6.1.1.3 Asset Sosial berupa Hubungan Sosial antara Nelayan dengan Bakul
Hubungan yang terjalin antara seorang nelayan dengan pedagang ikan
bakul adalah dalam hal transaksi jual beli hasil tangkapan ikan dari nelayan.
Asset sosial ini terdapat dalam bentuk “transaksi sosial”. Transaksi itu bisa terjadi di tepi pantai maupun di kios tempat bakul tersebut menerima ikan dengan
langsung menimbang di tempat.
Asset sosial ini digunakan pula untuk menopang sistem kehidupan nelayan yaitu lebih banyak dimanfaatkan dalam situasi “normal.
Dalam musim normal, para nelayan memanfaatkan hubungan ini untuk medapatkan
modal produksi melaut, sedangkan dalam situasi paceklik nelayan tidak bisa berharap banyak karena kondisi bakul sebagai patron juga mengalami
keterpurukan ekonomi dengan langkanya ikan yang diperjualbelikan. Biasanya saat paceklik nelayan mengurangi pinjaman modal untuk melaut pada bakul serta
mengurangi aktivitas melaut karena takut mengalami kerugian. Hubungan antara nelayan dan bakul terjadi karena masing-masing pihak
saling membutuhkan untuk mendapatkan penghasilan. Walau keduanya sering mengalami kekurangan terhadap jenis transakasi yang mereka lakukan. Seorang
nelayan yang menjual hasil tangkapannya kepada bakul tertentu sering merasa kurang puas apabila harga yang ditentukan oleh bakul tidak sesuai dengan
keinginannya. Namun nelayan tidak dapat semaunya sendiri berpindah-pindah bakul untuk mencari harga jual yang tertinggi. Hal itu sering disebabkan oleh
keterikatan nelayan kepada bakul yang memberinya modal untuk melaut ,
biasanya untuk pembelian bahan bakar maupun biaya operasional lainnya. Selain
itu, apabila sedang mengalami masa sulit, seorang nelayan dapat meminjam
uang kepada bakul tempatnya menjual hasil tangkapan. Hal ini sudah bukan
termasuk ke dalam hubungan kerja saja melainkan sudah masuk dalam ranah sosial lainnya. Dimana seorang bakul akan berusaha memenuhi kebutuhan
seorang nelayan agar nelayan tersebut tetap bersedia menjual hasil tangkapannya kepadanya. Karena hal itulah terjadi keterikatan lain antara seorang nelayan
dengan bakul dalam hubungan di luar hubungan kerja. Nelayan juga akan merasa sungkan berpindah kepada bakul lainnya bila hutang-hutangnya belum terlunasi.
Hal tersebut seperti pernyataan Bapak Try saat ditanya mengenai bagaimana sistem penjualan terjadi bila berganti pembeli bakul ikan sebagai berikut :
”Biasanya kalau sudah tidak punya hutang dengan bakul ikan, nelayan baru boleh pindah ke bakul lainnya. Karena tidak enak jika masih mempunyai
hutang tapi menjual ke bakul lain...kasihan juga bakulnya. Lagipula ada beberapa bakul yang tidak menerima nelayan bila masih terikat dengan bakul
lain. Mungkin bakul tersebut tidak enak dengan sesama bakul juga.” diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia
Seorang bakul dalam memenuhi kebutuhan para nelayan langganannya juga seringkali mengalami kesulitan dalam hal perekonomiannya. Ibu Trh seorang
bakul ikan mengaku cukup kesulitan memberikan modal apalagi dalam pada masa paceklik. Dia berusaha menutupi kekurangannya itu dengan meminjam sejumlah
uang biasanya 500.000 rupiah kepada jasa bank keliling. Hal itu terpaksa dilakukan karena selain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya juga diperlukan
untuk modal membeli ikan dari para nelayan maupun memberi pinjaman untuk pembelian bahan bakar tersebut. Sehingga antara nelayan yang menjual ikan
maupun bakul yang membeli ikan sama -sama mengalami kesulitan untuk menjalankan mata pencaharian mereka karena berbagai faktor yang
mempengaruhinya. Adanya musim paceklik yang dialami oleh para nelayan
dialami pula oleh bakul ikan , karena secara otomatis mereka tidak mendapatkan
barang ikan untuk dijual sebagai penghasilan mereka. Banyaknya nelayan yang menjual hasil tangkapannya kepada bakul
menjadi permasalahan tersendiri bagi pihak lain seperti pengelola TPI Tempat Pelelangan Ikan. Kebanyakan nelayan di wilayah Pandanarang menjual hasil
tangkapannya kepada bakul karena keterikatan hubungan yang terjalin. Seperti pernyataan Bpk Utg ketua kelompok nelayan Sentolo Kawat sebagai berikut :
”Banyak nelayan yang tidak menjual hasil tangkapan ikan ke TPI. Soalnya banyak nelayan yang menjual ke bakul-bakul ikan secara langsung tanpa melalui TPI.
Mungkin kan...bakul juga memberi modal kepada para nelayan jadi nelayan tersebut menjualnya ke bakul yang memberi modal itu. Padahal apabila melalui
TPI, manfaatnya untuk nelayan juga....” diterjemahkan bebas ke dalam bahasa Indonesia
Banyaknya nelayan yang menjual hasil tangkapan ikan kepada para bakul ikan membuat TPI menjadi sepi dan pemasukannya juga sedikit. Namun adanya
kemudahan yang didapat oleh nelayan untuk dapat terus menjalankan profesinya sebagai nelayan dengan menjual hasil tangkapan ikan kepada bakul menjadikan
hubungan ini terus berlanjut menjadi hal wajar dan saling menguntungkan.
Keterikatan antara keduanya menimbulkan jalinan hubungan yang dapat membantu sistem nafkah masing-masing keduanya terutama bagi
kelangsungan hidup rumahtangga nelayan .
6.1.1.4 Asset Sosial berbentuk Hubungan Sosial Nelayan dengan Tagog