Daya Bahasa Peristiwa Tutur Yupi Kabu “Tahap Pertengahan”
119
“Si penderita Yavet Pekei menunduk mengatakan, saya sakit sekali”. 73
Migouto “Kosmas Madai” yoniyake mapega ekina kodo wagete ga etete ko, akiya ita ko kamaidete emo kou ko okai pete-pete, ewitogimakete.
{C. 48} “Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri panah babi sambil mengatakan, sudah
putus kan jalanmu dan darah ini sucikan, kuatkan dia”.
74 Migouto „Kosmas Madai” didi uguwo aitato yoniyake kota makida
titaido kodo etete. {C.49}
“Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri di sebelah keluarga penderita memberitahukan semua tanda yang terjadi”
75 Bapak si penderita “Soter Pekei” dagi gina-gina tete egado tete mana
ko, ma kota makida kegai? {C.50}
“Bapak si Penderita “Soter Pekei” sambil garuk di kepala menanyakan, Tanda apa yang terjadi?
76 Migouto Kosmas Madai ebepeka ginate etete kota makida titaido kodo;
kipo-kapo, ipagi, koto, uka one duwada, mapega tokonai, emo tetumai ko makida beu koyoka kota beu.
{C. 51} “Pemimpin Kosmas Madai sambil garuk di wajah menyebutkan semua
tanda, yaitu tidak ada tanda. Tidak ada tanda karena saya tidak terhantuk, bersin
, batuk, tali busur putus, anak panah patah, tidak tumpah darah dll”. 77
Bapak si Penderita “Soter Pekei” bado bego-bego etete ko, ini yoka ki bokai naka?
{C. 52} “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil goyang kaki menanyakan, jangan
sampai anak kami men inggal” ?
120
78 Migouto Kosmas Madai kipo tutu tete didi me etete ko, okai ki tebokai
tagi ka, peu kota makida ko beu ka. {C. 53}
“Pemimpin Kosmas Madai sambil tunjuk penderita, menanggapi, dia tidak akan meninggal, karena tidak ada tanda buruk
”.
Mengkritik, yang terdapat pada tuturan 71 mengandung daya bahasa
mengkritik pada kalimat Aki tetoyake uwi “kamu jangan tinggal, memiliki daya
bahasa yang sangat kuat karena ada penyangatan yang dapat menimbulkan makna afeksi
“lenyap begitu saja”. Di balik tuturan tersebut mempunyai maksud mengkritik roh jahat agar tidak mengangu kepada si penderita. Maksud lain dari
tuturan “Aki tetoyake uwi” memiliki daya magis yang di komunikasikan dengan
roh jahat yang menimbulkan makna emotif. Tuturan 72 pada klausa “saya
sak it” memiliki daya bahasa yang kuat karena ada yang dapat menimbulkan
makna afeksi “lenyap begitu saja”. Klausa saya sakit memiliki makna tersiat
bahwa si penderita menyampaikan kepada pemmpin upacara bertanda bahwa roh jahat sedang keluar. Tuturan 73 mengandung daya bahasa mengkritik yang
terdapat pada kalimat “sudah putuskan jalanmu, darah ini sucikan dan kuatkan
dia ”. Memiliki daya bahasa yang sangat kuat dan memiliki makna afeksi, di balik
tuturan pemimpin memisahkan roh jahat dengan si penderita. Tuturan 74-78 pada kalimat pada kalimat di atas tidak memiliki daya
bahasa yang sangat kuat karena pemimpin upacara hanya menyampaikan tanda- tanda yang terjadi dalam upacara kepada keluarga penderita.
121