Dengan membandingkan dengan skripsi milik Sagita Ning Tyas dan tesis milik Muhammad Mufid bahwa skripsi dengan judul
“Regulasi Kampanye 2014 Di Media Penyiaran” belum ada yang mengkaji sebagai karya ilmiah.
F. Sitematika Penulisan
Agar penelitian ini lebih sistematis sehingga adanya gambaran yang terarah, logis, dan saling berhubungan antara satu bab dengan bab berikutnya, maka
penelitian ini disusun ke dalam lima bagian.
BAB I Merupakan bab Pendahuluan yang mencakup: Latar Belakang
Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Pedoman Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika
Penulisan.
BAB II
Bab ini berisikan teori-teori yang relevan yang digunakan untuk menganalisis dan merancang sistem yang diperoleh dari berbagai
sumber buku maupun jurnal-jurnal yang terkait dengan penelitian. Daintaranya
terdapat teori
strukturasi, teori
hegemoni, konseptualisasi kampanye dan konseptualisasi regulasi penyiaran.
BAB III
Bab ini akan akan membahas paradigma penelitian, pendekatan penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, teknik pengumpulan
data, prosedur pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV Bab ini mengenai gambaran umum yang meliputi: media penyiaran
yang dimiliki oleh para pengusaha yang terjun ke dunia politik, yakni RCTI, TV One, dan Metro TV. Kemudian dua lembaga yang
mempunyai kewenangan, Komisi Penyiaran Indonesia dan Komisi Pemilihan
Umum Sejarah,
Profil, Visi,
Misi, Fungsi,
Kewenangan, Tugas dan Kewajiban. Selanjutnya pada bab ini ditampilkan hasil temuan penelitian berupa analisis isi terhadap
peartuaran terkait kampanye di media penyiaran, PKPU No 15
tahun 2013, UU No. 32 tahun 2002, UU No 8 tahun 2012 dan P3SPS dengan konsep regulasi penyiaran dari Mike Feintuck.
Berbagai bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh lembaga penyiaran sebagai objek dan subjek penelitian, dan juga penguatan
analisa dengan menggunakan teori strukturasi dan teori hegemoni.
BAB V Bab lima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dari penelitian
ini. Dalam bab ini juga ditampilkan saran-saran terhadap permasalahan yang muncul, dalam rangka memenuhi tujuan dan
manfaat dari penelitian ini.
14
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Strukturasi
Anthony Giddens adalah anggota kehormatan pada King’s Colege dan Profesor Sosiologi pada Universitas Cambridge.
1
Pcernah menjabat sebagai rektor dari London School of Economic and Political Science. Selama menjabat sebagai
rektor, Giddens rutin memberikan kuliah publik setiap hari Rabu jam satu siang dan dihadiri oleh berbagai kalangan seperti; akademisi, pembisnis, pemerintahan,
media, lembaga swadaya masyarakat, diplomatik, dan sebagainya. Apa yang disampaikannya pun dengan tema yang beragam, globlisasi, kapitalisme, negara,
keluarga, asuransi, sampai masalah identitas diri. Tanpa naskah, tanpa formalitas. Ia memberi kuliah publik tentang cara-cara baru memahami berbagai masalah
“dunia yang lepas kendali” runaway world.
2
Pencapaian Giddens pun bisa dibilang sangat luar biasa, pada tahun 1999 beliau termasuk orang paling
1
Peter Beilharz, Teori – Teori Sosial: Observasi Kritis Terhadap Para Filosofi Terkemuka
Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2005, h. 191.
2
B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, h. 2.
Runaway World, menjadi judul dari lima kuliah publik the 1999 Reith Lecture yang diberikan oleh Anthony Giddens dari London, Delhi, Hongkong dan Washington lewat Radio
BBC 4 dan disiarkan ke seluruh dunia, 7 April-5 Mei 1999. Runaway World: How Globalization is Reshaping Our Lives diterbitkan tak lama setelah disiarkan ke seluruh dunia. Dunia yang lepas
kendali, bahwa perkembangan dunia saat ini tak seperti yang diperkirakan sebelumnya oleh optimisme Barat Abad Pencerahan, bukannya menjadi stabil, tertib, dan dapat dipikirkan, dunia
justru di luar kendali kita dikarenakan kemajuan ilmu dan teknologi.
Paparan sebelumnya bahwa globalisasi menjadi kata kunci. Globalisasi adalah anak kemajuan ilmu dan teknologi. Pada gilirannya, globalisasi memunculkan berbagai resiko dan
ketidakpastian baru yang melampaui kemampuan antisipasi kita. Perubahan dahsyat ini merombak tradisi bahkan yang berhubungan dengan agama yang menjadi pijakan banyak orang
selama ini. Tidak berhenti di situ saja, proses tersebut mentrasformasikan nilai-nilai dalam keluarga, termasuk soal seksualitas dan perkawinan.
Anthony Giddens berpendapat bahwa kita dapat melewati dan mencapai sesuatu yang lebih baik. Harapannya ada pada demokraso. Kekuatan demokrasi yang dimotori sikap toleransi
cosmopolitan, telah bertarung melawan fundamentalis. Kalau demokrasi menang, jalan akan terbuka bagi kita untuj menjinakan dunia yang lepas kendali.
berpengaruh di Inggris dalam dunia pendidikan, setelah Perdana Menteri dan Menteri Pendidikan. Telah menulis sebanyak 32 buku dan diterjemahkan ke 26
bahasa. Seperti pemikir lain, Anthony Giddens juga memulai dari telaah kritis
terhadap beberapa mazhab pemikiran ilmu sosial yang ada.
3
Giddens mengungkapkan sejak masa klasik hingga tahun 1960-an teori sosial yang ada
kurang memadai bagi studi tentang kehidupan sosial. Argumentasi Giddens bahwa pemikir terdahulu terlampau berpijak pada filsafat positivis. Pendekataan
ini lebih mengutamakan masyarakat ketimbang pelaku sehingga terperosok ke dalam objektivisme sesat.
Meskipun filsafat positivis sangat menonjol pada saat itu banyak juga para ilmuan yang menghindari asumsi-asumsi positivis, yang kemudian beralih pada
tradisi-tradisi hermeneutika, filsafat bahasa sehari-hari dan fenomenologi. Namun bagi Giddens pemikiran interpretatif lebih mengutamakan pelaku daripada
masyarakat sehingga pada akhirnya terjabak dalam subjektivisme. Dari ketimpangan tersebut Giddens menyimpulkan bahwa dibutuhkan rekonstruksi
terhadap teori sosial. Dalam telaah kritis itu, Giddens secara khusus menaruh perhatian pada
masalah dualisme yang menggejala dalam teori-teori sosial. Yang dimaksud dengan dualisme bila dilihat dari sudut pandang filosofis adalah dua elemen yang
bersifat fundamental yang ada secara nyata berdasarkan atas pembagian yang jelas, seperti; baik dan buruk. Para ahli meyakini bahwa dualisme yang ada pada
ilmu sosial sama dengan dualisme secara filosofis, dimana mereka
3
B. Herry Priyono, Anthony Giddens Suatu Pengantar Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2002, h. 5.