Definisi dan Ciri Mantra

42 Presuposisi praanggapan konterfaktual berarti bahwa yang di praanggapkan tidak hanya tidak benar, tetapi juga merupakan kebalikan lawan dari benar atau bertolak belakang dengan kenyataan. a. Seandainya saya kaya b. Bukan saya kaya

2.2.4 Mantra

Masalah kesusastraan di Indonesia tidak dapat terlepas dari kehidupan masyarakat penduduknya. Dengan pertimbangan ini, peneliti telah melakukan pelaksanaan penelitian sastra Mee pada saat upacara adat untuk mendokumentasikanya. Pada bagian ini peneliti bermaksud untuk menjabarkan definisi dan ciri mantra, dan jenis mantra. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

2.2.4.1 Definisi dan Ciri Mantra

Mantra terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia yang hidup dalam masyarakat. Mantra juga berhubungan dengan sikap religious manusia. Bahasa mantra adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib misalnya dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka dsb. Mantra juga merupakan susunan kata berunsur puisi misalnya rima, irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib KBBI, 2007:713. Mantra merupakan sala satu jenis tindak tutur puisi lama yang di dalamnya berbaur unsur bahasa dengan unsur kepercayaan alam gaib Medan, 1975. Menurut Sudjiman, 1986 mantra merupakan sala satu jenis tindak tutur puisi, munkin juga memiliki rima, ritma dan metrum. 43 Menurut Sudjiman dalam Yusri Yusuf dkk 2001: 8 pemilihan kata dalam mantra dilakukan dengan cara lebih selektif, intensif, dan serius. Selanjutnya, pembaca mantra bukan sembarangan orang, ia harus orang yang paling suci, paling tahu tentang kekuatan supernatural dan yang paling berpengalaman biasanya dikaitkan dengan usia dari jenis tindak tutur mantra itu kemudian muncul puisi. Menurut Yusuf dkk 2001: 9 awalnya, mantra dan puisi itu mempunyai kesamaan dalam beberapa hal yaitu 1 berupa ungkapan yang terikat, 2 dipaparkan secara lisan, dan 3 disampaikan diucapkan oleh orang-orang tertentu. Menurut Waluyo 1987: 8 dapat dirangkum dalam beberapa ciri-ciri pokok dari mantra, yakni: 1 Pemilihan kata saksama, 2 bunyi-bunyi diusahakan berulang-ulang dengan maksud memperkuat daya sugesti kata; 3 banyak dipergunakan kata-kata yang kurang umum digunakan dalam kehidupan sehari- hari dengan maksud memperkuat daya sugesti kata; dan 4 jika dibaca secara keras mantra menimbulkan efek bunyi yang bersifat magis. Bunyi tersebut diperkuat oleh irama dan metrum yang biasanya hanya dipahami secara sempurna oleh pawang ahli yang membaca mantra secara keras. Kekuatan gaib tersebut biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang. Hal ini dilakukan untuk menandingi kekuatan gaib lain misalnya mantra kejahatan, mantra keselamatan, mantra penawar atau pengobatan. Untuk memohon sesuatu dari Tuhan diperlukan kata-kata pilihan berkekuatan gaib, yang oleh penciptanya dipandang mempermudah kontak dengan Tuhan atau roh. Dengan cara demikian, 44 apa yang diminta dimohon oleh pengucap mantra itu dapat dipenuhi Tuhan atau roh. Mantra sering kali tidak boleh diucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhak dan dianggap pantas mengucapkan mantra itu. Yang di maksud pawang yaitu orang yang mempunyai keahlian istimewa yang berkaitan dengan ilmu gaib, seperti dukun, penjinak ular dll KBBI, 2007: 839. Pengucapannya pun harus disertai dengan upacara ritual, misalnya asap dupa, ekspresi wajah, dan sebagainya. Menurut KBBI, 2007: 839 mantra pitangan adalah mantra yang menyebabkan perempuan tidak suka kepada pria atau tidak menikah seumur hidup karena tidak ada laki-laki yang mencintainya. Suku Mee juga selalu mengekspresikan bahasa mantra melalui upacara adat.

2.2.4.2 Jenis-Jenis Mantra

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30