Social Networking Jejaring Sosial

kesejahteraan suatu masyarakat dan secara signifikan membantu terciptanya harmoni kehidupan sosial dan integrasi sosial a unity in diversity. Untuk itu, dia menganggap penting adanya institusi formal dan informal yang menjamin trust agar berfungsi secara operasional. Menurut Dharmawan 2002, kelembagaan informal yang bisa menumbuhkan trust adalah: 1 Interpersonal relations, yakni hubungan- hubungan sosial dalam masyarakat yang telah terbina sejak lama. 2 Norms and values, yang dikukuhkan bersama-sama serta diyakini dan ditaati oleh masyarakat. 3 Social sanctions, yang mengikat orang atau kelompok agar tak berbuat semaunya. Sedangkan pada sisi kelembagaan formal, trust akan tumbuh bila fungsi-fungsi organisasi ikut menyumbang “energi” bagi tumbuh dan berkembangnya atmosfer moralitas trust dalam masyarakat. Fukuyama 2001 menyebutkan bahwa modal sosial dalam membangun ikatan sosialnya dilandasi oleh “trust” kepercayaan, sehingga modal sosial akan bermakna lebih menjadi aset sosial yang dikuasai dan dioperasionalkan oleh sistem sosialnya. Pada akhirnya ikatan-ikatan sosial yang terbentuk dari dibangunnya kepercayaan akan membentuk jaringan ikatan sosial yang merupakan infrastruktur komunitas yang dibentuk secara sengaja.

2.3.2 Social Networking Jejaring Sosial

Jaringan sosial atau social networking merupakan elemen penting dalam pengembangan masyarakat, termasuk dalam perancangan strategi penanggulangan kemiskinan di tingkat lokal. Barnes dalam Kusnadi 2000 menyatakan bahwa setiap individu dapat memasuki berbagai kelompok sosial yang tersedia di masyarakat. Mereka dapat menjalin ikatan-ikatan sosial berdasarkan unsur kekerabatan, ketetanggaan, dan pertemanan. Ikatan sosial tersebut dapat berlangsung di antara mereka yang memiliki status sosial ekonomi yang setara maupun tidak setara. Menurut Kusnadi 2000, berdasarkan status sosial ekonomi individu yang terlibat dalam suatu jaringan, terdapat dua jenis hubungan sosial, yaitu hubungan sosial horizontal dan hubungan sosial vertikal. 1. Hubungan sosial horizontal dibangun oleh individu-individu yang berstatus sosial relatif sama. Mereka memiliki kewajiban dan sumberdaya yang relatif sama, contohnya hubungan tolong menolong. Jaringan horisontal terdiri atas jaringan kerabat, jaringan campuran kerabat dan tetangga. 2. Hubungan sosial vertikal dibangun oleh individu-individu yang tidak memiliki status sosial ekonomi yang setara, baik kewajiban maupun jenis sumberdaya yang dipertukarkannya. Contoh jaringan vertikal adalah hubungan patron klien. Jaringan vertikal ini terdiri atas jaringan kerabat, jaringan tetangga, jaringan campuran tetangga dan teman. Jaringan sosial bisa dibentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Akan tetapi yang terpenting adalah bahwa jaringan sosial tersebut diorganisasikan menjadi sebuah institusi yang memberikan perlakuan khusus terhadap mereka yang dibentuk oleh jaringan untuk mendapatkan modal sosial dari jaringan tersebut. Jaringan sosial bukanlah suatu pemberian alami dan harus dibangun melalui investasi strategi yang diorientasikan pada pelembagaan institutionalization hubungan kelompok Portes, 1998. Keterkaitan individu dalam hubungan sosial merupakan pencerminan diri sebagai makhluk sosial. Setiap individu memiliki kemampuan berhubungan sosial yang berbeda-beda kualitas, kuantitas, dan interaksinya. Hubungan tersebut membentuk jaringan sosial yang merefleksikan terjadinya pengelompokkan sosial dalam masyarakat. Pengertian jaringan sosial ini mengacu pada hubungan sosial yang teratur, konsisten dan berlangsung lama Kusnadi, 2000.

2.3.3 Social Norms Norma-norma Sosial