Entry Concept of Structuration

dan struktur adalah dwi rangkap. Seluruh tindakan sosial memerlukan struktur dan seluruh struktur memerlukan tindakan sosial. Agen dan struktur saling jalin menjalin tanpa terpisahkan dalam praktik atau aktivitas manusia. 17 Menjadi sangat penting bagi gagasan tentang strukturasi adalah teorema dualitas struktur, yang secara logika terkandung dalam dalam argumen-argumen diatas. Komposisi antara agen dan struktur bukanlah sebuah fenomena yang terpisah seperti paham dualisme, malainkan komposisi tersebut mewalikili sebuah dualitas. Dualitas struktur dan pelaku terletak dalam proses dimana “struktur sosial merupakan hasil outcome dan sekaligus medium sarana praktik sosial. Giddens mengajak kita untuk berpikir bahwa: Instead of a dualism, Giddens suggests that we should think in terms of a duality, a „duality of structure‟. That is, rather than two separate and opposed phenomena, we should think of one, in this case structure, which has a dual nature. 18 Dengan cara ini Giddens berpendapat bahwa struktur tidak berada diluar individu-individu, sebagai jejak-jejak ingtan, dan ketika terwujudkan dalam praktik-praktik sosial, struktur dalam pengertian tertentu berada di dalam, bukannya diluar aktivitas-aktivitas mereka dalam pengertian Durkhemian. Struktur tidak boleh disamakan dengan kekangan meskipun demikian ia bersifat mengekang dan membolehkan. 19 17 Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6, Cet ke-4. Penerjemah Alimandan Jakarta: Kencana, 2007, h. 508. 18 Derek R Layder. Understanding Social Theory, 2 th ed.London: Sage Publication, 2006, h. 187. 19 Anthony Giddens, Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Penerjemah Maufur dan Daryatno Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 41.

