Tujuan Kampanye Karakteristik Kampanye
sebagai: radio or television presentation, Weiner mengemukakan bahwa penyiaran atau broadcasting adalah:
58
... a single or TV program, the transmission or duration of a program any message that is transmitted over a large area.
Sedangkan dalam Undang-Undang Tentang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 pasal 1 butir 2 didefinisikan, bahwa penyiaran sebagai berikut:
“kegiatan pemancarluasaan siaran melalui sarana pemancaran danatau sarana transmisi di darat, di laut, atau di antariksa dengan
menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, danatau media lainnya untuk dapat diterima secara serempak dan bersamaan oleh
masyarakat dengan perangkat penerima siaran”. Di samping itu penyiaran dipahami sebagai alat penerusan gambaran-
gambaran tentang barang bagi produsen ke konsumen, dan sebagai cara untuk menciptakan pengalam bersama bagi jutaan orang yang tinggal bersama dalam
komunitas atau negara. Untuk itu, televisi merupakan medium ritual di mana muncul persaan adanya komunikasi lebih penting dari pada pesannya. Dengan
demikian televisi menimbulkan dampak, yakni berupa dorongan sosial, dan terciptanya proses adaptasi sosial.
Televisi merupakan salah satu media yang banyak dikonsumsi oleh khalayak Indonesia. Salah satu media penyiaran ini sebagai media audio-visual,
tidak memberikan banyak syarat untuk dapat dinikmati. Terlebih seperti dikemukan oleh Sunardian Wiradono dalam bukunya Matikan TV-Mu,
menuliskan bahwa masyarakat Indonesia, yang lebih kuat dengan budaya lisan, media televisi menjadi tidak memiliki jarak.
58
Hermin Indah Wahyuni, Televisi dan Intervensi Negara, Konteks Politik Kebijakan Publik Industri Penyiaran Televisi Yogyakarta: Media Pressindo, 2000, h. 5.
Pendek kata, media televisi telah menjadi bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia. Apalagi dalam deretan media informasi, media ini
memiliki daya penetrasi jauh lebih besar dari pada media lainnya. Sedangkan media radio, telah malampaui jaman keemasannya, dan berubah menjadi media
yang lebih personal serta spesifik.
59
Pada negara berkembang, media penyiaran umumnya ditempatkan sebagai medium penerangan kekuasaan karena lebih mengutamakan tujuan, memperkuat
kekuasaan dan kesejahteraan daripada kebijakan yang berkeadilan sosial maka kebijakan penyiaran yang dikembangkan lebih mengarah pada mendahulukan
propaganda kekuasaan.
60
Sedangkan diberbagai belahan dunia yang lain, terutama negara yang dapat dikatagorikan negara maju, regulasi menjadi sangat penting dan mutlak untuk
diberlakukan. Hal ini bertujuan untuk melindung yang mejadi hak-hak publik. Regulasi yang ada bukan untuk membatasi isi, malainkan agar tercipta sistem
yang berkeadilan. Tentunya demokrasi tak hanya menjamin kebebasan dan mekanisme pasar untuk menjadi salah satu produk terbaik dari demokrasi.
Namun, demokrasi juga memerelukan regulasi, tanpanya adanya regulasi keadilan akan terreduksi oleh kelompok yang memiliki kekuatan di atas kekuatan publik.
Profesor Komunikasi London University, James Curran, 2000: 121-154, menegaskan bahwa penerapan konsep pasar bebas tanpa regulasi yang jelas
mendorong media untuk bertindak korup dan menciptakan bias mekanisme pasar. Peran media sebagai watchdog kekuasaan negara pada gilirannya tidak berfungsi
dengan baik karena bergantung pada kerangka ekonomi pasar yang
59
Sunardian Wiradono, Matikan TV-Mu Teror Media Televisi Indonesia, cetakan ke-2 Yogyakarta: Resist Book, 2006, hal. viii.
60
Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal Yogyakarta: Lkis, 2007, h. 49.
mengutamakan profit
perusahaan. Konsekuensinya,
liberalisasi media
menciptakan kondisi elitis dari kalangan bermodal besar, sehingga menutup kesempatan terpenuhinya konsep keberagaman program dan kepemilikan dalam
wahana kenegaraan demokratis dimana kesetaraan pelayanan informasi terhadap seluruh publik semestinya menjadi keluaran utamanya.
61
Secara historis, regulasi penyiaran bermula dari kenyataan bahwa penyiaran menggunakan sumber daya publik, yakni frekuensi. Frekuensi dialokasikan untuk
masing-masing negara oleh lembaga perserikatan bangsa-bangsa, Internasional Telecommunication Union ITU, dan selanjutnya masing-masing negara
kemudian membagi frekuensi yang menjadi saluran terpisah dan menetapkannya ke penyiar. Karena banyaknya frekuensi yang tersedia bagi negara dan merupakan
sumber daya yang langka maka perlunya pengaturan untuk memastikan bahwa frekuensi dialokasikan secara adil dan transparan kepada lembaga penyiaran yang
akan menggunakan secara bertanggung jawab. Regulasi menurut Better Regulation Task Force, Principles Of Good
Regulation dapat didefinisikan sebagai setiap tindakan pemerintah atau intervensi yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu atau kelempok. Memberikan
hak-hak rakyat serta membatasi perilaku mereka. Pada dasranya ada pertentangan mengenai gagasan mengatur apa yang seharusnya menjadi sarana bebas
berekspresi dan informasi dalam masyarakat. Peraturan pada dasarnya menetapkan batas-batas kebebasan, yang merupakan prinsip paling dasar dari
masyarakat demokratis. Paling tidak, ini berarti bahwa harus ada alasan yang jelas dan meyakinkan untuk regulasi. Alasan utama dari tingginya pengaturan pada
61
Nadiah Abidin, Badan Regulator Penyiaran dalam Perspektif Hubungan Antara Negara, Pasar, dan Masyarakat. Jakarta: Tesis, Ilmu Komunikasi, Kekhususan Manajemen Komunikasi
Program Pasca Sarjana UI, 2005, hal. 37-38.