Interaksi Antar Kelompok Masyarakat Desa Lamban Sigatal

dalam berbagai jenis serta mengakses bantuan-bantuan dari instansi terkait. Kelompok tani dalam hal ini berhubungan dengan lembaga formal berupa petugas penyuluh lapang PPL. Hubungan tersebut masih sebatas permasalahan teknis sehingga untuk permasalahan permodalan dan pemasaran kelompok tani sangat tergantung pada hubungan mereka secara langsung dengan tauke desa dan secara tidak langsung dengan tauke dari luar desa. Belum ada lembaga ekonomi formal seperti koperasi pertanian yang dapat menggantikan fungsi dan peran dari para tauke. Gambar 10 menggambarkan kelembagaan lokal berdasarkan hubungan dan jarak hubungan antar lembaga lokal yang ada di desa tersebut. Fenomena yang menonjol terkait dengan kelembagaan lokal adalah: i kelembagaan ekonomi lebih mendominasi kehidupan masyarakat; dan ii kurangnya interaksi antara lembaga-lembaga formal dan informal pada aspek pemerintahan ataupun sosial dengan lembaga-lembaga informal yang sangat berperan dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Kelembagaan lokal yang ada dirasakan oleh masyarakat Desa Lamban Sigatal, khususnya yang berprofesi sebagai petani karet dan pengolah jernang, belum dapat berperan dengan baik untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Kesadaran atas kondisi tersebut serta adanya pengetahuan atas potensi jernang yang semakin menyusut hasil dari pemetaan potensi sumber daya alam yang dilakukan oleh anggota masyarakat dengan difasilitasi oleh LSM, sebagian masyarakat Desa Lamban Sigatal kemudian membentuk sebuah kelompok yang dinamai Bangko Koneng Jaya BKJ. Tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah menciptakan lembaga informal untuk membuat kegiatan konservasi hutan melalui pembudidayaan tanaman rotan jernang. Secara teoritis, pembentukan kelompok BKJ dan pengusulan kawasan kelola jernang oleh kelompok tersebut merupakan suatu upaya untuk membangun institusi yang mapan robust institutions di masyarakat Desa Lamban Sigatal. Dalam hal ini, kelompok BKJ berupaya menegaskan batas kepemilikan mereka terhadap suatu sumber daya alam, yaitu kawasan kelola jernang itu sendiri. Pada saat dibentuk pada bulan Februari 2007 jumlah anggota sebanyak 22 orang. Berdasarkan hasil kesepakatan bersama, seluruh anggota selanjutnya bergotong royong membangun rumah pembibitan jernang yang berlokasi 3 km dari pusat desa daerah Bangko Koneng, mencari bibit anakan jernang didalam hutan dan melakukan penyemaian bibit hingga tersedia 2 900 bibit, dimana 300 bibit diantaranya siap untuk ditanam di lahan demplot. Berbagai kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap anggota tersebut di atas pada akhirnya berakibat 5 orang anggotanya, termasuk ketua kelompok, mengundurkan diri karena merasa keberatan dengan curahan tenaga dan waktu yang harus disisihkan. Secara teoritis, serangkaian kegiatan tersebut sesungguhnya merupakan suatu proses pembentukan aksi kolektif, suatu aksi yang dilakukan oleh sekelompok individu, baik secara langsung atau melalui suatu organisasi, untuk mencapai tujuan bersama. Disamping itu, serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kelompok menunjukan adanya proses homogenisasi komunitas. Dengan kata lain, anggota yang tersisa adalah suatu kelompok komunitas yang homogen. Sebagai organisasi formal dengan struktur organisasi Gambar 11, kelompok telah berhasil membuat Anggaran Dasar dan Rumah Tangga kelompok. Organisasi ini berikut seluruh anggota bertujuan membangun masyarakat sejahtera, maju yang berlandaskan kekeluargaan dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan Pasal 4. Keterangan: Garis Instruksi : Garis Pengambilan Keputusan : Gambar 11 Struktur organisasi BKJ. Sumber; Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Kelompok BKJ 2008 Pencapaian tujuan kelompok tersebut di atas diupayakan melalui beberapa tahapan, meliputi pasal 5: a usaha pembibitan jernang; b pembuatan bank bibit jernang; c budidaya jernang pada lahan demplot; d pembentukan koperasi; dan e usaha pembibitan gaharu. Dalam pasal-pasal berikutnya didalam AD-ART dinyatakan pula hal-hal penting terkait dengan pemenuhan perancangan institusi yang mapan robust institution sebagai berikut: a Anggota kelompok adalah masyarakat Lamban Sigatal yang telah mendaftarkan diri kepada kelompok Pasal 6. Hal ini merupakan upaya menghilangkan keanggotaan yang tidak jelas dan tidak bertanggung jawab. b Setiap anggota mempunyai hak bicara dan suara dan mendapatkan pembagian keuntungan hasil usaha yang adil dan merata dari setiap usaha kelompok Pasal 16. Hal ini merupakan upaya memenuhi prinsip kongruensi, adanya distribusi manfaat yang tepat, proporsional dengan pembiayaannya berdasarkan pertimbangan antara waktu, tempat, teknologi dan kuantitas unit sumberdaya terkait dengan kondisi lokal. c Adanya pengaturan pilihan bersama berupa kewajiban yang mengikat bagi seluruh anggota, diantaranya adalah: menghadiri setiap pertemuan kecuali ada alasan tertentu, melaksanakan kegiatan gotong-royong setiap hari jumat, kecuali ada kesepakatan lain. d Adanya monitoring dan pemberian sanksi bagi setiap anggota yang tidak dapat memenuhi kewajiban yang telah disepakati, yaitu: denda sebesar Rp 30 000,- atau mencari pengganti orang untuk kerja dan dianggap mengundurkan diri dari kelompok apabila tidak hadir 3 kali berturut-turut.