2. Agensi dan Kekuasaan

Berbagai definisi mengenai agensi banyak kita dapati, salah satunya definisi yang dikemukan oleh David Marsh dan Gerry Stoker yang mendefinisikan agensi adalah kemampuan individu atau kelompok baik disengaja maupun tidak untuk memengaruhi lingkungannya. 20 Selain itu Masduki dalam bukunya yang berjudul Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal menuliskan bahwa agen meliputi para aktor pelaku sosial dan tindakannya, baik secara individu maupun kolektiv. 21 Senada dengan David Marsh dan Gery Stoker, juga Masduki, George Ritzer dalam bukunya yang berjudul Sociological Theory mengatakan bahwa although agency generally refers to micro-level, individual human actors, it also can refer to macro collectivities that act 22 . Sering kali ada anggapan bahwa agensi manusia hanya bisa ditetapkan berdasakarkan maksud-maksud. Artinya, agar sebuah perilaku bisa dianggap sebagai tindakan, siapapun melakukannya harus bermaksud melakukan tindakan itu, jika tidak maka perilaku itu hanyalah sekedar respon reaktif semata. Dalam bukunya New Rules of Sociological Method Anthony Giddens menetapkan agensi sebagai berikut: agency as the stream of actual or contemplated causal interventions of corporeal beings in theongoing process of events-in-the-world. 23 Bagi Giddens agensi tidak mengacu pada maksud-maksud yang dimiliki orang ketika melakukan sesuatu melainkan terutama pada kemampuannya dalam melakukan sesuatu itu yang karena itu juga kenapa agensi mengandung kuasa: bandingkan dengan definisi agen menurut the Oxford English Dictionary yang 20 David Marsh dan Gerry Stoker, Teori dan Metode dalam Ilmu Politik Bandung: Nusa Media, 2011 , h. 325 21 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal Yogyakarta: LKis, 2007, h. 55 22 George Ritzer, Sociological Theory, 8 th ed. New York: McGrawHill, 2011, h. 521 23 Anthony Giddens, New Rules of Sociological Method, 2 th ed. California: Standford University Press, 1993, h. 81. diartikan sebagai „orang yang menggunakan kuasa atau menghasilkan dampak. Agensi berkaitan dengan kejadian-kejadian yang melibatkan individu sebagai pelaku, apa pun yang telah terjadi tidak akan terjadi tanpa peran individu dan tindakan merupakam sebuah proses berkesinambungan. 24 Diilhami oleh filsafat waktu Martin Heidegger, Giddens menyatakan bahwa waktu dan ruang bukanlah arena atau panggung tindakan, melainkan unsur konstitusif tindakan dan pengorganisasian masyarakat. 25 Artinya tanpa ada waktu dan ruang maka tidak ada yang dinamakan dengan tindakan. Sesuai dengan penekananya pada keagenan, Giddens memberikan kekuasaan besar terhadap agen. Dengan kata lain, menurutnya agen mempunyai kemampuan untuk menciptakan pertentangan dalam kehidupan sosial, dan bahkan iya lebih yakin lagi bahwa agen tak berarti apa-apa tanpa kekuasaan. 26 Berkaitan dengan hubungan antara agen dan kekuasaan, Anthony Giddens mengajukan pertanyaan penting dalam bukunya berjudul Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat: apakah watak hubungan logis antara tindakan dan kekuasaan? Berikut penjelasaan Giddens terhadap keduanya: “.... meskipun penjelasan tentang isu ini sangatlah kompleks, relasi mendasar yang ada bisa dengan mudah di tunjukan. Mampu „bertindak lain‟ berarti mampu mengintervensi dunia, atau menjaga diri dari intervensi semacam itu, dengan dampak memengaruhi suatu proses keadaan khusus dari urusan-urusan. Hubungan ini mengandaikan bahwa menjadi seorang agen harus mampu menggunakan secara terus-menerus di dalam kehidupan sehari-hari sederet kekuasaan kausal, termasuk memengaruhi kekuasaan-kekuasaan yang dijalankan orang lain. Tindakan bergantung pada kemampuan individu untuk „memengaruhi‟ keadaan urusan atau rangkaian peristiwa yang telah ada sebelumnya. Seorang agen tidak lagi 24 Anthony Giddens, Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Penerjemah Maufur dan Daryatno Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 14. 25 B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, h. 20. 26 Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Edisi ke-6, Cet ke-4. Penerjemah Alimandan Jakarta: Kencana, 2007, h. 510. mampu berperan demikian jika dia kehilangan kemampuan untuk „memengaruhi‟, yaitu menggunakan suatu jenis kekuasaan. Banyak kasus menarik bagi analisis sosial berpusat di sekitar batasan-batasan dari apa yang dipandang sebagai tindakan – saat ketika kekuasaan seseorang dibatasi oleh sederet keadaan tertentu. Akan tetapi, yang pertama penting untuk diketahui adalah bahwa keadaan-keadaan dari pembatas sosial yang membuat para individu „tidak memiliki pilihan‟ tidak boleh disamakan dengan terputusnya tindakan seperti itu. „Tidak memiliki pilihan‟ bukan berarti bahwa tindakan telah tergantikan oleh reaksi seperti kedipan seseorang ketika ada gerakan cepat di dekat matanya. Mungkin kondisi ini tampak begitu jelas sehingga tidak perlu lagi dikatakan lagi. Tetapi, sejumlah mazhab sosial terkemuka, terutama yang bersinggungan dengan objektivisme dan „sosiologi kultural‟ belum mengakui pembedaan itu. Mazhab-mazhab sosial ini menganggap bahwa pembatasan-pembatasan sosial bekerja mirip seperti kekuatan-kekuatan alam, seolah- olah „tidak memiliki pilihan‟ sama seperti ketika tidak kuasa menahan dorongan dari tekanan-tekanan mekanis. 27 Dengan kata lain gagasan tentang tindakan adalah logis terkait dengan kekuasaan, dimana tindakan merupakan sebuah keyword bagi agensi. Terlebih dulu kita harus membedakan antara kekuasaan power dengan dominasi domination. Dominasi mengacu pada skemata asimetri hubungan pada tataran struktur, sedangkan kekuasaan menyangkut kapasitas yang terlibat dalam hubungan sosial pada dataran pelaku praktik sosial atau interaksi. 28 Dalam teori strukturasi, kekuasaan bukanlah gejala yang terkait dengan struktur ataupun sistem, melainkan kapasitas yang melekat pada pelaku. Oleh karena itu, kekuasaan mengacu pada kapasitas transformatif. 29 Sebagaimana tidak ada struktur tanpa pelaku, begitu pula tidak ada dominasi tanpa relasi kekuasaan yang berlangsung di antara pelaku. 27 Anthony Giddens, Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat. Penerjemah Maufur dan Daryatno Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 24. 28 B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, h. 33. 29 Anthony Giddens, New Rules of Sociological Method , 2 th ed. California: Standford University Press, 1993, h. 116. Dominasi masuk dalam dimensi struktural dalam sistem sosial, selain dominasi ada signifikan dan legitimasi. Ketiganya saling terkait satu sama lain, struktur signifikan pada gilirannya mengacu pada struktur dominasi dan legitimasi. Struktur signifikan selalu harus dipahami dalam kaitannya dengan dominasi dan legitimasi. Sekali lagi pemahaman ini harus diarahkan pada pengaruh kuat kekuasaan dalam kehidupan sosial. Bagaimana kaitan ketiga tiga prinsip struktural strukturskemata itu dengan praktik sosial? Skema di bawah ini menyajikan pola hubungan antara keduanya: 30 Gambar 2.1 Dimensi-dimensi Dualitas Struktur Sumber: B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta, Kepustakaan Populer Gramedia, 2002 Giddens menyebut „modalitassarana-antara’ sebagai mediasi antara struktur dan interaksi dalam proses praktik sosial, konsep pada baris pertama mengacu pada sifat interaksi, sedangkan baris ketiga sebagai prinsip dimensi struktur. Dari skema diatas, dualitas antara aktor dan struktur dapat digambarkan keberlangsungannya sebagai berikut: dengan mengambil pengertian struktur 30 B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, h. 25. legitimasi signifikasi dominasi skema interpretasi fasilitas norma sanksi kekuasaan komunikasi INTERAKSI modality STRUKTUR