Isi Tuturan Peristiwa Tutur Yupi Kabu “Tahap Pertengahan”

103 48 Kouda make ko migouto “Kosmas Madai” yoniyake mapega ekina kodo wagete ga etete ko, akiya ita ko kamaidete emo kou ko okai pete-pete, ewitogimakete. {C.48} “Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri panah babi sambil mengatakan, sudah putuskan jalanmu dan darah ini sucikan, kuatkan dia ”. Gambar. 4.3 Pemimpin Sedang Panah Babi Bertanda Memutuskan Jalan Antara Penderita dan Roh Jahat. 49 Migouto „Kosmas Madai” didi uguwo aitato yoniyake kota makida titaido kodo etete. {C.49} “Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri di sebelah keluarga penderita memberitahukan semua tanda yang terjadi” 104 Gambar .4.4 Pemimpin Sedang Berdiri di Samping Keluarga Penderita Bertanda Memberi Tahu Semua Tanda yang Terjadi 50 Bapak si penderita “Soter Pekei” dagi gina-gina tete egado tete mana ko, ma kota makida kegai? {C. 50} “Bapak si Penderita “Soter Pekei” sambil garuk di kepala menanyakan, Tanda apa yang terjadi? 51 Migouto Kosmas Madai ebepeka ginate etete kota makida titaido kodo; kipo-kapo, ipagi, koto, uka one duwada, mapega tokonai, emo tetumai ko makida beu koyoka kota beu. {C.51} “Pemimpin Kosmas Madai sambil garuk di wajah menyebutkan semua tanda, yaitu tidak ada tanda. Tidak ada tanda karena saya tidak terhantuk, bersin, batuk, tali busur putus, anak panah patah, tidak tumpah darah dll ”. 52 Bapak si Penderita “Soter Pekei” bado bego-bego etete ko, ini yoka ki bokai naka? {C.52} “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil goyang kaki menanyakan, jangan sampai anak kami meninggal” ? 105 53 Migouto Kosmas Madai kipo tutu tete didi me etete ko, okai ki tebokai tagi ka, peu kota makida ko beu ka. {C. 53} “Pemimpin Kosmas Madai sambil tunjuk penderita menanggapi, dia tidak akan meninggal, karena tidak ada tanda buruk k”. Tuturan pada nomor 46-53 di atas dianalisis ke dalam SPEAKING yang mana terlihat pada Tabel 4.13 di bawah ini: Tabel. 4.13 Peristiwa Tutur Tahap Pertengahan S P E A K I N G Se Sc Se.P 1 A1 2 Sc.1 P2 E2 A2 K2 N 2 3 E3 A3 K3 N 3 4 E 4 A 4 K 4 N 4 5 Sc.1 P3 E5 A5 K5 N 5 6 Sc.1 E6 A6 K6 N 6 7 Sc.1 P3 E 7 A 7 K 7 N 7 8 Sc.1 A8 K8 N 8 Pada Tabel 4.13 di atas yang disebut “setting and scene” S yang dimaksud dengan setting artinya “latar kebudayaan” yang menunjukan pada waktu tutur Se,T dan tempat tutur Se.P berlangsung. Participants P “partisipan” adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan upacara atau dalam pertuturan P1 106 Pemimpin upacara, P2 keluarga penderita. Ends E merupakan tujuan yang diperoleh dari peristiwa tutur atau tujuan yang ingin capai dalam peristiwa tutur terlihat dalam E1-E6. Act seguence A artinya “urutan tindak ujar”, jenis tindakujar dan isi ujaran kedua hal ini berhubungan dengan eksistensi wacana, media komunikasi, secara pemaparanya. Sifatnya adalah hubungan tindak pidana tutur, jenis tindak pesan dan isi pesan A1-A8. Key K artinya “kunci”, mengandung pesan-pesan yang dapat ditangkap, misalnya nada, cara dan semangat terdapat K1-K6. Instrumentalities I artinya “instrument” yaitu jenis tindakbahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur, apakah lisan atau tulisan dialek atau bahasa baku. Norms of intraction and interpretation N artinya “norma intraksi dan interpretasi” mengacu pada norma yang berlaku dalam kelompok sosial pemakai bahasa dalam masyarakat terlihat pada N1-N8. Genre G artinya “gaya” yang mengacu pada jenis tindakpenyampaian secara verbal puisi, nasehat, atau cerita dan lain-lain. Uraian Tabel 4.13 di atas memperlihatkan di bawah ini: S : Setting and scene: setting artinya “latar kebudayaan” yang menunjukan pada waktu tutur Se,T dan tempat tutur Se.P berlangsung. Se : Waktu Se,T dan Tempat Se.P Sc : Definisi budaya tentang peristiwa bahasa S : Percakapan keitai kabu “pelaksanaan upacara” S 1 : Proses berlangsung percakapan Se.T: Agapi “siang” Se.P: Yibuda “di halaman” 107 Sc.1: Keitai “pelaksanaan” upacara P : Participants “partisipan” adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan upacara atau dalam pertuturan P1 Pemimpin upacara, P2 keluarga penderita. P 1 : Pemimpin P 2 : Yavet Pekei P 3 : Soter Pekei E : Ends, E merupakan tujuan yang diperoleh dari peristiwa tutur atau tujuan yang ingin capai dalam peristiwa tutur terlihat dalam E1-E8 E1 : Anepa yokodanita i “penderita geser ke pemimpin” E 2 : Yawete “datang” E 3 : Aki Uwi “mengusir roh jahat” E 4 : Didi bokate “mengeluh sakit” E 5 : Buda kakegate “lepaskan tali” E 6 : Daba kawege “melemahkan kekuatan” E 7 : Ita kamaidete “memutuskan jalan” E 8 : Emo pete-pete “darah menguatkan”

4.3.2 Jenis Tindak Tutur

Jenis tindak tutur pada pertengahan ini eksistensinya verbal dan non verbal. Komunikasi antara pemimpin upacara adat dan setan yang dirasuki penderita. Jenis tindak tutur terjadi pesan perintah, jenis tindaktanggapan dan jenis tindakpertanyaan. Jenis tindak tutur dalam upacara pengusiran roh jahat, terlihat di bawah ini: 108 A : Act sequences, A artinya “urutan tindak ujar”, jenis tindakujar dan isi ujaran kedua hal ini berhubungan dengan eksistensi wacana, media komunikasi, secara pemaparanya. Sifatnya adalah hubungan tindak pidana tutur, jenis tindak pesan dan isi pesan A1-A8. A 1 : 1 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin uapacara “Kosmas Madai” kepada roh jahat. Wacana non verbal, pemimpin memijit bagian kepala penderita menggunakan dagu. Dagu adalah jenis daun khusu yang digunakan pada saat upacara untuk mengusir setan yang di rasuki kepada si penderita. Dagu bertanda kekuatan roh jahat yang ada dalam penderita dikeluarkan. Jenis pemakaian monolog dengan tuturan bentu mantra. Jenis tindak pesannya perintah: 54 “Migouto “Kosmas Madai” dabaga kagu donita tiyake dagu dagida yamo widimiyake tete gaka etete mana ko, Aki tetoyake uwi, akiya totaida ”. {A . III. 1} “Pemimpin “Kosmas Madai” memegan bagian kepala menggunakan daun dagu sambil jongkok mengatakan, kamu jangan tinggal, pergi ke tempat tinggalmu”. A 2 : 3 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan si penderita “Yavet Pekei‟ kepada pemimpin upacara adat “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya si penderita “Yavet Pekei” memiringkan badan bertanda rasa sakit

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30