimiliki orang Mee. Seorang “tonawi” berperilaku murah hati hanya pada arena-arena seperti upacara keagamaan, pembayaran mas kawin, pembayaran kepala Mee gapi, pembayaran denda mogai pituwo, api pituwo, pesta adat yuwo dan sebagainya. Penulis melihat tonawi melambangkan “keberhasilan atau hasil pencapaian” seseorang dengan hati yang jujur dan murni dalam kehidupan orang Mee.

2.2.7.3 Penduduk

Masyarakat yang tinggal di RT Eniyauwo adalah orang pribumi, bersuku Mee. Jumlah penduduk 171 orang, jika diklarifikasikan menurut klien, agama, pendidikan, mata pencaharian adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Klien No Nama Klien Jumlah 1. Pekei 127 orang 2. Tatogo 3 orang 3. You 2 orang 4. Madai 1 orang 5. Keiya 16 orang 57 6. Giyai 2 orang 7. Mote 17 orang 8. Bukega 3 orang Jumlah 171 jiwa. Penduduk di RT ini menganut Agama Kristen Katolik dan Kristen Prostetan. Penganut Agama dapat dilihat dalam table di bawah ini: Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama No Agama jumlah 1. Agama Katolik 112 orang 2. Agama Protestan 58 orang Jumlah : 171 orang Penduduk di RT ini rata-rata berpendidikan, kecuali sepreempat dari jumlah penduduk yang tidak dapat mengikuti pendidikan. Pendidikan yang ditekuninya dibedakan dari jenjang, yaitu SD, SMP, SMU, Perguruan tinggi. Berikut ini dapat dilihat jumlah penduduk menurut jenjang pendidikan: Table 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah 1. SD 47 Orang 2. SMP 26 Orang 3. SMU 28 Orang 4. PT 8 Orang 5. D 2 6 Orang 5. Putus Sekolah 23 Orang 6. Tidak Sekolah 33 Orang Jumlah : 171 Jiwa 58 Penduduk di RT ini pada umumnya bertani dan tidak menutup kemungkinan ada juga yang mata pencahariannya nelayan, berburu, beternak dan pegawai. Berikut ini dapat di lihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah 1. Pegawai 7 orang 2. Bertani 63 orang 3. Beternak 36 orang 4. Berburu 24 orang 5. Bernelayan 41 orang Jumlah 171 Jiwa

2.2.7.4 Mata Pencaharian

Mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian utama penghidupan “KBBI 2007: 848”. Masyarakat RT Eniyauwo tidak banyak Mata pencaharian Pegawai Negeri Sipil, jika dihitung tuju orang. Mereka sebagai Guru SD, Sehingga tugasnya adalah mengajar. Pendapatan mereka bersumber dari gaji yang diberikan. Gaji tergantung dari besar kecilnya kepangkatan yang dimiliki. Sangat prihatin bagi mereka adalah sarana komunikasi dari RT ini ke pusat kabupaten. Berdasarkan gaji yang diterima dapat menghidupi keluarganya dan juga membiayai pendidikan anak kandung. Masyarakat Eniyauwo hidup menetap, melangsungkan hidupnya dengan cara bertani, beternak, berburu dan bernelayan. Masyarakat Eniyauwo sudah mengenal tatacara bertani. Dalam masyarakat ini digunakan dengan dua cara pertanian yang dikembangkan seperti bugua taida “berladang di hutan” dan pugika taida 59 “berkebun di dataran rendahh”. Bugua taida “berladang di hutan” masing-masing klien mempunyai lahan yang telah ditentukan dari nenek moyangnya berdasarkan kesepakatan sebagai tanah warisan. Cara berladang adalah tebang pohon yang tumbuh di lahan miliknya, dikeringkan, dan dibakar. Abunya di jadikan pupuk, untuk tanam nomo , “keladi”, dade “gedi”, digiyo “sayur hitam”, eto “tebu”, nota “petatas”, dan tanaman lain yang diperlukannya. Hasilnya dinikmati keluarga dan selainnya dipasarkan atau dijual. Uang hasil pemasaran untuk biaya sekolah anak-anak dan beli kepentingan lain yang dibutukan dalam keluarga. Pugika taida “berkebun di dataran rendah”, sama seperti lahan di hutan, di dataran rendahh juga, semua marga mempunyai lahan masing-masing sebagai warisan dari nenek moyangnya. Cara berkebun adalah buat bedengg, bentuknya persegi empat jumlah bedengg sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya. Bedengg yang sudah tersedia ditanam notaiyo “daun petatas”, sayuran, buah- buahan, dan tanaman lain yang diperlukannya. Hasil kebun dipasarkan dan dinikmati keluarga. Uang hasil pemasaran, digunakan untuk biaya sekolah anak- anak dan beli kepentingan lain yang dibutukan dalam keluarga. Ternak yang digemari suku Mee adalah ternak babi selain itu ternak ayam, kelinci, bebek, kambing dan sapi. Hasilnya selain dipasarkan juga dinikmati keluarga. Berburu; bagi yang gemar berburu, biasanya pada bulan terang. Yang dimaksud berburu di sini adalah kuskus, Burung dan babi hutan. Pada saat berburu perlengkapan yang di bawa adalah korek, parang, anak panah dan sebagainya yang diperlukan dalam berburu. Hasil berburu biasanya dipasarkan 60 untuk menamba pendapatan dalam keluarga. Pekerjaan ini hanya digemari oleh kaum pria. Bernelayan; RT Eniyauwo, terletak jauh dari pinggir danau Tigi, ada sebagian masyarakat yang mata pencaharian mencari ikan berjalan kaki enam kilo meter. Teknik mencari ikan dengan menggunakan jala dan memancing. Hasilnya, digunakan dalam keluarga selain dapat dipasarkan.

2.2.7.5 Sistem Kepercayaan

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30