Model Regulasi Penyiaran Konseptualisasi Regulasi Media Penyiaran

Gambar 2.4 Regulasi Media Penyiaran Indonesia Hubungan Antara Pemerintah, Lembaga Penyiaran, dan Publik. Secara fundamental, regulasi penyiaran harus mengandung bereberapa substansi penting: 85 a. Penetapan sistem, terkait dengan bagaimana dan siapa yang berhak mendapatkan lisensi penyiaran. b. Memupuk rasa nasionalisme. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa radio dan televisi memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kebudayaan sekaligus sebagai agen pembangunan bangsa, bahkan ketika suatu bangsa tengah dilanda krisis sekalipun. c. Secara ekonomis, melindungi institusi media domestik dari kekuatan asing. 85 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cetakan ke-2 Jakarta: Kencana, 2007, h. 71-72. Regulasi Media Penyiaran Indonesia Otoriter Media penyiaran dikuasai oleh pemerintah dengan alasan stabiliasai informasi bagi negara, partisipasi publik cenderung lemah dan tidak mempunyai daya. Demokratis Adanya lembaga independen yaitu KPI yang bertanggung jawab kepada publik, pada model ini publik berpartisipasi aktif melalui KPI. Libertarian Media penyiaran diserahkan pada mekanisme pasar, partisipasi publik lemah dan dikuasai oleh pemilik modal. d. Dalam semangat diatas, mencegah konsentrasi dan untuk membatasi kepemilikan silang. Di Uni Eropa ada komisi khusus yang mengatur tata laksana merger dan pengawas kuota media. e. Memuat apa yang disebut dengan peraturan keadilan, seperti yang dikemukakan oleh Head 1985 yang dikutip oleh Leen d’Haenens dalam bukunya Western Broadcasting at the Dawn of the 21th Century: 86 „Regulations of fairness‟ which results in a set of rules objetivity, impartiality, and accountability. These rules are vital for the establishment of a healthy and balanced relationship between broadcaster, government, and audience. f. Mengatur tata aliran keuangan dari sumber yang berbeda. Dana komersial, misalnya, mesti dibatasi guna melindungi konsumen dari iklan yang eksesif, paling tidak dari bentuk promosi tertentu dan untuk mencegah pengaruh pengiklan yang berlebihan terhadap suatu acara. Pada kenyataannya keenam prinsip regulasi yang telah dikemukakan oleh Muhammad Mufid dalam bukunya Komunikasi dan Regulasi Penyiaran menyatakan bahwa penerapan prinsip tersebut tentu diterapkan berbeda pada tiap negara, tergantung model penyiaran yang ada dinegara tersebut. Amerika Serikat yang dapat dikategorikan sebagai penganut liberatarian model, misalnya, peran negara cenderung lebih kecil ketimbang swasta. Di banyak negara Eropa, sistem steering role of government masih banyak dipraktikan. Sedangkan di negara- negara otoriter-komunis, penguasa sepenuhnya yang mengendalikan. Level geografis pun turut menjadi faktor yang menjadi penerapan penyusunan regulasi berbeda. Di Prancis dan Inggris, contohnya, cenderung sentralistis dalam penyusunan regulasi penyiaran, bila dibandingkan dengan 86 Leen d’Haenens and Frieda Saeys. Western Broadcasting at the Dawn of the 21st Century Berlin: Mouton de Gruyter, 2001, h. 28. Belgia dan Jerman yang sepenuhnya menyerahkan penyusunan regulasi di tingkat regional. Sedangkan perpaduan antara pusat dan regional dalam penyususnan regulasi terjadi di AS dan Rusia. Di banyak negara demokratis, proses legislasi tetap dilakuakan oleh parlemen, sedangkan institusi regulatory body berfungsi: 87 a. Mengalokasikan Lisensi Penyiaran b. Mengontrol dan memberi sanksi bagi pengelola penyiaran yang melanggar mulai dari bentuk denda sampai pada pencabutan izin c. Memberi masukan kepada institusi leglislatif d. Sebagai watchdog, bagi independensi penyiaran dari pengaruh pemerintah dan kekuatan modal e. Memberi masukan terhadap penunjukan jajaran kepemimpinan lembaga penyiaran publik. Hal ini banyak terjadi di Prancis f. Berperan sebagai minior judical power sejenis penyelidik dan complain commision komisi komplain.

