Jenis Tindak Tutur Peristiwa Tutur Yupi Kabu “Tahap Pertengahan”

108 A : Act sequences, A artinya “urutan tindak ujar”, jenis tindakujar dan isi ujaran kedua hal ini berhubungan dengan eksistensi wacana, media komunikasi, secara pemaparanya. Sifatnya adalah hubungan tindak pidana tutur, jenis tindak pesan dan isi pesan A1-A8. A 1 : 1 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin uapacara “Kosmas Madai” kepada roh jahat. Wacana non verbal, pemimpin memijit bagian kepala penderita menggunakan dagu. Dagu adalah jenis daun khusu yang digunakan pada saat upacara untuk mengusir setan yang di rasuki kepada si penderita. Dagu bertanda kekuatan roh jahat yang ada dalam penderita dikeluarkan. Jenis pemakaian monolog dengan tuturan bentu mantra. Jenis tindak pesannya perintah: 54 “Migouto “Kosmas Madai” dabaga kagu donita tiyake dagu dagida yamo widimiyake tete gaka etete mana ko, Aki tetoyake uwi, akiya totaida ”. {A . III. 1} “Pemimpin “Kosmas Madai” memegan bagian kepala menggunakan daun dagu sambil jongkok mengatakan, kamu jangan tinggal, pergi ke tempat tinggalmu”. A 2 : 3 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan si penderita “Yavet Pekei‟ kepada pemimpin upacara adat “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya si penderita “Yavet Pekei” memiringkan badan bertanda rasa sakit 109 dari pijit yang dilakukan oleh pemimpin upacara “Kosmas Madai”. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya keluhan: 55 “Didi mee “Yavet Pekei” miyokopo ya etete ko, ani didi bokate ”.{A . III.2} “Si penderita Yavet Pekei menunduk mengatakan, saya sakit sekali”. A 3 : 56 Tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin “Kosmas Madai” kepada roh jahat. Dalam wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin berdiri panah babi bertanda memutuskan jalan atau membuat pagar antara penderita dan roh jahat dengan menggunakan bahasa tuturan mantra. Jenis pemakaian monolog. Jenis tindak pesannya memohon: 57 “Kouda make ko migouto “Kosmas Madai” yoniyake mapega ekina kodo wagete ya etete ko, ena natope kidia akiya ita ko komaidete Emo kou ko okai pete-pete, ewitogimakete ”. {A . III. 3} “Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri memanah babi sambil mengatakan, tempat tingalmu bagus tapi sudah putuskan jalanmu dan darah ini sucikan, kuatkan dia”. A 4 : 4 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin “Kosmas Madai” kepada 110 bapak si penderita “Soter Pekei” dan keluarga penderita. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin upacara “Kosmas Madai” menggaruk kepalanya bertanda tidak terjadi tanda yang burukk. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya pemberitahuan: 58 “Migouto “Kosmas Madai” didi uguwo aitato yoniyake kota makida titaido kodo etete ”. {A . III. 4} “Pemimpin “Kosmas Madai” berdiri di sebelah keluarga penderita memberitahukan semua tanda yang terjadi” A 5 : 5 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan bapak si penderita “Soter Pekei” kepada pemimpin “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya bapak si penderita “Soter Pekei” menggaruk di dahi bertanda ketidak puasan atas ungkapan pemimpin “Kosmas Madai”. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya bertanya: 59 “didi nakame “Soter Pekei” dagi gina-gina tete egado tete mana ko, ma kota makida kegai ”? {A . III. 4} “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil garuk di kepala menanyakan, Tanda apa yang t erjadi”? A 6 : 6 Tindak tutur langsung literal direct literal speech act 111 Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal.Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin upacara adat “Kosmas Madai kepada bapak si penderita “Soter Pekei” dan keluarga si penderita. Wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin Upacara “Kosmas Madai” menggaruk kepalanya bertanda kepuasan atas tidak mendapatkan tanda burukk. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya tanggapan: 60 “Migouto “Kosmas Madai” ebepeka ginate etete kota makida titaido kodo, kipo-kapo, ipagi, koto, uka one duwada, mapega tokonai, emo tetumai ko makida beu koyoka kota beu ”. {A . III. 6} “Pemimpin “Kosmas Madai” sambil garuk di wajah menyebutkan semua tanda, yaitu tidak ada tanda karena, tidak ada terhantuk, bersin, batuk, tali busur putus, anak panah patah, tidak tumpah darah”. A 7 : 7 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan bapak s i penderita “Soter Pekei” kepada pemimpin upacara adat “Kosmas Madai”. Wacana non verbal, media komunikasinya bapak si penderita “Soter Pekei” menggerak-gerakkan tangan bertanda kepuasan atas informasi yang disampaikan pemimpin upacara “Kosmas Madai”. