Keterkaitan individu dalam hubungan sosial merupakan pencerminan diri sebagai makhluk sosial. Setiap individu memiliki kemampuan berhubungan sosial
yang berbeda-beda kualitas, kuantitas, dan interaksinya. Hubungan tersebut membentuk jaringan sosial yang merefleksikan terjadinya pengelompokkan sosial
dalam masyarakat. Pengertian jaringan sosial ini mengacu pada hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung lama Kusnadi, 2000.
2.3.3 Social Norms Norma-norma Sosial
Norma masyarakat merupakan elemen penting untuk menjaga agar hubungan sosial dalam suatu sistem sosial masyarakat dapat terlaksana sesuai
dengan yang diharapkan. Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan, maka dirumuskanlah norma -
norma masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama -kelamaan norma-norma tersebut dibuat secara sadar
Soekanto, 1990. Modal sosial dibentuk dari norma -norma informal berupa aturan-aturan
yang sengaja dibuat untuk mendukung terjadinya kerja sama di antara dua atau lebih individu. Norma yang dimaksud bisa berbentuk aturan tertulis atau nilai-
nilai kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban, ikatan timbal balik dan yang lainnya. Norma yang membentuk modal sosial dapat bervariasi
dari hubungan timbal balik antara dua orang teman sampai pada hubungan kompleks dan kemudian terelaborasi menjadi doktrin. Selain dibentuk oleh
aturan-aturan tertulis misalnya dalam organisasi, dalam menjalin kerjasama dalam sebuah intraksi sosial juga terkait dengan nilai-nilai tradisional. Nilai-nilai yang
dimaksud misalnya kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan kewajiban,
ikatan timbal balik dan yang lainnya. Nilai-nilai sosial seperti ini sebenarnya merupakan aturan tidak tertulis dalam sebuah sistem sosial yang mengatur
masyarakat untuk berperilaku dalam interaksinya dengan orang lain Fukuyama, 2001.
Norma yang berkembang dalam masyarakat berfungsi sebagai petunjuk masyarakat dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Aturan tersebut memiliki
kekuatan yang mengikat sehingga dapat menjadi pengontrol tingkah laku individu dalam berinteraksi dalam suatu masyarakat. Tingkatan kekuatan mengikat yang
disebutkan di atas terdapat pula pada komunitas nelayan. Dalam kegiatan perikanan dari waktu penangkapan hingga cara-cara menangkap ikan, para
nelayan memiliki aturan yang harus diikuti oleh masyarakat setempat. Ada waktu- waktu tertentu nelayan dilarang menangkap ikan dan ada saatnya nelayan untuk
menangkap ikan. Uphoff 2000 dalam Iqbal 2004 mendeskripsikan beberapa komponen
modal sosial yang umumnya sudah berjalan di masyarakat, beberapa di antaranya adalah:
1. Hubungan sosial yang berfungsi sebagai jaringan, merupakan hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non-materi.
Hubungan ini memberi keuntungan satu dengan yang lainnya. 2. Norma, yaitu aturan-aturan yang berlaku dalam suatu masyarakat yang
disepakati dan dipatuhi bersama . 3. Kepercayaan, aktifitas sosial dimana kepercayaan menjadi dasar
hubungan. Dari kepercayaan ini kemudian dikembangkan untuk mewujudkan keinginan bersama.
4. Solidaritas, yaitu norma untuk saling menolong satu dengan yang lainnya, baik dalam hal kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan sosial. Juga
menyangkut sikap kesetiaan pada kelompok yang menjadi pilar penting dalam solidaritas.
5. Kerjasama, di daerah pedesaan, elemen ini sangat terlihat dala kehidupan mereka. Misalnya gotong-royong dalam banyak kegiatan masyarakat dan
bentuk lainnya yang bersifat kerjasama.
2.4 Konsep Komunitas dan Hubungannya dengan Modal Sosial