Metode Penelitian Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunaka n pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan secara mendalam bentuk-bentuk modal sosial serta dinamikanya dalam kehidupan komunitas nelayan melalui metode studi kasus. Pendekatan kualitatif dipilih karena lebih menekankan pada proses-proses dan makna-makna yang tidak diujidiukur secara ketat dari segi kuantitas, serta mencari jawaban atas pertanyaan yang menekankan pada pengalaman yang dibentuk dan diberi makna oleh tineliti Sitorus, 1998. Pendekatan kualitatif dilandasi oleh realitas sosial. Realitas sosial adalah fakta tentang perilaku manusia. Perilaku manusia itu selalu bersifat subyektif, artinya setiap individu secara subyektif mengenakan makna dan maksud tertentu terhadap setiap tindakan sosialnya. Realitas sosial yaitu fakta perilaku manusia harus dipahami dari sisi pandang subyek tineliti Sitorus, 1998. Tipe studi kasus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kasus instrumental, yaitu studi kasus yang memperlakukan kasus rumahtangga nelayan sebagai instrumen untuk memahami sistem kehidupan nelayan di pedesaan. Dalam penelitian ini, peneliti berinteraksi langsung dengan subyek penelitian dalam suatu komunitas. Karena dalam penelitian ini ingin diketahui dan dipahami hal-hal yang terkait dengan interaksi sosial yang terdapat dalam komunitas. Melalui pendekatan ini, diharapkan penulis dapat menggambarkan kompleksitas permasalahan dalam penelitian dan untuk menghindari keterbatasan pembentukan pemahaman yang diikat oleh suatu teori tertentu dan hanya berdasar pada penafsiran peneliti.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus – Oktober 2006. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja purposif. Komunitas yang penulis teliti adalah komunitas nelayan di sekitar perairan Segara Anakan, tepatnya berlokasi di Kelurahan Cilacap, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kelurahan dimana penelitian dilakukan merupakan desa pesisir. Alasan dipilihnya lokasi penelitian tersebut antara lain karena kekhasan ekologi lokalnya yaitu perairan Segara Anakan merupakan satu-satunya tempat pemijahan bagi ikan-ikan dan udang di Pulau Jawa. Selain itu, wilayah ini juga merupakan salah satu pusat produksi dan pemasok ikan terbesar di Indonesia. Budaya pada masayarakat di pesisir selatan Jawa juga masih sangat kental dengan mitos kepercayaan terhadap penunggu Laut Selatan yaitu Nyi Loro Kidul. Kepercayaan itu membuat warganya saling menjaga adat leluhur yaitu dengan mengadakan acara Sedekah Laut secara bersama di antara para nelayan. Kegiatan itu mempererat hubungan yang terjalin antara para nelayan maupun warga sekitarnya. Kondisi Segara Anakan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, yang berbatasan dengan Kabupaten Ciamis Selatan, Jawa Barat, sudah sangat mengkhawatirkan akibat pendangkalan sedimentasi lumpur yang dibawa Sungai Citanduy, Cibeureum, Palindukan, Cikonde, dan sungai lainnya yang bermuara di situ. Endapan lumpur yang terus meninggi setiap tahunnya mengakibatkan Segara Anakan penuh sedimen yang menghambat air sungai masuk ke laut. Sedimentasi itu juga mengakibatkan tidak berfungsinya Segara Anakan sebagai tempat berkembangnya pemijahan udang dan ikan laut lainnya, terganggunya kehidupan flora dan fauna, jalur transportasi, dan wisata air. Selain itu, merusak ekosistem spesifik, perpaduan antara perairan payau dan hutan mangrove, yang sangat cocok untuk berpijahnya ikan dan udang, satu-satunya di Pulau Jawa. Tragisnya, menurunnya hasil produksi udang dan ikan tangkapan para nelayan berakibat menurunnya pendapatan para nelayan di Cilacap dan Pangandaran 11 .

4.3 Penentuan Unit Analisis