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya bertanya: 61 didi nakame “Soter Pekei” bado bego-bego tete etete ko, ini yoka ki bokai naka ”? {A . III. 7} 112 “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil goyang kaki menanyakan, jangan sampai anak kami meninggal”? A 8 : 8 Tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act Jenis tindak wicara menurut eksistensinya verbal dan non verbal. Verbal adalah media komunikasi berupa tuturan lisan pemimpin upacara “Kosmans Madai” kepada bapak si penderita “Soter Pekei”. Dalam wacana non verbal, media komunikasinya pemimpin upacara “Kosmas Madai” menggerak-gerakkan tangan tanda tidak memohon perhatian dari keluarga penderita kepada pemimpin Upacara. Jenis pemakaian dialog. Jenis tindak pesannya tanggapan: 62 Migouto “Kosmas Madai” kipo tutu tete didi me etete ko, okai ki tebokai tagi ka, peu kota makida ko beu ka. {A . III. 8} “Pemimpin “Kosmas Madai” sambil tunjuk penderita menanggapi, dia tidak akan meninggal, karena tidak ada tanda buruk k”. K : Key K artinya “kunci”, mengandung pesan-pesan yang dapat ditangkap, misalnya nada, cara dan semangat terdapat K1-K8 K 1 : Suara bisik K 2 : Suara pelan K 3 : Suara bisik K 4 : Suara pelan K 5 : Suara pelan 113 K 6 : Suara pelan K 7 : Suara pelan K 8 : Suara pelan I : InstrumentahlitiesI artinya “instrument” yaitu jenis tindakbahasa yang digunakan dalam peristiwa tutur, apakah lisan atau tulisan dialek atau bahasa baku. I 1 : Verbal dan non verbal. Verbal: Secara lisan bukan tertulis dalam bahasa Mee 63 Migouto “Kosmas Madai” dabaga kagu donita tiyake dagu imo dagida yamo yayakido tete gaka etete mana ko; Aki tetoyake uwi, akiya totaida. {C.50} “Pemimpin upacara adat “Kosmas Madai” memegan bagian kepala menggunakan daun dagu sambil jongkok mengatakan; kamu jangan tinggal, pergi ke tempat tinggalmu”. 64 Didi mee Yavet Pekei miyo kopo ya etete ko: ani didi bokate. {C.51} “Si penderita “Yavet Pekei” menunduk mengatakan; saya sakit sekali”. 65 Kouda make ko migouto “Kosmas Madai” yoniyake mapega ekina kodo wagete ga etete ko; akiya ita ko kamaidete emo kou ko okai pete-pete, ewitogimakete. {C.52} “Pemimpin upacara adat “Kosmas Madai” berdiri panah babi sambil mengatakan, sudah putuskan jalanmu dan darah ini sucikan, kuatkan dia”. 66 Migouto “Kosmas Madai” didi uguwo aitato yoniyake kota makida titaido kodo etete. {C.53} 114 “Pemimpin uapacara “Kosmas Madai” berdiri di sebelah keluarga penderita memberitahukan semua tanda yang terjadi” 67 Bapak si penderita “Soter Pekei” dagi gina-gina tete egado tete mana ko; ma kota makida kegai? {C.54} “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil garuk di kepala menanyakan; „Tanda apa yang terjadi”? 68 Migouto “kosmas Madai” ebepeka ginate etete kota makida titaido kodo; kipo-kapo, ipagi, koto, uka one duwada, mapega tokonai, emo tetumai ko makida beu koyoka kota beu. {C.55} “Pemimpin upacara “Kosmas Madai” sambil garuk di wajah menyebutkan semua tanda, yaitu tidak ada tanda. Tidak ada tanda karena saya tidak terhantuk, bersin, batuk, tali busur putus, anak panah patah, tidak tumpah darah dl l”. 69 Didi nakame “Soter Peke” bado bego-bego etete ko; ini yoka ki bokai naka? {C.56} “bapak si penderita “Soter Pekei” sambil goyang kaki menanyakan; jangan sampai anak kami meninggal”? 70 Migouto “Kosmas Madai” kipo tutu tete didi me etete ko; okai ki tebokai tagi ka, peu kota makida ko beu ka. {C.57} “Pemimpin upacara adat “Kosmas Madai” sambil tunjuk penderita menanggapi; dia tidak akan meninggal, karena tidak ada tanda buruk k”. Nonverbal: tidak dalam jenis tindakpercakapan atau tidak dalam jenis tindakbahasa; gerakan pada tubuh. 115 1 “miyo kopo” menunduk 2 “yoniyake mapega ekina kodo wagete” berdiri panah babi 3 “didi uguwo aitato yoniyake” berdiri di sebelah keluarga penderita 4 “dagi gina-gina tete” sambil garuk di kepala 5 “ebepeka ginate” sambil garuk di wajah 6 “bado bego-bego” sambil goyang kaki 7 “kipo tutu tete didi mee” sambil tunjuk penderita N : Norms of Interaction and Interpretation N artinya “norma intraksi dan interpretasi” mengacu pada norma yang berlaku dalam kelompok sosial pemakai bahasa dalam masyarakat terlihat pada N1-N8. N 1 : Uwi “perintah” N 2 : Didi “keluhan” N 3 : Kamaidete “permohonan” N 4 : Makida “pemberitahuan” N 5 : Ma “bertanya” N 6 : Kota “tanggapan” N 7 : Naka “bertanya” N 8 : Tebokai “tanggapan” G : Genre G artinya “gaya” yang mengacu pada jenis tindakpenyampaian secara verbal puisi, nasehat, atau cerita dan lain-lain. G 1 : Bercakap-cakap Pada bagian pertengahan media komunikasi antara pemimpin upacara “Kosmas Madai” dan ayah si penderita “Soter Pekei” tidak menuturkan Tindak tutur tidak langsung tidak literal indirect nonliteral speech act. Tapi, pemimpin 116 upacara “Kosmas Mada” dan ayah si penderita “Soter Pekei” menuturkan tindak tutur langsung literal direct literal speech act, tindak tutur tidak langsung literal indirect literal speech act dan tindak tutur langsung tidak literal direct nonliteral speech.

