4. Solidaritas, yaitu norma untuk saling menolong satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial. Juga
menyangkut sikap kesetiaan pada kelompok yang menjadi pilar penting dalam solidaritas.
5. Kerjasama, di daerah pedesaan, elemen ini sangat terlihat dala kehidupan mereka. Misalnya gotong-royong dalam banyak kegiatan masyarakat dan
bentuk lainnya yang bersifat kerjasama.
2.4 Konsep Komunitas dan Hubungannya dengan Modal Sosial
Komunitas ialah suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama communities of
common interest, baik yang bersifat fungsional maupun yang mempunyai territorial. Istilah komunitas dalam batas-batas tertentu dapat menunjuk pada
warga sebuah dusun dukuh atau kampung, desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok besar maupun kecil,
hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi
disebut komunitas. Berdasarkan ciri-ciri masyarakat agraris terdapat tipologi komunitas agraris, yang secara garis besar dapat dibedakan atas: 1 Komunitas
nelayan pantai dan pesisir, 2 Komunitas petani padi sawah dataran rendah, dan 3 Komunitas petani peladang atau lahan kering dataran tinggi Tonny,
2002. Dharmawan 2004 mengungkapkan bahwa ada beberapa aspek yang
selalu melekat dalam definisi komunitas. Pertama adalah adanya wilayah atau
lokalitas di mana sekelompok individu hidup dan membina kehidupan sosial mereka. Kedua adalah adanya ikatan-ikatan sosial bersama common ties yang
dibangun komunitas, sehingga membentuk jejaring sosial. Ketiga adalah adanya interaksi sosial yang terbentuk di antara individu-individu anggota suatu
komunitas. Ketiga aspek tersebut akan selalu tampil bersama -sama menentukan ciri sebuah komunitas. Dalam beberapa kasus, adanya perasaan senasib dan
sepenanggungan mendorong sekelompok anggota masyarakat membentuk ikatan sosial sedaerah asal ataupun ikatan sedarah. Jadi, modal sosial yang terdapat
dalam suatu struktur sosial masyarakat menentukan karakteristik suatu komunitas dan menjadi wujud yang dapat menjaga kebersamaan suatu komunitas
tertentu.
2.5 Komunitas Nelayan
Membicarakan nelayan sebagai sebuah komunitas berarti membicarakan kesadaran kolektif apa yang mengikat para nelayan dalam komunitas tersebut.
Komunitas tersebut terbentuk karena ikatan kesadaran kolektif dalam bentuk kesamaan sejarah dan orientasi nilai budaya, serta status sosial selaku nelayan.
Selaku nelayan mereka memiliki ciri-ciri yang sama: mandiri independent, percaya diri self-reliance, bebas dari aturan yang kaku freedom from
regimentation, mobile baik secara geografis dan kadang-kadang secara ekonomi, dan kuat secara fisik. Itu semua adalah konsekuensi dari pekerjaan
nelayan yang memang sangat menantang dan beresiko tinggi Satria, 2001.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam
operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Orang yang hanya
melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahukapal, tidak dimasukan sebagai nelayan. Ahli mesin dan juru
masak yang bekerja di atas kapal penangkap dimasukan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan
4
. Penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan menurut Kusnadi 2002,
pada dasarnya dapat ditinjau dari tiga sudut pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat produksi atau peralatan tangkap perahu, jaring dan perlengkapan
yang lain, struktur masyarakat nelayan terbagi dalam kategori nelayan pemilik alat-alat produksi dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat
produksi dan dalam kegiatan sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan jasa tenaganya dengan memperoleh hak- hak yang sangat
terbatas. Kedua, ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya, struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
Nelayan, disebut sebagai nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil justru
sebaliknya. Ketiga, dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan, masyarakat nelayan terbagi ke dalam kategori nelayan modern dan
nelayan tradisional. Nelayan-nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.
