Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari kebudayaan mereka. Kesatuan kebudayaan itu tidak tentukan oleh orang lain melainkan oleh mereka sendiri. Salah satu kebudayaan adalah bahasa. Dengan demikian, bahasa daerah di Papua adalah bahasa yang diwariskan kepada Sang Pencipta untuk dihayati. Namun kenyataanya bahasa Papua kini ambang punah secara alamiah. Kepunahan bahasa daerah Papua terjadi karena masyarakat sendiri tidak menghayati kearifan lokal mereka. Masyarakat pemakai bahasa terkadang merasa rendah diri seketika menggunakan bahasa ibu mereka. Artinya pengguna bahasa daerah cenderun terpengaruh arus global sehingga tidak lagi mencintai budayanya. “Mereka terkadang menganggap bahasanya ketinggalan zaman. Padahal lebih awal mereka menggunakan bahasa proto bahasa yang digunakannya sejak lahir. Ada dua hal yang secara tidak sadar menuju ambang kepunahan. Pertama, faktor internal, yaitu faktor linguistik yang berhubungan dengan bahasa itu sendiri, termasuk fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Sedangkan faktor eksternal menyangkut manusia dan lingkungan, bagimana manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungannya yang akhirnya mempengaruhi perubahan bahasanya. Dilihat dari fungsinya, bahasa itu sebagai sarana pengembangan kebudayaan daerah. Peneliti menghargai suku Biak yang mana mereka masih 2 mempaktekkan dengan banyak karya mereka yang menggunakan bahasa Biak. Seharusnya bahasa itu sendiri adalah roh, karena manusia membawa pemahaman kepada sesamanya melalui bahasa. Bahasa Daerah di Papua diperkirakan sebanyak 270 yang ditetapkan oleh Badan Pusat Bahasa. “Itu baru dari jumlah, bahasa belum lagi kalau dilihat dari segi dialektologi yang menyangkut dialek-dialek meski sama bahasa daerahnya . Spradley 1997 mengemukakan bahwa bahasa tidak semata-mata alat komunikasi bagi manusia yang paling hakiki. Chaer via Jhon, 2004: 1, mengatakan bahwa “bahasa itu mempengaruhi cara bicara, cara bertindak anggota masyarakat supaya apa yang melakukan oleh masyarakat untuk mempengaruhi sifat- sifat bahasa yang memilikinya”. Suku Mee di Papua adalah salah satu suku yang terdapat di Kabupaten Deiyai, Paniai, Dogiyai. Suku ini selalu mempraktekkan ritual “pengusiran roh jahat” dalam bahasa Mee disebut “peu eniya epei kamu”. Upacara pengusiran roh jahat yang dilaksanakan dalam empat tahap yakni: 1 Teki-teki kabu “tahap persiapan”, 2 Edoga kabu “tahap pembukaan”, 3 Yupi kabu “tahap pertengahan”, 4 Mumai kabu “tahap akhir”. Keempat tahap ritual di atas dilaksanakan jika anggota masyarakat tertentu telah dirasuki oleh roh jahat. Kerasukan roh jahat terjadi karena melewati atau menebang pohon di tempat keramat. Gejala kerasukan roh jahat pada badan pelaku seperti perut bengkak, menjadi gila, muka kuning, badan kurus, dsb. Upacara adat dilaksanakan untuk pengusiran roh jahat pada penderita. Pengusiran roh jahat dilakukan dengan menuturkan berbagai ungkapan yang 3 dihasilkan oleh masyarakat Mee. Tuturan yang dihasilkan dalam mengadakan upacara misalnya; 1 “Doke mei ekina kou” babi itu bawa datang, 2 Mapega wagine koda “Sebab mau memanah”. Tuturan “ikido”. Pengertian “ikido” merupakan kata ganti sebutan orang yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dilain pihak “iki” tanpa “do” digambarkan sebutan pada orang yang dapat dihitung. Kata ikido dapat menunjukan salah satu perilaku salin menyebut pada banyak kurangnya keterlibatan dalam kegiatan upacara adat. Tuturan “mapega” artinya panah. “Mapega” sangat menentukan penyembuhan bagi penderita. Panah yang digunakan dalam upacara adalah panah khusus. Ada keyakinan bahwa jika panah kena ayam atau babi kurban maka penderita akan selamat. Sebaliknya, jika panah tidak kena ayam atau babi kurban maka penderita akan tidak selamat. Tuturan “bodiya dagumai” artinya pasang api. “Bodiya dagumai” pasang api dengan menggunakan korek api ada diyakini sebagian akan mentah. Dengan adanya sebagian mentah ini ada yang diyakini bahwa penderita akan tidak selamat. Sebaliknya, pasang api menggunakan api adat “beko mamo” sangat meyakini bahwa semua akan matang dengan baik. Tuturan-tuturan di atas ini sangat penting sehingga perlu di lestarikan supaya tidak punah, dengan cara mendokumentasikan data secara tertulis. Banyak data tentang suku ini baik bahasa maupun budaya yang telah ditulisnya, namun berhubungan antara bahasa dan budaya belum pernah dibahas. Pada hal ini merupakan kekayaan daerah yang selayaknya perlu dibahas untuk memperkaya bahasa dan kebudayaan nasional. 4 Bahasa daerah adalah bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan dan dibina. Pelestarian dan pembinaan tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan jika tidak ada upaya sebelumnya. Upaya sebelumnya yang dimaksud di sini adalah untuk mendokumentasikan bahasa tersebut. Alasan-alasan inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian di bidan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30