Analisis Kebijakan TINJAUAN PUSTAKA

aspek yang berbeda. Menurut Forester dalan Dunn 2003 persoalan kebijakan terletak pada pemilihan alternatif. Menurut Dunn 2003 analisis kebijakan adalah awal, bukan akhir dari upaya untuk meningkatkan proses pembuatan kebijakan berikut hasilnya. Itulah sebabnya analisis kebijakan didefinisikan sebagai pengkomunikasian, atau penciptaan dan penilaian kritis, pengetahuan yang relevan dengan. Kualitas analisis kebijakan adalah penting sekali untuk memperbaiki kebijakan dan hasilnya. Sebagai proses analisis kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan dalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis, aktivitas politis tersebut sering disebut sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasi sebagai serangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu: penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan.

2.9 Agroforestri

Agroforestry dalam bahasa Indonesia adalah wanatani atau agroforestri yang arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Agroforestri merupakan gabungan ilmu kehutanan dengan agronomi, yang memadukan usaha kehutanan dengan pembangunan pedesaan untuk menciptakan keselarasan antara intensifikasi pertanian dan kelestarian hutan Bene 1977, King 1978 dalam Rianse 2010. Pengertian lain, agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan lahan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan mengkombinasikan antara tanaman hutan danatau hewan secara simultan atau berurutan dalam unit lahan yang sama dan penerapan teknologi yang sesuai dengan sosial budaya masyarakat setempat Nair 1987. Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang mengkombinasikan tanaman berkayu pepohonan, perdu, bambu, rotan dan lainnya dengan tanaman tidak berkayu atau dapat pula dengan rerumputan pasture, kadang-kadang ada komponen ternak atau hewan lainnya lebah, ikan sehingga terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antara tanaman berkayu dengan komponen lainnya Huxley 1999. Pengelolaan lahan dalam berbagai sistem agroforestri telah banyak diinventarisir dan dikembangkan dengan bentuk yang beragam tergantung pada kondisi wilayah, sosial, ekonomi, budaya masyarakat, dan tujuan sistem agroforestry itu sendiri. Namun demikian, keragaman sistem agroforestri tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat dasar utama Nair 1990; Chundawat dan Gautam 1993 dalam Marwah 2008 yaitu : 1 berdasarkan komponen penyusun yaitu, penggolongan sistem agroforestry yang didasarkan pada aspek komposisi komponen penyusunnya tanaman pertanian, hutan, pakan, danatau ternak; 2 berdasarkan fungsinya functional basis adalah penggolongan sistem agroforestry yang didasarkan pada fungsinya seperti fungsi produksi dan fungsi perlindungan; 3 berdasarkan sosial-ekonominya socioeconomic basis, merupakan penggolongan sistem agroforestri ditinjau dari aspek tingkat teknologi pengelolaan dan tujuan komersilnya, dan 4 berdasarkan ekologisnya ecological basis, adalah sistem agroforestry yang didasarkan pada kondisi ekologis lokasi. Sistem agroforestry menurut Nair 1987, berdasarkan strukturnya dibedakan atas beberapa tipe : 1 Agrisilviculture, adalah sistem agroforestry yang mengkombinasikan tanaman pepohonan hutan dengan tanaman pertanian. Contoh yaitu sistem budidaya lorong alley cropping, dimana kebun yang ditanami pepohonan dapat terdiri dari berbagai jenis tanaman pagar, pohon penahan angin dan sejenisnya; 2 Silvopasture adalah sistem agroforestry yang mengkombinasikan tanaman pakan danatau ternak dengan pepohonan hutan. Tanaman yang digunakan terutama yang dapat menjadi sumber pakan ternak seperti tanaman leguminosa dan buah-buahan; dan 3 Agrosilvopasture adalah sistem agroforestry yang mengkombinasikan sekaligus tanaman pepohonan hutan, tanaman pertanian, tanaman hijauan ternak pakan danatau ternak. Berdasarkan fungsinya, sistem agroforestri dapat dibedakan menjadi fungsi produksi yaitu produksi pangan, pakan, bahan bakar kayu, serat, kayu dan lain-lain, serta fungsi perlindungan protection yaitu pencegahan dari kerusakan sumber daya lingkungan dan sekaligus pemeliharaan sistem produksi seperti tanaman pagar, penahan angin, pencegah kebakaran, konservasi tanah dan air. Selanjutnya berdasarkan sosial-ekonomi, sistem agroforestri dapat dibedakan atas: 1 tujuan komersial yaitu suatu sistem agroforestri yang pengelolaannya dimaksudkan terutama untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi melebihi sistem monokultur, 2 subsisten yaitu sistem agroforestri yang dikelola tanpa