Jenis Tindak Tutur Peristiwa Tutur Mumai Kabu “Tahap Akhir”

125 A : Act sequences A 1 : 1 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin “Kosmas Madai” kepada ayah si penderita “Soter Pekei”. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin menggerak-gerakkan tangan sambil menunjuk babi bertanda siap untuk mengajak persiapan pembakaran dan pengajian kurban. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindakpesan perintah: 84 “Migouto “Kosmas Madai” mumai yago, mana etete, ito ko mumai no, kou ekina kou niodei kipo ekina tutu tete ”. {A . IV. 1} “Pemimpin “Kosmas Madai” mengatakan yang terakhir, sekarang selesai, jadi bakar babi itu, sambil tunjuk babi ”. A 2 : 2 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan ayah si penderita “Soter Pekei” kepada pemimpin “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya ayah si penderita “Soter Pekei” menggerak-gerakkan tangan sambil menunjuk api, bertanda segera pasang api. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindakpesan perintah: 85 “Didi nakame “Soter Pekei” ya etete makodono, bodiya nidagumiyawei kipo bodiya tutu tete. {A . IV. 2} 126 “Ayah si penderita “Soter Pekei” mengatakan itu betul, jadi pasang api” sambil tunjuk api. A3: 3 Tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal.Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin upacara “Kosmas Madai” kepada ayah si penderita “Soter Pekei”. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin “Kosmas Madai” menggerak-gerakkan tangan sambil menunjuk babi, bertanda segera memasak dengan penuh peratihan. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya perintah: 86 Migouto “Kosmas Madai” ya eteteko; ekina kipo tutu eteteko ekina kou epi niyotai enagako iya kiyake kotaka nogayaka. {A . IV. 3} “Pemimpin “Kosmas Madai” sambil menunjuk babi menyatakan babi itu masak dengan baik, kalau sebagian mentah nanti jadi tanda baru”. A4: 4 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan ayah si penderita “Soter Pekei” kepada pemimpin upacara “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya ayah si penderita “Soter Pekei” menggerak-gerakkan kepala, bertanda menyetujui. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindakpesan pertanyaan: 87 Soter Pekei dagi bego-bego ya etete; makodono kadani tiyake kiyou ? {A . IV. 4} 127 “Soter Pekei mengoyankan kepala mengatakan; itu betul, jadi bagaimana cara masaknya? A 5 : 5 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal.Verbal adalah media komunikas i berupa tuturan lisan pemimpin upacara “Kosmas Madai” kepada ayah si penderita “Soter Pekei”. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin menggerak-gerakkan tangan sambil menunjuk babi, bertanda segera bakar dan potong babi. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya perintah: 88 “Migouto “Kosmas Madai” ya eteteko ekina niodipa ko, neduwayake newudi kipo ekina tutu tete ”. {A . IV. 5} “Pemimpin “Kosmas Madai” mengatakan, kalau sudah bakar babi, silahkan potong dan bagi sambil tunjuk babi”. K : Key K artinya “kunci”, mengandung pesan-pesan yang dapat ditangkap, misalnya nada, cara dan semangat terdapat K1-K3. K 1 : Serius K 2 : Gembira K 3 : Suara pelan I : Instrumentahlities I artinya “instrument” yaitu jenis tindakbahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur, apakah lisan atau tulisan dialek atau bahasa baku. I 1 : Verbal dan non verbal 128 Verbal: secara lisan bukan tertulis dalam bahasa Mee 79-83 89 Migouto mumai yago, mana etete; ito ko mumai no, kou ekina kou neodei kipo ekina tutu tete. {D.79} “Pemimpin mengatakan yang terakhir; sekarang selesai, jadi bakar babi itu‟, sambil tunjuk babi. 90 Soter Pekei ya etete; makodono, bodiya nidagumiyawei kipo bodiya tutu tete {D. 80} “Soter Pekei mengatakan; itu betul, jadi pasang api” sambil tunjuk api. 91 Migouto ya eteteko; ekina kipo tutu eteteko ekina ko epi niyotai enagako iya kiyake kotaka nogayaka. {D. 81} “pemimpin sambil menunjuk babi menyatakan babi itu masak dengan baik, kalau sebagian mentah nanti jadi tanda baru”. 92 Soter Pekei ya etete; makodono kadani tiyake kiyou? {D. 82} “Soter Pekei mengatakan; itu betul, jadi bagaimana cara masaknya? 93 Migouto ya etete; ekina niodipa ko, niduwayake niwudi kipo ekina tutu tete {D. 83} “Pemimpin mengatakan; kalau sudah bakar babi, silahkan potong dan bagi sambil tunjuk babi”. Nonverbal: tidak dalam jenis tindakpercakapan atau tidak dalam jenis tindakbahasa; gerakan pada tubuh. 1 “kipo ekina tutu tete” sambil tunjuk babi. 2 “kipo bodiya tutu tete” sambil tunjuk api. 3 “ekina kipo tutu eteteko” sambil menunjuk babi 129 N : Norms of Interaction and Interpretation N artinya “norma intraksi dan interpretasi” mengacu pada norma yang berlaku dalam kelompok sosial pemakai bahasa dalam masyarakat terlihat pada N1-N5. N 1 : Neodi “menyarankan” N 2 : Makodo “mempertegas” N 3 : Neodima newudi “menyarankan” G : Genre G artinya “gaya” yang mengacu pada jenis tindakpenyampaian secara verbal puisi, nasehat, atau cerita dan lain-lain. G 1 : Bercakap-cakap Pada bagian terakir media komunikasi antara pemimpin upacara “Kosmas Mada” dan ayah si penderita “Soter Pekei” tidak menggunakan tindak tutur tidak langsung tidak literal indirect nonliteral speech act dan tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech. Tapi, pemimpin upacara “Kosmas Mada” dan ayah si penderita “Soter Pekei” hanya menggunakan tindak tutur, tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act, dan tindak tutur langsung literal direct literal speech act.

