Makna Tuturan Peristiwa Tutur Edoga Kabu “Tahap Pembukaan”

98 Semantik dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat struktur bahasa yang berhubungan dengan makna. Makna dalam upacara pengusiran roh jahat pada bagian pembukaan terdapat frase “ikido”, terlihat pada Tabel 4.10 di bawah ini: Tabel. 4.10 Hubungan Semantik Kata Ganti Sebutan Keluarga Penderita Istilah Tercakup Hubungan Semantik Istilah Pencakup Ikii “kamu” Inii “kami” Kata ganti sebutan Keluarga penderita Ikidoo “kamu semua” Inidoo “kami semua” Pengertian ikido merupakan kata ganti sebutan orang yang jumlah tidak dapat hitung. Dilain pihak iki yang tanpa do digunakan pada sebutan orang yang dapat dihitung. Hubungan taksonomi dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat unsur bahasa menurut hielarkis dalam urutan satuan fonologis atau graumatikal yang dimungkinkan dalam satuan. Graumatikal yan dimungkinkan dalam satuan bahasa terlihat pada table 4.11 di bawah ini: Tabel. 4.11 Hubungan Taksonomi Ikido Ikido 1 Kata ganti sebutan kamu Iki 2 Makna ikido 1 yaitu kata ganti sebutan orang dalam jumlah yang banyak. Makna iki 2, yaitu kata ganti orang dalam jumlah yang dapat dihitung. Secara 99 semantik, hubungan ini disebut hiponim, yaitu jenis tindaklinguistik yang ada hubungan antara makna spesifik dan makna generik. Hubunan kontras “ikido” memperlihatkan perbedaan nyata dalam hal warna, rupa, ukuran dan sebagainya, hal tersebut terlihat pada Tabel 4.12 di bawah ini: Tabel. 4.12 Hubungan Kontras ikido Ciri Tujuan Kata Ganti Sebutan Kamu Dapat Tidak Dapat Istilah Dihitung Dihitung Ikido 1 + - + Iki 2 + + - Keterangan : + : ya - : tidak Suku ini juga memiliki tuturan kata ganti orang “ikido” belarti “semua” sebutan terhadap orang yang jumlahnya tidak dapat dihitung. hasil Wawancara Nataniel Kotouki Kata “ikido” menunjukan salah satu perilaku yang saling menyebut banyak kurangnya keterlibatan dalam upacara.

4.2.4 Daya Bahasa

Daya bahasa pada tataran struktur memiliki kadar pesan yang berbeda antara struktur kalimat satu dengan struktur kalimat yang lain, seperti data di bawah ini. 40 Abata, migouto yibuda animakiyake didi uguwo mana etete, iki miyouyo kiyake, yibuda kouya nitou mei. {B.25} “Pagi, pemimpin Kosmas Madai duduk di halaman rumah memanggil keluarga penderita sambil mengatakan, kamu silahkan keluar, datang duduk di halaman rumah ini”. 100 41 Didi nakame Soter Pekei dagi bego-bego tete ini ko didi mema oyawete. {B.26} “Bapak si penderita Soter Pekei sambil geleng kepala, kami datang bersama penderita”. Menyuruh, yang terdapat pada tuturan 40 pada kalimat mengingat upacara, “kamu silahkan keluar, datang duduk di halaman rumah ini”. Kalimat tersebut tidak memiliki daya bahasa yang sangat kuat karena tidak ada yang dapat menimbulkan makna afeksi “lenyap begitu saja”. Tuturan 41 yang terdapat pada kalimat “kami datang bersama penderita” tidak memiliki daya bahasa yang sangat kuat karena tidak ada yang dapat menimbulkan makna afeksi. 42 Migouto Kosmas Madai gane bego-bego eteteko didi meki kawikaki? {B.27} “Pemimpin Kosmas Madai sambil goyang tangan menanyakan, siapa yang sakit”? 43 Didi nakame “Soter Pekei”kipo tutu ete-teko didi Mee ki kikaki. {B.28} “Bapak si penderita “Soter Pekei” sambil tunjuk sakit yang ini”. Menanyakan, yang terdapat pada tuturan 42 pada kalimat “mengingat adanya dalam keluarga itu sakit ”. Tuturan tersebut pemimpin upacara Kosmas Madai menanyakan kepada ayah si penderita Soter Pekei klausa “siapa yang sakit?” memiliki daya bahasa yang sangat kuat karena menimbulkan makna tersirat. Makna tersirat yang di maksud menanyakan kepada keluarga penderita karena dalam keluarga tersebut sakit lebih dari satu. Tuturan 43 pada kalimat klausa “sakit yang ini” tidak ada yang dapat menimbulkan makna afeksi. Maksud

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30