Berdasarkan status pemilikan secara umum nelayan dapat digolongkan menjadi nelayan pemilikjuragan dan nelayan buruhpandega. Nelayan juragan
atau pemilik adalah nelayan yang memiliki atau menyediakan sarana produksioperasi penangkapan seperti perahu atau kapal, motor tempel dan alat
4
Pathul Arifin. 2005. Status Nelayan Andon dan Pengakuan Keberadaannya. Makalah. http:tumoutou.netpps702_9145pathul_arifin.pdf. Diakses tanggal 9 Januari 2006 pukul 21.23.
tangkap. Umumnya nelayan pemilik yang mempunyai alat tangkap cukup majumodern dalam mengoperasikan unit penangkapannya jarang ikut terjun
langsung ke laut. Biasanya mereka mempercayakan kepada seseorang yang disebut juragan laut, dengan sistem bagi hasil atau upah. Sedangkan nelayan
pemilik dengan alat tangkap yang masih tradisional biasanya melakukan operasi penangkapan sendiri. Nelayan buruh atau pandega adalah nelayan yang
menyediakan tenaganya saja untuk membantu nelayan pemilik dan melaksankan tugas tersebut dengan sistem bagi hasil atau upah yang telah diperhitungkan
ikatan Muflikhati, 1992. Secara sosiologis, karakteristik nelayan berbeda dengan petani sehubungan
dengan perbedaan karakteristik sumberdaya alam yang tersedia. Petani berhadapan dengan sumber daya yang terkontrol, sementara nelayan menghadapi
sumber daya yang hingga kini masih bersifat open access dan common property. Karakteristik sumberdaya ini menyebabkan nelayan mesti berpindah-pindah untuk
memperoleh hasil yang maksimal. Perpindahan nelayan dari satu wilayah perairan ke wilayah perairan yang lain pada dasarnya adalah mengikuti ruaya ikan dan
iklim perairan musim yang sesuai dimana ikan yang menjadi tujuan penangkapan berada. Nelayan yang berpindah-pindah sebagai sumberdaya yang
eksis secara turun temurun dalam mengekploitasi sumberdaya perikanan laut dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
5
. Berdasarkan karakteristik human system dalam tipologi fishery system
seperti yang disampaikan oleh Charles 2001, terdapat beberapa karakteristik umum dari nelayan fishers yaitu bahwa pertama, nelayan berbeda menurut latar
belakang sosial seperti tingkat umur, pendidikan, status sosial dan tingkat
5
Loc.cit.
kohesitas dalam komunitas mikro antar nelayan dalam satu grup atau dalam komunitas makro nelayan dengan anggota masyarakat pesisir lainnya. Kedua,
dalam komunitas nelayan komersial, nelayan dapat bervariasi menurut occupational commitment-nya seperti nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan
nelayan sambilan, atau menurut occupational pluralism-nya seperti nelayan dengan spesialisasi tertentu, nelayan dengan sumber pendapatan beragam, dan lain
sebagainya. Ketiga, nelayan dapat bervariasi menurut motivasi dan perilaku di mana dalam hal ini terdiri dari dua kelompok yaitu nelayan dengan karakteristik
profit-maximizers yaitu nelayan yang aktif menangkap ikan untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan cenderung berperilaku seperti layaknya
“perusahaan”, dan kelompok nelayan satisficers atau nelayan yang aktif menangkap ikan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup Adrianto, 2005.
Perubahan sumberdaya secara musiman dan ketidaksuburan daerah pesisir sering mengakibatkan nelayan memutuskan untuk pindah te mpat tinggal.
