oleh Peirce disebut interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu
10
. Ketiga komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain dan memadukan entitas, yang prosesnya disebut sebagai
signifikansi. Selain Charles S Peirce, pendekatan semiotika telah dikembangkan oleh
Ferdinand de Saussure yang berfokus pada semiotika linguistik. Meski belum menerbitkan sebuah buku pun, tetapi murid-muridnya mengumpulkan buah
pikiran Saussure dalam sebuah outline. Pandangan Saussure yang terkenal adalah mengenai penanda dan petanda, bentuk dan isi, bahasa dan tuturan,
sinkronik dan diakronik, serta syntagmatik dan asosiatifparadigmatik.
11
Saussure melakukan pembedaan atas komponen-komponen tanda, yang kemudian pembedaan tersebut dikenal dengan trikotomis. Jadi, menurut
Saussure
12
, tanda selalu mempunyai tiga wajah, yang terdiri dari tanda itu sendiri sign, aspek material dari tanda yang berfungsi menandakan atau
yang dihasilkan oleh aspek material signifier, dan aspek mental atau konseptual yang ditunjuk oleh aspek material signified. Pembedaan ini
membuat tanda menjadi aktif. Melakukan analisis tentang tanda, orang harus tahu benar mana aspek material dan mana aspek mental. Ketiga aspek ini
merupakan aspek-aspek konstitutif suatu tanda—tanpa salah satu komponen,
10
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi, Jakarta: FIKom Univ. Moestopo, 2006h.15.
11
Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi, h.16.
12
ST. Sunardi. Semiotika Negativa, Yogyakarta: Kanal, 2002 h. 47-48.
tidak ada tanda dan kita tidak bisa membicarakannya, bahkan tidak bisa membayangkannya.
Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang. Jenis-jenis semiotik ini antara lain
semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial, struktural.
13
Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai
lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang
memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. Semiotik
faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.
Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang ada dalam kebudayaan masyarakat. Semiotik naratif adalah
semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan folklore. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah
sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh manusia yang
berwujud norma-norma. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus
13
Ni Wayan Sartini, Tinjauan Teoritis tentang Semiotik, Surabaya: UNAIR, Jurusan Sastra Indonesiah.8.
menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
B. Analisis Semiotika Sosial M.A.K Halliday
Akar pandangan Halliday yang pertama adalah bahasa sebagai semiotika sosial. Hal ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa mengodekan
encode representasi dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Halliday memberi tekanan pada keberadaan konteks sosial bahasa, yakni fungsi sosial
yang menentukan bentuk bahasa dan bagaimana perkembangannya
14
. Istilah semiotik sosial dapat dianggap sebagai istilah yang memperjelas
ideologi umum yang konseptual, namun istilah ini harus ditafsirkan dari kedua istilah ‘semiotika’ dan ‘sosial’. Semiotika berangkat dari konsep semainon
penanda dan semainomenon petanda yang dipergunakan para filsuf Stoik pada abad kedua dan ketiga sebelum Masehi, dua ribu tahun sebelum
penelitian Saussure.
15
Semiotik sosial adalah semiotik yang secara khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik berupa kata
maupun rangkaian kata atau kalimat. Tanda-tanda signs adalah basis dari
14
Anang Santoso, Bahasa dan Seni: Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis Malang: Universitas Negeri Malang, 2008, h.2.
15
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994, h.3-4.
seluruh komunikasi
16
. Persoalan bagaimana perlakuan tertentu atas fakta diantaranya bisa diamati dalam analisis wacana semiotika sosial dari M.A.K
Halliday yang beliau jelaskan bersama dengan Ruqaiyah Hassan. Semiotik sosial lebih cenderung melihat bahasa sebagai sistem tanda
atau simbol yang sedang mengekspresikan nilai dan norma kultural dan sosial suatu masyarakat tertentu di dalam suatu proses sosial kebahasaan
17
. Semiotik itu sendiri dapat dibatasi sebagai kajian umum tentang tanda-
tanda, dan salah satu tanda ialah bahasa. Ilmu bahasa adalah salah satu segi kajian tentang makna, walaupun masih banyak cara lain yang berkenaan
dengan makna. Namun bahasa barangkali merupakan sesuatu yang paling penting, paling menyeluruh, paling lengkap; sulit dikemukakan keadaan
persisnya.
18
Dalam berbagai tulisannya, Halliday selalu menegaskan bahwa bahasa adalah produk proses sosial. Seorang anak yang belajar bahasa dalam waktu
yang sama belajar sesuatu yang lain melalui bahasa. Tidak ada fenomena bahasa yang vakum sosial,tetapi ia selalu berhubungan erat dengan aspek-
aspek sosial. Dalam proses sosial itu,menurut Halliday, konstruk realitas tidak dapat dipisahkan dari konstruk sistem semantis tempat realitas itu dikodekan.
Dalam komunikasi, berdasarkan pengalaman yang bersifat intersubjektif itu,
16
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communication. Cet.5 New York: Wadsworth Publishing Company, h.64.
17
Riyadi Santoso, Semiotika Sosial: Pandangan terhadap Bahasa Surabaya: Pustaka Eureka dan JP Press, 2003, h.6.
18
Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial, h.4.
masing-masing partisipan akan menafsirkan ”teks” yang ada. Dengan demikian, makna akan selalu bersifat ganda.
Semiotik dalam kajian sosial tak lain adalah kajian semiotika dengan batasan sistem sosial atau kebudayaan sebagai suatu sistem makna. Tetapi
Halliday juga memberi perhatian terutama pada hubungan antara bahasa dengan struktur sosial, dengan memandang struktur sosial sebagai satu segi
dari sistem sosial.
19
Menurut Halliday, teks merupakan sebuah bahasa yang berfungsi dalam melaksanakan tugas tertentu dalam konteks situasi. Yang dimaksudkan
dalam hal ini adalah sebuah teks merupakan bahasa yang memiliki makna- makna. Karena sebagai sesuatu yang mandiri, teks itu pada dasarnya adalah
satuan makna. Teks merupakan unit semantis, menurut Halliday. Kualitas tekstur
tidak didefinisikan dari ukuran. Teks merupakan konsep semantik. Walau terdapat pengertian sebagai sesuatu diatas kalimat super-sentence, yang
secara esensial salah tunjuk pada kualitas teks. Kita tidak dapat merumuskan bahwa dibanding kalimat ataupun klausa, teks merupakan sesuatu yang lebih
besar atau susunan yang lebih panjang. Ditegaskan oleh Halliday, bahwa dalam kenyataannya, kalimat-kalimat itu lebih merupakan “realisasi teks”
daripada merupakan sebuah teks itu sendiri. Sebuah teks tidak tersusun dari
19
Halliday dan Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: Aspek-Aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial, h.5.