Keyword Justifikasi Regulasi Media Penyiaran

pemerintah sebagai kebijakan yang memang diingikan dan dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam model ini, penyiaran juga memiliki tugas untuk meletakan fungsi-fungsi sosial individu atas lingkungan sosialnya. d. The Western, Liberatarian Model Model Barat-Liberal ini secara umum sama dengan model Barat- Paternalistik, perbedaan yang paling penting terletak pada fungsi media komersilnya. Selain sebagai penyedia informasi dan hiburan, media juga memiliki fungsi “mengembangkan hubungan yang penting dengan aspek-aspek lain yang tentunya mendukung indepe ndensi ekonomi dan keuangan”. e. Democratic, Participan Model Model ini dikembangkan oleh mereka yang memercayai prinsip powerful medium 83 , dan dalam beberapa hal terinspirasi oleh mazhab kritis. Yang termasuk dalam democratic participan model adalah berbagai media penyiaran alternatif. 84 Two way communication menjadi sifat komunikasi dalam model ini. Di Indonesia sendiri, kita mengalami beberapa model yang dikemukakan Leen d’Haenens dan Frieda Saeys. Sampai pada dimana kebebasan mejadi sangat bias definisinya dalam iklim demokrasi saat ini 83 Powerful medium, Cangara 2007: 25 dalam Rulli Nasrullah, 2012: 42 menyebut medium sebagai media yang merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Media penyiaran sebagai powerful medium dikarenakan memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap, dan perilaku khalayak. 84 Majalah, Koran, internet, radio, televisi, dan lain-lain bisa menjadi media alternatif apa bila media massa yang telah disebutkan tadi mampu menyediakan informasi alternatif dari media mainstream dalam konteks yang sudah ditentukan, baik media mainstream komersial, didukung publik atau milik pemerintah. Media alternatif berbeda dari media mainstream sepanjang satu atau lebih dimensi berikut: konten mereka, estetika, mode produksi, mode distribusi, dan hubungan penonton. Media alternatif sering bertujuan untuk menantang kekuatan-kekuatan yang ada, untuk mewakili kelompok marjinal, dan untuk mendorong horisontal hubungan antara masyarakat yang menarik. Gambar 2.4 Regulasi Media Penyiaran Indonesia Hubungan Antara Pemerintah, Lembaga Penyiaran, dan Publik. Secara fundamental, regulasi penyiaran harus mengandung bereberapa substansi penting: 85 a. Penetapan sistem, terkait dengan bagaimana dan siapa yang berhak mendapatkan lisensi penyiaran. b. Memupuk rasa nasionalisme. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa radio dan televisi memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kebudayaan sekaligus sebagai agen pembangunan bangsa, bahkan ketika suatu bangsa tengah dilanda krisis sekalipun. c. Secara ekonomis, melindungi institusi media domestik dari kekuatan asing. 85 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cetakan ke-2 Jakarta: Kencana, 2007, h. 71-72. Regulasi Media Penyiaran Indonesia Otoriter Media penyiaran dikuasai oleh pemerintah dengan alasan stabiliasai informasi bagi negara, partisipasi publik cenderung lemah dan tidak mempunyai daya. Demokratis Adanya lembaga independen yaitu KPI yang bertanggung jawab kepada publik, pada model ini publik berpartisipasi aktif melalui KPI. Libertarian Media penyiaran diserahkan pada mekanisme pasar, partisipasi publik lemah dan dikuasai oleh pemilik modal.