j. Interupsi:
penggunaan kata
untuk penjelasan
sebagai keteranganyang disispkan dalam suatu kalimat. Tiba-tiba ia –
suami itu- direbut oleh perempuan lain. k. Praterio: gaya bahasa penegasan dengan menyembunyikan
maksud yang sebenarnya agar ditebak oleh penerima memberi efek penasaran. Bahwa saya tahu kejadian kemarin, tidak perlu
saya ceritakan. l.
Enumerasio: gaya bahasa yang menyebut beberapa bagian saling berkaitan sehingga membentuk suatu kesatuan.
Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
m. Inversi: penegasan dengan menggunakan kalimat yang tersusun terbalik
kata sifat mendahului objek. Indah benar
pemandangannya. n. Elipsis: penegasan dengan penggunaan kalimat yang tidak
lengkap. Diam o. Eksklamasio: penegasan dengan penggunaan tanda baca seru .
Awas,anjing galak. p. Apofasis: penegasan dengan cara seolah menyangkal hal
tersebut. Saya tidak mau mengungkapkan dalam acara ini bahwa Asnda curang.
q. Pararima: Pengulangan dengan mengulang kata, namun mengubah bunyi huruf vokalnya. Kamu jangan mondar-
mandir.
r. Aliterasi: penegasan dengan pengulangan penggunaan kata
dengan konsonan yang sama dengan kata pertama. Tuhan tentu tidak tidur tatkala terjadi tindakan tidak terpuji.
s. Sigmatisme: gaya bahasa dengan pengulangan kata dengan dominasi huruf S untuk menimbulkan efek meriah. Rasa sesal
selalu singgahi sapa siapa saja t.
Antanaklasis: penegasan dengan menggunakan pengulangan kata yang sama namun beda makna. Sempit rumah tidak harus
sempit hati. u. Alonim: penegasan dengan menggunakan varian nama. Bang
Ben adalah pelawak legendaris Betawi v. Kolokasi: penegasan dengan menggunakan asosiasi kata.
Sungguh sulit berurusan dengan orang berkepala batu w. Silepsis: penegasan dengankata atau kelompok kata yang
berbeda makna.
Membacamenambah wawasan
dan menambah pengetahuan.
x. Zeugma: penegasan yang menggunakan kata atau kelompok kata yang tidak logis. Ia menganggukkan kepala dan badannya
tanda setuju.
3. Gaya Bahasa Pertentangan
Merupakan gaya bahasa yang memperlihatkan pertentangan, dengan maksud dan tujuan tertentu, tergantung jenis yang dipakainya.
a. Paradoks: menggunakan dua kata atau kelompokkata yang bermakna pertentangan frontal dalam sebuah kalimat. Hatinya
sunyi di kota Jakarta yang ramai ini. b. Antitesis: gaya bahasa yang menggunakan kata yang bermakna
perbedaan. Orang bule maupun orang negro sama-sama ciptaan Tuhan.
c. Okupasi: gaya bahasa pertentangan, tapi kemudian diberi penjelasan. Dulu adik pemalu, tetapi kini pemberani sejak
mondok di pesantren. d. Kontradiksio: gaya bahasa pertentangan dengan adanya
pengecualian dan keseluruhan. Semua anakmu penurut, hanya Andi yang nakal.
e. Anakronisme: menggunakan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Majapahit runtuh karena diserang teroris.
f. Oksimoron: gaya bahasa pertentangan yang menggunakan kata
atau kelompok kata berlawanan. Dia kaya harta, tetapi miskin ilmu.
4. Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa yang menyindir atau mengejek. a. Ironi: sindiran dengan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut,
menggunakan kelompok kata yang halus. Merdu benar suaramu hingga aku terbangun.
b. Sinisme: sindiran yang menggunakan kata atau kelompok kata agak kasar. Wangi benarbau mulutmu.
c. Sarkasme: sindiran yang menggunakan kata atau kelompok kata kasar. Hai anjing, pergi dari sini
d. Antifrasis: yakni gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata atau kelompok kata dengan makna berlawanan. Mana mungkin
jatah untuk orang kaya dan orang miskin disamakan?? e. Innuedo: gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata atau
sekelompok kata yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Jangan heran, dia itu kaya karena pelit.
f. Satir: ungkapan yang menggunakan kecaman atau
menertawakan seseorang atau keadaan. Ya ampun, aku muak mendengar pidato orang itu
D. Representasi Media Stuart Hall
Representasi secara bahasa diambil dari bahasa Inggris “to present”, yang bermakna menunjukkan suatu citra tertentu. Representasi dilakukan
melalui media tertentu untuk mencuatkan citra yang ingin ditonjolkan pada objek tersebut. Sebenarnya ada studi khusus mengenai representasi, yaitu
cultural studies, karena cultural studies berpatokan pada pertanyaan tentang representasi. Pertanyaan mendasar mengenai representasi adalah “Bagaimana
dunia ini dikonstruksi dan direpresentasikan secara sosial kepada kita dan oleh