Isi Tuturan Peristiwa Tutur Edoga Kabu “Tahap Pembukaan”

89 “Pagi, pemimpin Kosmas Madai duduk di halaman rumah memanggil keluarga penderita sambil mengatakan, kamu silahkan keluar, datang duduk di halaman rumah ini”. 26 Didi nakame Soter Pekei dagi bego-bego tete ya egadote mana ko; ini ko didi mema oyawete ka? {B.26} “Bapak si penderita Soter Pekei sambil geleng kepala menanyakan, kami datang bersama penderita atau tidak”? 27 Migouto Kosmas Madai gane bego-bego eteteko didi meki kawikaki? {B.27} “Pemimpin Kosmas Madai sambil goyang tangan menanyakan siapa yang sakit ”? 28 Didi nakame “Soter Pekei” kipo tutu ete-teko didi Mee ki kikaki. {B.28} “Bapak si penderita “Soter Pekei” sambil tunjuk sakit yang ini”. 29 Migouto “Kosmas Madai” mapega bego-bego ya etete ko tou ko, didi me ki iki emaiyepa ewi. {B.29} Pemimpin “Kosmas Madai” sambil goyangkan anak panah mengatakan, cara duduk, si penderita baringkan di depan kalian ”. Tuturan pada nomor 25-29 di atas dianalisis ke dalam SPEAKING yang mana terlihat pada Tabel 4.9 di bawah ini: Tabel. 4.9 Peristiwa Tutur Tahap Pembukaan S P E A K I N G Se Sc Se.T Se.P 90 1 Se.T Sc.1 P1 2 Sc.1 P2 E2 A2 K2 3 Sc.1 P1 E3 A3 K3 4 Se. P2 E 4 A 4 K 4 N 4 5 P1 E 5 A 5 K 5 N 5 Pada Tabel 4.9 di atas yang disebut “setting and scene” S yang dimaksud dengan setting artinya “latar kebudayaan” yang menunjukan pada waktu tutur Se,T dan tempat tutur Se.P berlangsung. Participants P “partisipan” adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan upacara atau dalam pertuturan P1 Pemimpin upacara, P2 keluarga penderita. Ends E merupakan tujuan yang diperoleh dari peristiwa tutur atau tujuan yang ingin capai dalam peristiwa tutur terlihat dalam E1-E6. Act seguence A artinya “urutan tindak ujar”, jenis tindakujar dan isi ujaran kedua hal ini berhubungan dengan eksistensi wacana, media komunikasi, secara pemaparanya. Sifatnya adalah hubungan tindak pidana tutur, jenis tindak pesan dan isi pesan A1-A6. Key K artinya “kunci”, mengandung pesan-pesan yang dapat ditangkap, misalnya nada, cara dan semangat terdapat K1-K6. Instrumentalities I artinya “instrument” yaitu jenis tindakbahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur, apakah lisan atau tulisan dialek atau bahasa baku. Norms of intraction and interpretation N artinya “norma intraksi dan interpretasi” mengacu pada norma yang berlaku dalam kelompok sosial pemakai bahasa dalam masyarakat terlihat pada N1-N6. Genre G artinya “gaya” yang mengacu pada jenis 91 tindakpenyampaian secara verbal puisi, nasehat, atau cerita dan lain-lain. Uraian SPEAKING Tabel di atas memperlihatkan di bawah ini: S : Setting and scene, S setting artinya “latar kebudayaan”yang menunjukan pada waktu tutur Se,T dan tempat tutur Se.P berlangsung. Se : Waktu Se,T dan Tempat Se.P Sc : Definisi budaya tentang peristiwa bahasa S : Percakapan edoga “pembukaan” upacara : Abata “pagi” : Yibuda “di halaman” Sc.1 : Edoga Kabu “pembukaan upacara” P : Participants, “partisipan” adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan upacara atau dalam pertuturan P1 Pemimpin upacara, P2 keluarga penderita. P 1 : Pemimpin P 2 : Soter Pekei E : Ends, E merupakan tujuan yang diperoleh dari peristiwa tutur atau tujuan yang ingin capai dalam peristiwa tutur terlihat dalam E1-E5 E1 : Yibuda miyouyo nekai “mengajak keluar dari rumah”. E 2 : Oyaweteka didi mema? “apakah datang dengan orang sakit?” E 3 : Didi meki kawikaki? “orang sakit yang mana? E4 : Didi Mee ki kikaki “orang sakit yang ini. E5: Neeumiyawi “baringkan dia” 92

4.2.2 Jenis Tindak Tutur

Jenis tindak tutur pada pembukaan ini tergambar komunikasi antara pemimpin upacara adat Kosmas Madai dan keluarga si penderita. Dalam komunikasi terjadi dialog antara pemimpin upacara dan kepala keluarga si penderita. Jenis tindak tutur terjadi pesan ajakan, jenis tindakperintah, jenis tindaktanggapan dan jenis tindakpertanyaan. Jenis tindak tutur dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee ini, terlihat di bawah ini: A : Act sequences A artinya “urutan tindak ujar”, jenis tindakujar dan isi ujaran kedua hal ini berhubungan dengan eksistensi wacana, media komunikasi, secara pemaparanya. Sifatnya adalah hubungan tindak pidana tutur, jenis tindak pesan dan isi pesan A1-A5. A 1 : 1 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin “Kosmas Madai” kepada kepala keluarga si penderita “Soter Pekei”. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin sedang duduk bertanda menunggu untuk mengatur posisi duduk. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindakpesan ajakan: 30 “Abata, migouto yibuda animakiyake didi uguwo mana etete, iki miyouyo kiyake, yibuda kouya nitou mei ”. {A . II. 1} 93 “Pagi, pemimpin duduk di halaman rumah memanggil keluarga penderita sambil mengatakan, kamu silahkan keluar, datang duduk di halaman rumah ini”. A 2 : 2 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan bapak si penderita Soter Pekei kepada pemimpin upacara “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya bapak si penderita “Soter Pekei” menggelengkan kepala bertanda heran, karena penderita suruh dikeluarkan di halaman rumah. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindakpesan pertanyaan: 31 Didi nakame “Soter Pekei” dagi bego-bego tete ya egadote mana ko, ini ko didi mema oyawete ka ”? {A . II. 2} “Bapak si penderita “Soter Pekei” sambil geleng kepala menanyakan, kami datang bersama p enderita atau tidak”? A 3 : 3 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin upacara “Kosmas Madai” kepada bapak si penderita “Soter Pekei”. Wacana non verbal, media komunikasinya Pemimpin mengoyang-goyankan tangan dan kepala bertanda

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30