3. Tujuan Regulasi Media Penyiaran

Perdebatan status kepemilikan atas frekuensi menjadi kunci dari seluruh sikap dasar menyangkut regulasi penyiaran. Adanya penggunaan frekuensi menjadi pembeda utama antara media cetak dan media penyiaran, terutama dalam pengaturannya. Kontroversi yang tidak selesai soal pemilik hakiki gelombang elektromagnetik yang bersifat terbatas tersebut akan menyebabkan tidak pasti arah dan tujuan regulasi bagi media penyiaran. 88 87 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cetakan ke-2 Jakarta: Kencana, 2007, h. 72-73. 88 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal Yogyakarta: Lkis, 2007, h. 14. Regulasi dapat diartikan sama dengan kebijkan yang dimaknai sebagai serangkaian tindakan yang tentunya mempunyai tujuan tertentu, diikuti ataupun dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan masalah tertentu. Kebijakan diartikan pula sebagai program pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah. Ditambahkan oleh Masduki dalam bukunya yang berjudul Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal ada tiga aspek penting yang perlu dipahami dalam konteks kebijakan. Pertama, adanya isu-isu utama kebijakan yang terkait dengan masalah sosial masa lampau, masa kini, dan yang diproyeksikan untuk masa depan. Kedua, proses guna memutuskan kebijakan yang akan dibuat mengacu pada peralatan atau sarana yang digunakan oleh pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan. Ketiga, interaksi sekelompok aktor-aktor kunci atau yang populer disebut stakeholder selama proses perumusan kebijakan. 89 Dalam hal ini, didasarkan pada objek regulasinya, UU Penyiaran dapat diklasifikasikan sebagai kebijakan komunikasi communication policy. Terdapat kecenderungan umum tidak saja di negara-negara dunia ketiga bahwa kebijakan komunikasi pada berbagai negara memiliki karakteristik makro yang merupakan bagian dari kebijakan komunikasi, termasuk di dalamnya perundangan pers dan penyiaran adalah: 90 a. Kebijakan komunikasi merupakan perangkat norma sosial yang dibentuk untuk memberi arah bagi perilaku sistem komunikasi. 89 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal, h. 37. 90 Masduki, Regulasi Penyiaran dari Otoriter ke Liberal Yogyakarta: Lkis, 2007, h. 1. b. Kebijakan komunikasi biasanya dirumuskan oleh para pemimpin politik yang benar-benar dilaksanakan melalui pembatasan-pembatasan legal dan institusional untuk memberi arah bagi perilaku sistem komunikasi. c. Kebijakan komunikasi nasional meliputin keputusan-keputusan mengenai institusional media komunikasi dan fungsi-fungsinya. d. Kebijakan tersebut juga mengharuskan diterapkannya kontrol guna menjamin operasi institusi-institusi tersebut tebawa ke arah kemaslahatan umum. Eva Salomon seorang konsultan media internasional dan juga penasehat pemirintah Inggris untuk regulasi media penyiaran, mengemukakan pentingnya dari tujuan regulasi media penyiaran dalam buku yang diberi judul “Guidelines For Broadcasting Regulation” sebagai berikut: 91 a. Media penyiaran mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mempengaruhi pemikiran dan perilaku sebagian orang, baik itu dalam konteks kebaikan maupun keburukan yang mempengaruhi. Memanfaatkan kekuatannya untuk bekerja dalam proses demokrasi menjadi kunci dari tujuan regulasi penyiaran. b. Dalam banyak hal terkait dengan tujuan demokratis, mengatur penyiaran pun bertujuan untuk meningkatkan promosi budaya. Banyak negara beranggapan bahwa penyiaran mampu meningkatkan produksi program bahasa asli, untuk mengikis globalisasi budaya. Regulasi penyiaran dapat digunakan untuk melindungi kemerdekaan budaya. 91 Eva Salomon, Guidelines For Broadcasting Regulation London: Commonwealth Broadcasting Association, 2008, h. 9-10. c. Perlindungan kepentingan nasional atau budaya juga berhubungan erat dengan kepentingan ekonomi. Sejauh mana pemerintah dapat masuk dalam ranah penyiaran untuk dapat mempertahankan kontrol nasional? Haruskah hukum persaingan berlaku dalam dunia penyiaran? d. Dan sejauh mana keterbatasan dalam konten siaran? dikarenakan harus adanya batasan pada muatan yang disajikan baik televisi ataupun radio, memgingat kekuatan penyiaran yang tidak diragukan lagi, sampai pada program anak-anak harus mendapat perlindungan khusus. Ini semua ialah tujuan potensial untuk regulasi penyiaran. e. Tapi apa alasan utama dalam mengatur penyiaran yang berbeda dari media lain, misalnya surat kabar dan majalah, atau internet? Pembenaran utama didalilkan bahwa spektrum frekuensi adalah sumber daya publik, dialokasikan untuk negara-negara sesuai dengan perjanjian internasional yang kompleks. Dengan demikian, itu adalah sumber daya yang langka menajdi begitu berharga. Oleh karna itu wajar bila regulasi penyiaran diatur dengan tujuan bagi kemaslahatan publiknya. f. Mekanisme yang digunakan untuk menempatkan kewajiban pada lembaga penyiaran umumnya melalui lisensi. Sangat jarang bagi Negara untuk memberikan atau menjual spektrum siaran selama-lamanya; umumnya penyiar diperbolehkan untuk menggunakannya untuk waktu yang terbatas di bawah lisensi. g. Ini adalah proses perizinan melalui mana pemerintah memperkenalkan dan menegakkan tujuan lain dari peraturan penyiaran: demokratis, tujuan ekonomi, budaya dan perlindungan konsumen.