4.4.3 Makna Tuturan

Makna tuturan pada akhir ini mengandun satu frase yang memiliki hubungan semantik dengan penyajian korban yaitu “bodiya dagumai” memasan api. {A . IV. 2}. Bodiya dagumai merupakan kegiatan pasang api dengan bantuan belahan kecil bambu, satu potongan kayu dibelah sampai pertengahan, dimasukkan daun kering, memiliki berkali- kali hingga muncul bara api. Lain dengan “bodiya dagumai” menggunakan korek api setelah korek, api menyala. 130 Semantik dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat struktur bahasa yang berhubungan dengan makna. Makna dalam upacara pengusiran roh jahat pada bagian akhir memiliki frase “bodiya dagumai”, terlihat pada Tabel 4.18 di bawah ini: Tabel. 4.18 Hubungan Semantik Proses Pembakaran dan Penyajian babi Istilah Tercakup Hubungan Semantik Istilah Pencakup Bodiya dagumai “pasang api” ekina odi “bakar babi” Proses Pembakaran babi Duwai “potong” hingga Penyajian Wudi “bagi” Nai “makan” Taksonomi dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat unsur bahasa menurut hielarkis dalam urutan satuan fonologis atau graumatikal yang dimungkinkan dalam satuan. Graumatikal yan dimungkinkan dalam satuan bahasa terlihat pada table 4.19 di bawah ini: Tabel. 4.19 Hubungan Taksonomi Bodia dagumai Bodiya dagumai 1 Proses pemasangan api Bodiya dagumai 2 Makna bodiya dagumai bodiya dagumai 1 di satu pihak merupakan pasang api dengan bantuan sarana yang lain beko dan mamo, di lain pihak bodiya dagumai 2 pasang api dengan bantuan korek api.Bodiya dagumai 1 dan bodiya dagumai 2 memiliki hubungan homonim.

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30