Periode tahun 2008 hingga saat ini setelah adanya kebijakan

21 157.35 Ha Dephut, 2009. Di samping itu, mulai terdapat munculnya pemodal dari luar wilayah yang berupaya mengambil alih hak kepemilikan melalui masyarakat di sekitar kawasan hutan. Di pihak masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan menjadi faktor penyebab utama. Sebagian besar diantara mereka belum memiliki bukti diri, yang notabene merupakan syarat wajib untuk mengajukan permohonan IUPHHK-HTR. Untuk mendapatkan bukti diri tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan pengumpul jernang menyatakan bahwa mereka perlu mengeluarkan biaya pengurusan terkait dengan penggantian biaya transportasi aparat pemerintah desa saat pengurusan ke ibukota kecamatan. Di sisi lain, berdasarkan wawancara dengan staf pemerintahan desa mengatakan bahwa lembagainstansi pemerintah yang terkait dengan pemenuhan syarat untuk permohonan IUPHHK-HTR juga belum mampu melaksanakan kewajibannya dengan baik. Secara umum hal ini disebabkan oleh lemahnya infrastruktur lembaga itu sendiri, baik dari sisi sumber daya manusia danatau keuangan anggaran.

5.4 Kebijakan Hutan Tanaman Rakyat

Institusi pengelolaan sumber daya hutan Desa Lamban Sigatal sangat dipengaruhi oleh kebijakan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat HTR yang mulai diberlakukan oleh pemerintah sejak tahun 2007. Pencapaian tujuan institusi pengelolaan sumber daya hutan oleh masyarakat Desa Lamban Sigatal tidak terlepas dari kebijakan pembangunan HTR tersebut. Oleh karenanya memahami berbagai permasalahan yang terkait dengan kebijakan HTR tersebut patut dilakukan, khususnya yang berkenaan dengan prinsip dan sasaran HTR, mekanisme pencadangan HTR, mekanisme dan verifikasi pemberian izin serta tahapan kegiatan dan pola pembangunan HTR, sebagaimana diuraikan berikut:

5.4.1 Prinsip dan sasaran

Menteri Kehutanan dalam sambutannya pada workshop pembangunan HTR pada tanggal 21-22 Februari 2007 menyatakan bahwa HTR sangat penting untuk segera diwujudkan sebagai kebijakan pemerintah untuk memberikan akses hukum, akses ke lembaga keuangan, dan akses pasar yang lebih luas kepada masyarakat dalam pemanfaatan hutan produksi dalam kerangka mensejahterakan masyarakat dan mewujudkan pengelolaan hutan lestari. Kebijakan HTR ini sekaligus juga merupakan implementasi dari Kebijakan Prioritas Departemen Kehutanan 2004-2009 terutama revitalisasi sektor kehutanan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat, sehingga sektor kehutanan diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan hidup, mensejahterakan masyarakat dan memperluas lapangan kerja. Peningkatan partisipasi masyarakat semakin nampak jelas pada prinsip penyelenggaraan HTR yang dijabarkan dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2007 tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Lampiran 1 – Bab II, yaitu: 1 Masyarakat mengorganisasikan dirinya berdasarkan kebutuhannya people organized themselves based on their necessity yang berarti pemberdayaan hutan beserta masyarakatnya ini bukan digerakkan oleh proyek ataupun bantuan luar negeri. Prinsip ini dikembangkan dalam kelembagaan kelompok sehingga ada tanggung renteng atas kewajiban terhadap lahan atau hutan, keuangan dan kelompok; 2 Kegiatan pembangunan HTR harus bersifat padat karya; 3 Pemerintah memberikan pengakuanrekognisi dengan memberikan aspek legal sehingga kegiatan masyarakat yang tadinya informal di sektor kehutanan dapat masuk ke sektor formal ekonomi kehutananekonomi lokal, nasional dan global. Selanjutnya, untuk dapat memenuhi prinsip-prinsip tersebut di atas, maka ditetapkan sasaran program HTR dalam Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2007 tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Lampiran 1 – Bab II sebagai berikut: 1 Masyarakat yang menjadi sasaran program HTR adalah masyarakat yang berada di dalam dan atau di sekitar hutan yang merupakan kesatuan komunitas sosial yang didasarkan pada persamaan mata pencarian yang bergantung pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal, serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama dalam wadah kelembagaan; 2 Kawasan hutan yang dapat menjadi sasaran lokasi HTR adalah kawasan hutan produksi yang tidak produktif, tidak dibebani izin atau hak lain, letaknya diutamakan dekat dengan industri hasil hutan dan telah ditetapkan pencadangannya sebagai lokasi HTR oleh Menteri Kehutanan. Dalam hal ini tidak dibenarkan adanya kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu IPK dari hutan alam dan atau IPK dari hasil reboisasi; 3 Kegiatan yang menjadi sasaran program HTR berupa fasilitasi yang dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya antara lain melakukan pengakuan status legalitas, penguatan kelembagaan institusi, bimbingan dan penyuluhan teknis, pendidikan dan latihan, akses ke pembiayaan, akses terhadap pasar; 4 Kegiatan IUPHHK-HTR adalah pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman yang meliputi tahapan kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran hasil hutan kayu dari hutan tanaman rakyat.

5.4.2 Mekanisme pencadangan areal hutan tanaman rakyat

Pencadangan areal HTR merupakan langkah awal di dalam implikasi kebijakan pembangunan HTR. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2007 yang sudah dirubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No. P.06VI-BPHT2008 tentang Petunjuk Teknis Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat Lampiran 1 – Bab III, secara detil menjelaskan prosedur pencadangan lokasi HTR sebagai berikut: 1 Pemberian Izin UPHHK-HTR hanya dapat dilakukan pada kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan Menteri Kehutanan melalui pencadangan areal HTR. 2 Dalam rangka percepatan proses pencadangan areal HTR, Badan Planologi Kehutanan saat ini Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan atas nama Menteri Kehutanan menyerahkan peta arahan indikatif lokasi HTR berikut menyampaikan sosialisasi program HPH kepada gubernur dan bupatiwalikota dengan tembusan disampaikan antara lain kepada Dinas Provinsi dan Dinas KabupatenKota yang membidangi Kehutanan; 3 Kesesuaian informasi dalam Peta Arahan Indikatif Lokasi HTR masih perlu dikonfirmasi lebih lanjut di tingkat kabupatenkota, oleh karena itu