RCTI Program Siaran “Tukang Bubur Naik Haji”

penyiaran. “….melihat fenomena yang terjadi seperti ini, bahwa lembaga- lembaga penyiaran seperti ini terutama yang berafiliasi politik kok memanfaatkan berbagai celah dan cara untuk tampil dan mempromosikan dirinya. Lembaga penyiaran bisa berdalih kita ga kampanye kok, coba lihat ga ada nomor partai, ga ada lambang partai, cuma Abu Rizal Bakrie, cuma WIN- HT aja yang tampil tapi tidak ada ajakan mencoblos nomor itu. ” 27 Meski hal ini tidak dapat dikategorikan sebuah pelanggaran kamapnye, namun dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik. Tindakan penayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 yang berbunyi: 1 Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. 2 Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat 1 dan ayat 2: 1 Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu. 2 Program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan danatau kelompoknya.

f. RCTI Program Siaran “Mewujudkan Mimpi Indonesia”

Gambar 4.10 Mewujudkan Mimpi Indonesia 27 Wawancara pribadi dengan Komisioner KPI Pusat, Aghata Lily, pada tanggal 5 Mei 2014. Mewujudkan mimpi Indonesia adalah sebuah program siaran dari RCTI yang ingin mewujudkan impian-impian masyarakat Indonesia, sehingga kehidupan mereka menjadi makmur. Pada Program tersebut ditayangkan Calon Presiden yang telah dideklarasikan oleh Partai Hanura dan sekaligus Ketua Partai Hanura, Wiranto. Wiranto datang ke kota Solo dengan menyamar menjadi seorang tukang becak. “Hari ini saya ini jadi tukang becak, ini satu cara yang paling baik untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka rasakan, apa yang mereka harapkan dan apa yang mereka inginkan, dengan demikian suatu saat kalau punya kewenangan, otoritas dan diberikan oleh rakyat, kita bisa wujudkan.” Sepertinya Partai Hanura tak kehabisan cara untuk berkampanye dengan membuat berbagai program siaran yang dapat disimak oleh pemirsa Indonesia. Mengesampingkan kepentingan publik sebagai pemilik hakiki frekunensi menjadi nilai minus bagi partai yang diketuai oleh Wiranto. Tak lelahnya memanfaatkan frekuensi untuk kepentingan golongan, Hary Tanoesoedibjo sebagai ketua Badan Pemenang Pemilu Partai Hanura seperti gelap mata oleh barbagai cibiran dan terus menerpa pemirsa dengan berbagai cara melewati media penyiaran yang ia miliki. Sungguh disayangkan, calon pemimpin negeri ini malah merampas apa yang seharusnya menjadi milik publik. Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11: 1 Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. 2 Lembaga penyiaran wajib menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat 1 dan ayat 2. 1 Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan tidak untuk kepentingan kelompok tertentu. 2 Program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan danatau kelompoknya. Tabel 4.27 Metro Tv NO Bentuk pelanggaran Regulasi yang di Langgar

1 Metro TV

Program Siaran Jurnalistik “Headline News .” UU No.32 Tahun 2012 Pasal 36 ayat 4, Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 1 Tahun 2013 Pasal 18 ayat 1, Pedoman Perilaku Penyiaran Indonesia Pasal 11, Standar Program Siaran Tahun 2002 Pasal 11 ayat 1 dan ayat 2. 2 Metro TV Siaran Iklan “Kampanye Partai Nasdem.” UU No. 8 Tahun 2012 Pasal 83 ayat 2, Peraturan Komisi Pemilihan Umum No. 1 tahun 2013 Pasal 25 ayat 1Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 50 ayat 5, dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 71 ayat 6.

g. Metro TV Siaran Jurnalistik “Headline News”

Gambar 4.11 Pidato Surya Paloh, Kuliah Umum Partai Nasdem di Headline News Metro TV “…muncul pidato Surya Paloh, iya? Ok, pertanyaan pertamanya dulu, apa salahnya dengan pidato Surya Paloh? Apakah dalam pidatonya itu mengajak kita untuk mengkhianati pancasila? Apakah dalam pidatonya itu pak Surya ngajak untuk goyang oplosan? Apakah dalam pidatonya Surya Paloh itu ada ngajak kita jadi banci-bancian? Apakah dalam pidatonya Surya paloh ada yang mengajak kita menggulingkan SBY? Tidak, semuanya kritik, perbaikan, dan solusi, apa yang salah dari situ? Ketika itu tidak disukai masyarakat bisa skip, ok.. ” 28 Jawaban di atas muncul ketika penulis menanyakan kepada narasumber mengenai UU No 32 tahun 2002 yang mewajibkan lembaga penyiaran menjaga netralitas dan tidak boleh mengutamakan golongan kepentingan tertentu. Sejatinya media merupakan locus publicus, sebuah ranah publik. Spektrum frekuensi radio adalah sumber daya alam terbatas yang dipinjamkan oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat banyak, bukan golongan atau kepentingan tertentu. Dari sekian banyak pemanfaatan spektrum frekuensi untuk golongan dan kepentingan tertentu yang dilakukan Metro TV terdapat satu contoh yang penulis angkat, salah satunya pada p rogram siaran jurnalistik “Headline News” yang ditayangkan oleh Metro TV pada tanggal 11 November 2013 dimulai pukul 11.01 WIB. Pada program tersebut ditayangkan kegiatan pelantikan fungsionaris Partai Nasdem Kota Malang dan Kota Batu Jawa Timur, serta pidato sambutan Surya Paloh kepada seluruh fungsionaris dan kader-kader partai Nasdem dengan durasi selama 3.43 menit. Penayangan program sejenis yang memuat kegiatan Partai Nasdem dan 28 Wawancara Pribadi dengan Producer Prime Time dan News Anchor Metro TV, Indra Maulana, pada tanggal 7 Mei 2014.