5.5.2 Interaksi Masyarakat dengan Sumber Daya Hutan

Berdasarkan ruang dan waktu, pola pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat Desa Lamban Sigatal dapat dilihat melalui kalender musim yang disajikan pada Tabel 18. Berdasarkan kalender musim dapat dinyatakan bahwa masyarakat berinteraksi dengan sumber daya hutan Lamban Sigatal, khususnya berkenaan dengan hasil hutan non kayu sebagai sumber penghidupan. Hal ini dapat dilihat dari upaya pencarian madu, rotan manau, burung dan rotan Jernang yang dilakukan pada bulan-bulan tertentu sebagai usaha menambah penghasilan. Bagi sebagian masyarakat yang tidak memiliki lahan perkebunan yang luas, pencarian jernang dan madu ini merupakan mata pencaharian pokok. Khusus pada penelitian ini dilakukan kajian pada pemanfaatan jernang. Tabel 18 Kalender musim pemanfaatan sumber daya oleh masyarakat Desa Lamban Sigatal. Keterangan : P = Pria W = Wanita Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des 1 Pengolahan Lahan Menebas P Menumbang P Ngampar Reboh menjemur kayu P Membakar P Mendinginkan tanah Membibitkan Karet PW Menanam Karet PW Menanan Padi W Menanam Cabe W Merumput W Membuat Pondok Kebun P Membuat Bilik Simpan padi P Panen Padi PW Angkut Padi Ke Dusun PW Menjemur Padi W Giling Padi PW 2 Paceklik 3 Menyadap Karet PW Angkut Karet Ke Dusun PW 4 Cari Burung P 5 Cari Manau Rotan P 6 Cari Madu P 7 Cari Jernang P 8 Cari Ikan P 9 Musim Buah Durian Duku Bedaro Bacang 10 Perkawinan Bulan No Kegiatan Masyarakat Ket Berdasarkan hasil wawancara dengan pencari jernang Lampiran 1 dapat dinyatakan hal-hal sebagai berikut: 1 Pencarian buah rotan jernang biasanya dilakukan berkelompok. Jumlah anggota satu kelompok umumnya terdiri dari 3 sampai 7 orang. Jumlah setiap kelompok selalu ganjil, aturan ini merupakan kebiasaan karena bila kelompok dalam jumlah genap dipercayai akan selalu mendapat halangan seperti musibah atau sakit. 2 Waktu pencaharian Jernang berkisar antara 1 sampai 2 minggu. Pencaharian Jernang biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada saat panen besar antara bulan Juli sampai September dan panen sela antara bulan Desember dan Januari. Di luar musim tersebut, setiap bulan masih ada saja kelompok yang mencari jernang walaupun mendapatkan hasil yang terbatas. 3 Jernang yang diperoleh dari hutan tidak langsung, tetapi diolah terlebih dahulu. Tahap pengolahan pascapanen tersebut dilakukan secara sederhana, yakni buah jernang dipotong dan dipisahkan dari rangkaian tandan buah, selanjutnya dimasukan ke dalam karung plastik dan di lakukan penjemuran hingga kulit buah kering Gambar 12. Tahap selanjutnya, dengan cara menggoyang dalam tapisan akan diperoleh jernang dalam bentuk tepung Gambar 13. Agar getah jernang tidak mudah terhambur, melalui sedikit pemanasan dalam wadah tertentu akan diperoleh produk getah jernang dalam bentuk lempengan yang mudah untuk dikemas Gambar 14. Kualitas getah jernang dibedakan dalam dua kualitas yakni jernang kualitas 1 dan jernang kualitas 2. Jernang kualitas 1 merupakan ekstraksi murni dari buah jernang dengan bahan campuran kurang dari 30. Sementara itu, Jernang kualitas 2 adalah ekstraksi serbuk Jernang dari buah Jernang yang telah dicampur dengan daging buah Jernang yang ditumbuk halus ataupun dengan damar batu kucing atau dengan campuran antara 30 - 50.