Perubahan sumberdaya jangka pendek yang tidak dapat diramalkan mengakibatkan jam kerja tidak teratur dan perubahan pendapatan yang
memerlukan adanya penyesuaian khusus dalam keuangan Cernea, 1988. Secara umum pendapatan masyarakat nelayan sangat fluktuatif, kondisi ini
tercermin juga dari pola hidup masyarakat nelayan. Pada saat musim panen mereka cenderung bersifat konsumtif atau berfoya-foya dan sebaliknya pada
musim paceklik mereka banyak terlibat hutang pada rentenir atau tengkulak. Kondisi demikian menyebabkan pola hubungan khas dikalangan masyarakat
nelayan seperti nelayan kecil, petani tambak atau patron-client yaitu antara nelayan kecil dengan para tengkulak atau rentenir tauke. Akibatnya para nelayan
menjadi terikat dan tereksploitasi oleh para juragan atau rentenir dan harus membayar hutangnya melalui tenaganya self exploitation Kusumastanto, 2002.
Pada beberapa sistem ekonomi wanita dapat mengkombinasikan fungsi subsisten dan memelihara anak, dalam penangkapan ikan, khususnya
penangkapan di laut dalam atau danau dengan perahu, wanita sulit untuk ikut terlibat seperti awak kapal lain yang laki-laki. Karena itu, wanita biasanya dibatasi
pada kegiatan-kegiatan di tepi pantai saja termasuk penangkapan ikan dan kerang di air dangkal di mana pekerjaan tidak akan bertentangan dengan pemeliharaan
anak. Suatu pembagian kerja menurut jenis kelamin sering terbukti dalam sistem distribusi dan pemasaran. Pada banyak masyarakat penangkap ikan, wanita
mengambil alih fungsi membeli dan menjual ikan Cernea, 1988. Pemukiman nelayan cenderung mengumpul di sepanjang pantai sehingga
tingkat kepadatannya tinggi. Nelayan memilih untuk bermukim di pinggir pantai sebagai strategi untuk menurunkan biaya produksinya. Keadaan rumah nelayan
umumnya sederhana, berdinding anyaman bambu, berlantai tanah, beratap daun rumbia dengan perabot rumah tangga yang terbatas. Namun kini, kondisi
perumahan tersebut mulai berubah. Banyak rumah yang dibangun permanen dengan semen. Rumah jenis ini terutama dimiliki oleh para pemilik kapalperahu,
pedagang dan pemilik toko Kusnadi, 2002. Dalam banyak hal nelayan, seperti subbudaya mata pencaharian lainnya,
membentuk masyarakatnya sendiri. Nelayan juga sering terasing karena mereka harus hidup di sepanjang tepi danau, sungai, atau laut. Keterasingan relatif ini
semakin besar kalau danau semakin besar, sehingga nelayan semakin terpisah dari masyarakat daratan tatkala menangkap ikan. Tambahan pula, karena banyak
nelayan bekerja pada malam hari atau pagi buta, pada saat orang lain masih tidur, nalayan sering dipandang sebagai orang yang terpencil dari masyarakat yang
berkasta terendah. Tempat tinggal dan keterasingan sosial ini mempengaruhi variabel sosial–budaya, yang pada gilirannya mempengaruhi pembangunan. Hal
ini mungkin ikut mendukung rendahnya tingkat pendidikan banyak nelayan berskala kecil di negara yang sedang berkembang. Resiko fisik yang berkaitan
dengan beberapa bentuk penangkapan ikan, perlunya koordinasi di antara awak perahu dan cepatnya alat-alat produksi menyusut, menuntut kepercayaan awak
perahu mengenai persamaan setiap orang, mandiri dan bekerjasama, yang seringkali didasarkan pada hubungan kekerabatan Cernea, 1988.
Dalam mengkaji masalah nelayan, penting sekali untuk membedakan sejelas mungkin antara 1 nelayan sebagai status pekerjaan occupational status
dan 2 nelayan sebagai komunitas. Karakteristik lain dari nelayan adalah nelayan harus berhadapan dengan kehidupan laut yang keras, tegas, dan terbuka, yang
membedakannya dengan petani. Memang belum terdapat studi yang mendalam dan dianggap representatif tentang karakteristik budaya nelayan di Indonesia
sehingga perbedaan antara petani dan nelayan belum dapat dipaparkan secara lebih komprehensif Satria, 2003.
2.6 Bentuk-bentuk Modal Sosial Komunitas Nelayan