Dakwah bit Tadwin LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEP

Media dakwah Wasilah al-Dakwah adalah media atau instrument yang digunakan sebagai alat untuk mempermudah sampainya pesan dakwah kepada mad’u. Media ini bisa dimanfaatkan oleh da’I untuk menyampaikan dakwahnya baik dalam bentuk lisan atau tulisan. 49 Terdapat beberapa media dalam metode pemberian dakwah, salah satunya adalah dakwah bit-Tadwin, yang berarti dakwah melalui tulisan. Ia hadir untuk menjawab permasalahan, dapatkah dakwah disampaikan secara serempak dalam waktu yang relatif bersamaan? 50 Di era saat ini ada banyak media yang bisa dijadikan sebagai sarana dakwah. Selain media massa seperti koran, majalah, radio, dan televisi, ada juga sarana lain yang cukup efektif yaitu buku. Melihat animo masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, menjadikan dakwah melalui buku bisa dijadikan sebagai alternatif yang cukup representatif. 51 Berdakwah melalui tulisan, merupakan bagian integral dari bidang kajian dakwah. Ia merupakan kajian atas salah satu unsur dakwah,yaitu media dakwah 52 . Jika para da’I hanya mengandalkan dakwah bil-lisan saja,dan hanya sebagai konsumen untuk informasi yang disampaikan oleh media lain, maka salah satu lahan potensial tidak tergarap 53 . 49 Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, h.9. 50 Aep Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan Bandung: Mujahid Press, 2004, h.6. 51 Bambang Trim, Menjadi Powerful Da’I dengan Menulis Buku, Bandung: Kolbu, 2006, h. xii. 52 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.5. 53 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.24. Oleh karena itu, tidak keliru jika kini kegiatan dakwah bisa dikembangkan melalui media tulisan. Melalui tulisan yang dikemas populer, dan dikirimkan lalu dimuat di media massa seperti di koran, majalah, tabloid maupun bulletin, pesan dakwah dapat tersebar dan diterima banyak kalangan, dalam waktu pengaksesannya tergantung kepada keluangan objek dakwah. 54

D. Sejarah Islam

Korpus data yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah buku yang bertema sejarah. Maka, peneliti akan membahas mengenai sejarah dalam konteks kajian kebudayaan keislaman. Sejarah merupakan salah satu produk budaya karena didalam sejarah terjadi proses produksi dan sirkulasi makna. Menurut Arthur Marwick, terdapat tiga definisi sejarah, yakni masa lalu kehidupan manusia; cara manusia menggambarkan dan menginterpretasi masa lalu; sejarah sebagai sebuah disiplin ilmu. 55 Dari sisi lain, sejarah berasaldari kata ’syajarah’ yang dalam bahasa Arab berarti pohon. Kata ini masuk ke Indonesia sesudah terjadi akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Dalam kaitan tersebut, silsilah, riwayat, babad, tambo maupun tarikh termasuk dalam satu cakupan pengertian sejarah. 56 54 Kusnawan, Berdakwah Lewat Tulisan, h.6. 55 Judy Giles dan Tim Middleton, Studying Culture: A Practical Introduction Chicester: Blackwell Publishing, 2008, h.83. 56 Rustam E. Tamburaka, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK Jakarta: Rineka Cipta, 1999, h.3. Menurut John Tosh, produksi sejarah lebih bersifat positif daripada keilmuan 57 . Penulisan sejarah yang ditampilkan ke khalayak luas harus dapat menunjang situasi politik dimana sejarah tersebut disebarkan. Meski begitu, teks dari sejarah kebudayaan bukanlah sekedar cerminan struktur tertentu dan sejarah. Teks tersebut merupakan sebuah kesatuan terintegrasi, sebuah proses yang berjalan beriringan. Sejarah sebagai ilmu adalah usaha untuk mengetahui dan memahami peristiwa yang terjadi pada masa silam, yang dianggap mempunyai relevansi dan signifikansi sosial tertentu, karena peristiwa itu dinilai ikut berperan dalam menentukan masa kini dan masa yang akan datang. 58 Seperti yang tersurat dalam Al-Qur’an, berbunyi sebagai berikut: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS.Al-Hasyr:18 Begitulah perintah Allah dalam menyikapi hal yang sudah lampau sebagai sebuah sejarah dan pembelajaran untuk masa depan. Maka sebagai umat yang beriman, sudah seharusnya kita belajar dari sejarah dan bangkit untuk membangun masa depan. 57 Judy Giles. Studying Culture: A Practical Introduction Blackwell Publishers, 1999, h.85. 58 Badri Yatim, Islam dan Konstruksi Ilmu Peradaban dan Humaniora: Studi Islam dengan Pendekatan Sejarah Jakarta: FAH UIN Syarif Hidayatullah, 2003, h.28. Dalam tradisi keilmuan Islam, ilmu sejarah dianggap sebagai ilmu – ilmu keagamaan ulum an-naqliyyah karena pada awalnya terkait erat dengan ilmu hadis. Seperti diketahui, pada masa pra-Islam dan awal Islam bangsa Arab tidak mencatat sejarah mereka. Mereka menyimpan catatan itu dalam bentuk hafalan. 59 Dan setelah tradisi tulisan berkembang dan ilmu sejarah telah mapan, umat muslim menyortir, mengkaji informasi, menelisik kesinambungan riwayat itu sendiri untuk mengungkap fakta secara utuh. Dalam hal ini, umat Islam melalui sejarahnya berusaha mengenali, menjaga dan mempertahankan kebudayaan Islam agar tidak melenceng dari apa yang sebenarnya. Maka secara jelas, sejarah Islam merupakan bagian dari kebudayaan Islam. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa penulisan sejarah dipengaruhi oleh siapa yang lebih dominan. Dalam hal ini, dalam kacamata dunia tidak dapat kita pungkiri bahwa dunia barat yang didominasi oleh kalangan non- muslim, lebih menguasai media. Sehingga, seringkali sejarah diungkapkan dalam pandangan mereka, yang menjadi tidak objektif dalam memandang sejarah Islam. Sejarah merupakan sebuah teks kebudayaan yang memanglah sarat