Fungsi Regulasi Media Penyiaran

66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam, tergantung sudut pandang yang digunakan. Sebagaian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental dari pokok permasalahan di dalam suatu ilmu. Paradigma menggariskan hal yang seharusnya dipelajari, pertanyaan-pertanyaan yang seharusnya dikemukakan dan kaidah-kaidah yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh. 1 Hal ini diperkuat oleh definisi dari Alan Bryman yang dikutip oleh Victor Jupp dalam bukunya Dictionary of Social Research Methods: 2 “A „cluster of beliefs and dictates which for scientists in a particular discipline influence what should be studied, how research should be done, how results should be interpreted, and so on ‟.” Sedangkan menurut Poerwandari seperti dikutip oleh Agus Salim paradigma merupakan “seperangkat proposisi pernyataan yang menerangkan bagaimana dunia dan kehidupan secara umum dipresepsikan”. Pengertian lainnya dari Erving Goffman yang mengemukakan paradigma sebagai kerangka frame, yakni : “interpretive scheme that people use to simplify and make se nse of some aspects of the world”. 3 Sejak abad pencerahan dimulai sampai pada era globalisasi, para ilmuwan telah mengembangkan empat paradigma ilmu pengetahuan. Empat paradigma ilmu 1 Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 63. 2 Victor Jupp, The Sage Dictionary of Social Research Methods, London: SAGEPublication Ltd, h. 212. 3 Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 5. tersebut adalah positivisme, post-positivisme yang kemudian dikenal sebagai Clasical Paradigm atau Conventionalism Paradigm, Critical Theory Realism dan Constructivism. 4 Keempatnya dimaksudkan untuk menemukan hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yang berkembang. Tabel 3.1 Paradigma Ilmu Sosial Positivisme Post Positivisme Konstruktivisme Interpretif Kritis Menempatkan ilmu sosial seperti ilmu alam, yaitu metode terorganisir untuk mengkombinasikan „deductive logic’ melalui pengamatan empiris, agar mendapatkan konfirmasi tentang hukum kausalitas yang dapat digunakan memprediksi pola umum gejala sosial tertentu. Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistemtis atas „social meaningful action ’ melalui pengamatan langsung terhadap aktor sosial dalam settingan yang alamiah, agar dapat memahami dan menafsirkan bagaimana aktor sosial mencipta dan memelihara dunia sosial, Mentakrifkan ilmu sosial sebagai proses kritis mengungkapkan „the real structure’ di balik ilusidan kebutuhan palsu yang ditampakan dunia materi, guna mengembangkan kesadaran sosial untuk memperbaiki kondisi subjek penelitian. dalam Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, dari Dedy N. Hidayat Paradigma Metodolog 091298 Dari tabel yang disajikan, muncullah pertanyaan manakah paradigma yang paling baik ataupun unggul? Jawabannya tidak ada paradigma yang paling baik atau mampu mengungguli paradigma lain. Mengingat paradigma adalah kerangka berpikir terhadap suatu realitas yang ada jadi tergantung pada tiap-tiap keadaan. Dalam bidang ilmu hal-hal yang bersifat konkret, dapat diketahui dan selidiki berdasarkan percobaan serta dapat dibuktikan dengan pasti atau disebut ilmu eksakta, positivisme 4 Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, hal. 68. dan post-positivisme mungkin paling banyak digunakan, sedangkan dalam ilmu sosial, critical theory atau konstruktivisme mendapat kedudukan yang lebih mapan. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, bermula berangkat dari asumsi- asumsi teori yang memperhatikan terdapatnya kesenjangan di dalam masyarakat. 5 Paradigma kritis ini menunjukkan bagaimana berbagai kepentingan yang saling berbenturan clash dan menunjukkan cara bagaimana mengatasi benturan konflik kepentingan itu dengan lebih mengutamakan kepentingan kelompok tertentu khususnya kelompok marginal masyarakat lemah. 6 Gagasan utama dari paradigma kritis ialah mencoba untuk memahami sistem yang sudah dianggap benar, struktur kekuatan dan keyakinan atau ideologi yang mendominasi masyarakat, dengan pandangan tertentu di mana minat-minat disajikan oleh struktur-struktur kekuatan tersebut. 7 Inti paradigma ini adalah kepercayaan bahwa masyarakat merupakan wujud dari konsensus dan mengutamakan keseimbangan. Masyarakat dipandang sebagai suatu kelompok yang kompleks di mana terdapat berbagai kelompok sosial yang saling berpengaruh dalam sistem. 8 Secara ontologis, cara pandang aliran ini sama dengan pandangan post- positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis critical realism, yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia. Berangkat dari masalah 5 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam Aplikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal. 38. 6 Morissan dan Andy Corry, Teori Komunikasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, hal. 41 7 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2009, hal 68. 8 Syaiful Rohim, Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam Aplikasi, Jakarta: PT. Rineka Cipta, hal. 39. ini, pada tataran metodologis, aliran ini mengajukan metode dialog sebagai sarana transformasi bagi ditemukannya kebenaran realitas yang hakiki. Pada tataran epistimologis, aliran ini memandang hubungan antara periset dan objek sebagai hal yang tak terpisahkan. Lantaran berkeyakinan bahwa nilai-nilai yang dianut oleh periset ikut serta dalam menentukan kebenaran suatu hal, maka aliran ini sangat menekankan konsep subjektivitas dalam menemukan suatu ilmu pengetahuan. 9

B. Pendekatan Penelitian

Metodologi penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif. Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan lain, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis yang kita gunakan untuk melakukan penelitian, sementara perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasaan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. 10 Anselm Strauss Juliet Corbin menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi pengukuran. 11 9 Agus Salim, Teori Paradigma Penelitian Sosial Yogyakarta: Tiara Wacana, h. 71. 10 Deddy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, h.145. 11 Anslem Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 4.