Daya Bahasa Peristiwa Tutur Mumai Kabu “Tahap Akhir”

133 99. “didi nakame “Soter Pekei” ya etete; makodono, bodiya nidagumiyawei kipo bodiya tutu tete. {D.80} 79-83 “Ayah si penderita “Soter Pekei” mengatakan, itu betul jadi pasang api” sambil tunjuk api. 100. Migouto “Kosmas Madai” ya eteteko; ekina kipo tutu eteteko ekina ko epi niyotai enagako iya kiyake kotaka nogayaka. {D.81} “pemimpin “Kosmas Madai” sambil menunjuk babi menyatakan babi itu masak dengan baik, kalau sebagian mentah nanti jadi tanda baruk”. 101. Didi nakame „Soter Pekei” ya etete, makodono kadani tiyake kiyou? {D. 82} “ayah si penderita “Soter Pekei” mengatakan; itu betul, jadi bagaimana cara masaknya? 102. Migouto “Kosmas Madai” ya etete, ekina niodipa ko, niduwayake niwudi kipo ekina tutu tete {D. 83}. “Pemimpin mengatakan, kalau sudah bakar babi, silahkan potong dan bagi sambil tunjuk babi”. Tuturan 98 mengandung daya bahasa menyuruh yang terdapat pada kalimat ekina kou nii odei “bakar babi itu”. Unsur kalimat yang dicetak miring memiliki daya bahasa yang sangat kuat karena dapat menimbulkan makna afeksi. Tuturan kalimat 99 makodono bodiya nidagumiyawei “benar pasan api” tidak memiliki daya bahasa yang sangat kuat. Kalimat di atas bapak si penderita hanya menyetujui perintah pembakaran dari pemimpin upacara. Pada tuturan 100 mengandung daya bahasa menyuruh seperti frasa epi niyotai “masak dengan 134 baik”. tutuan tersebut memiliki daya bahasa yang sangat kuat karena dapat menimbulkan makna efeksi, “emosi yang lunak kepada roh jahat”. Pemimpin upacara menuturkan epi niyotai “masak dengan baik” dengan maksud tersirat seketika masakan itu termasak dengan baik, ada keyakinan si penderita selamat. Sebaliknya, masakan bahan kurban mentah sebagaian atau keseluruhan ada keyakinan bahwa si penderita sakit tidak selamat. 135

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Isi Tuturan

Isi tuturan pada bagian persiapan, bagian pembukaan, bagian pertengahan dan bagian akhir tergambar dalam komunikasi antara pemimpin upacara adat Kosmas Madai, dan keluarga si penderita. Pesan isi tuturan pada persiapan adalah Agiyoudo teki-teki persiapan semua bahan upacara. Isi tuturan pada pembukaan adalah Yibuda miyouyo nikai “mengajak keluar dari rumah”. Pesan Isi tuturan pada pertengahan upacara adalah “Buda kakegate” lepaskan tali, “Ita kamaidete” memutuskan jalan. Pesan isi tuturan pada akhir upacara “Ekina kou nii odei” menyampaikan pembakaran babi untuk menikmati bahan kurban.

5.1.2 Jenis Tindak Tutur

Jenis tindak tutur pada bagian persiapan dan bagian akhir media komunikasi antara pemimpin upacara “Kosmas Madai” dan ayah si penderita “Soter Pekei” hanya dituturkan dua tindak tutur yaitu tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act, dan tindak tutur langsung literal direct literal speech act. Sementara kedua yang lainya tidak menuturkan yaitu tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech dan tindak tutur tidak langsung tidak literal indirect nonliteral speech act . Pada bagian pembukaan dan bagian pertengahan dalam media komunikasi antara pemimpin upac ara “Kosmas Madai” dan ayah si penderita “Soter Pekei” menuturkan tindak tutur langsung literal direct literal speech act, tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act dan tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech. Hanya satu tindak tutur yang tidak menuturkan yaitu tindak tutur tidak langsung tidak literal indirect nonliteral speech act. Berdasarkan identifikasi jenis tindak tutur tersebut bisa dijelaskan bahwa semakin sering tindak tutur tidak langsung diucapkan semakin kuat daya pragmatiknya.

5.1.3 Makna Tuturan

Makana tuturan dalam upacara pengusiran roh jahat pada tahap pembukaan dan tahap akhir mengandung makna tindak tutur direktif. Kedua kata itu pada tahap awal memiliki satu frase semantik yaitu “noya agiyo kotu” menyiapkan bahan kurban dan pada tahap akhir memiliki satu frase semantik yaitu kata “bodiya dagumai” memasan api. Makna tuturan pada tahap pembukaan memiliki satu peristiwa tutur yang berhubungan dengan kata ganti sebutan orang yaitu “ikido”. Pada kata “ikido” mengandung makna tuturan representatif. Makna tuturan pada pertengahan memiliki kosa kata yang berhubungan dengan alat yaitu “mapega” panah. Pada kata “mapega” mengandung makna tuturan Deklarasi.

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30