RCTI Program Pemberitaan “Seputar Indonesia, RCTI Peduli
Cerita keseluruhan Tukang Bubur Naik Haji The Series seperti menonton kehidupan masyarakat sehari-hari, yang di dalamnya termasuk perilaku kita sendiri.
Kita yang seolah-olah seorang dermawan sejati, padahal sebenarnya kita sangat mengharapkan pujian dari orang lain. Ada kecenderungan untuk pamer. Bagaimana
kita selalu berpenampilan suci, padahal apa yang kita lakukan seringkali keji. Bahkan kepada orang yang pernah menolong kita sekalipun. Kepalsuan-kepalsuan yang hanya
kita sendiri yang tahu, selalu membuat kita tersenyum jengah. Kesemuanya disajikan secara manis dan lucu dalam serial ini. Ada tokoh Bang Sulam, yang penyabar, selalu
tersenyum, ia memiliki usaha bubur ayam. Berkat ketekunan dan keikhlasannya, akhirnya ia bisa naik haji dan memperbesar usaha bubur ayamnya. Bang Sulam
tinggal bersama Rodiah istrinya, dan Emak. Tetangga Bang Sulam, H. Muhidin dan Hj. Maemunah, entah mengapa selalu memusuhi keluarganya. Bahkan anak mereka,
Romunah dilarang berhubungan dengan Robby, adik Bang Sulam. Fitnah-fitnah tentang keluarga Bang Sulam pun berdatangan. Bagaimanakah keluarga Bang Sulam
menyikapi segalan nikmat dan cobaan yang ia dan keluarga hadapi sehari-hari.
26
Synopsis ini penulis ambil dari website RCTI Rajawali Citra Televisi Indonesia,
26
Sinopsis Tukang Bubur Naik Haji, diakses pada tanggal 3 April 2014 dari http:www.rcti.tvprogramview97TUKANG-BUBUR-NAIK-HAJI.U0u3r6J5ZWQ
kehidupan di tengah masyarakat dan mengajak penonton setianya untuk dapat memetik gambaran-gambaran positf dari tayangan yang disuguhkan kepada pemirsa.
Namun sayangnya pada tanggal 1 Februari 2014, Tukang Bubur Naik Haji kedatangan tamu WIN-HT calon Presiden dan wakil Presiden dari Partai Hanura yang
memanfaatkan segala media massa yang dimiliki Hary Tanoesoedibjo yang menjabat sebagai Direktur Utama RCTI dan juga Ketua Badan Pemenang Pemilu Partai Hanura
sebagai alat untuk berkampanye. Pada program tersebut ditayangkan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, keduanya datang dengan sepeda motor dan menyapa warga
kampung duku yang sedang bergotong-royong. “…saya ini Pak WIN-HT. Pak Wiranto dan Pak Hary Tanoe, yang
biasa keliling-keliling begini melihat keadaan rakyat. Kalau kita diatas terus, gak lihat keadaan rakyat sesungguhnya bagaimana“ ujar Wiranto. Kemudian
dilanjutkan dengan ucapan Hary Tanoesoedibjo, “Kita baru saja ada bakti sosial juga, memberikan pelayanan kesehatan, korban banjir, jadi keliling-
keliling terus.” Dapat disimpulkan program siaran tersebut telah dimanfaatkan untuk
kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan danatau kelompoknya. Tampak bahwa RCTI sebagai media penyiaran tidak bersikap netral dalam konteks
politik. Lebih lanjut, pelanggaran ini tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran kampanye pemilu, dikarenakan
tertuang pada PKPU No 15 Tahun 2013 “Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu untuk meyakinkan para pemilih dengan
menawarkan visi, misi, dan program Peserta Pemilu ”. Iklan, pemberitaan, dan
penyiaran dapat dikatakan sebagai kampanye pemilu apabila memuat keempat unsur di atas secara bersamaan, yakni visi, misi, program peserta pemilu dan ajakan untuk
memilih. ketika salah satu unsur kampanye pemilu tidak terpenuhi maka tidak dapat
penyiaran. “….melihat fenomena yang terjadi seperti ini, bahwa lembaga-
lembaga penyiaran seperti ini terutama yang berafiliasi politik kok memanfaatkan berbagai celah dan cara untuk tampil dan mempromosikan
dirinya. Lembaga penyiaran bisa berdalih kita ga kampanye kok, coba lihat ga ada nomor partai, ga ada lambang partai, cuma Abu Rizal Bakrie, cuma WIN-
HT aja yang tampil tapi tidak ada ajakan mencoblos nomor itu.
”
27
Meski hal ini tidak dapat dikategorikan sebuah pelanggaran kamapnye, namun dapat dikategorikan sebagai pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik.
Tindakan penayangan tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 yang berbunyi:
1 Lembaga penyiaran wajib memperhatikan kemanfaatan dan perlindungan untuk kepentingan publik. 2 Lembaga penyiaran wajib
menjaga independensi dan netralitas isi siaran dalam setiap program siaran. dan Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat
1 dan ayat 2: 1 Program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan
tidak untuk kepentingan kelompok tertentu. 2 Program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran
bersangkutan danatau kelompoknya.