4.3.3 Makna Tuturan

Makna tuturan pada pertengahan memiliki kosa kata yang berhubungan dengan alat yang digunkan dalam upacara yaitu “mapega”. {A . III. 3}. Pengertian umum dari “mapega” merupakan alat yang digunakan untuk panah apa saja. Semantik dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat struktur bahasa yang berhubungan dengan makna. Makna dalam upacara pengusiran roh jahat pada tahap pertengahan memiliki frase “mapega”, terlihat pada Tabel 4.14 di bawahini: Tabel.4.14 Hubungan Semantik Alat-alat dalam Upacara. Istilah Tercakup Hubungan Semantik Istilah Pencakup Mapega “anak panah” Uka “busur” Alat-alat yang Dalam Upacara Dagu “tumbuhan magis” digunakan Ekina “babi” Pengertian umum dari “mapega” merupakan alat yang digunakan untuk panah apa saja. Mapega selalu di bawa setiap kali panah sesuatu. Bentuknya macam-macam, seperti panah yang utuh berduri, hanya berduri bagian atas, polos, terbuat dari kayu besi, dan dari bambu, ujungnya tajam. Fungsinya digunakan berperang, berburuk , dan waktu upacara. Pengertian khusus dari “mapega” 117 merupakan alat untuk panah waktu upacara. Bentuknya, sisi tengah tebal, bagian ujung tajam, polos, terbuat dari bambu. Taksonomi dalam upacara pengusiran roh jahat terdapat unsur bahasa menurut hielarkis dalam urutan satuan fonologis atau graumatikal yang dimungkinkan dalam satuan. Graumatikal yan dimungkinkan dalam satuan bahasa terlihat pada table 4.15 di bawah ini: Tabel.4.15 Hubungan Taksonomi Mapega. Mapega 1 Mapega digunakan untuk panah Mapega 2 Makna mapega mapega 1 yaitu untuk panah apa saja, dan di bawa ke mana saja. Sedangkan makna mapega mapega 2, yaitu untuk panah babi atau babi waktu upacara. Secara semantis, hubungan ini disebut polisemi, yaitu jenis tindak tutur yang sama tetapi makna berbeda, namun berhubungan. Hubunan kontras “mapega” memperlihatkan perbedaan nyata dalam hal warna, rupa, ukuran dan sebagainya, hal tersebut terlihat pada Tabel 4.16 di bawah ini: Tabel.4.16 Hubungan Kontras Mapega. Ciri terbuat dari Tujuan Polos berduri ujung panah Kayu bambu Tajam benda Babi, babi Istilah Mapega 1 + - - + + - Mapega 2 - + + + - +

Dokumen yang terkait

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 4 11

PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA

0 0 21

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

0 2 181

Peta Orientasi Kabupaten Deiyai terhadap Provinsi Papua

0 0 30