Analisis Permasalahan Kebijakan Sintesis pengembangan institusi pengelolaan HTR pola agroforestri

Tabel 9 Matriks penelitian pengembangan institusi pengelolaan hutan tanaman rakyat pola agroforestri No. Tujuan Teori yang Digunakan Data Informasi Metode Pengumpulan Data Sumber Data Metode Analisis Data 1. Mengetahui karakteristik sumber daya hutan, kelompok masyarakat pemanfaat sumber daya hutan dan aturan-aturan yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya hutan serta interaksi antar kelompok masyarakat dan dengan sumber daya - Rejim Pengelolaan Sumber Daya Milik Bersama Karakteristik sumber daya hutan 1. Sistem sumber daya 2. Unit sumber daya - Studi literatur - Pengamatan observasi - Wawancara mendalam in-depth interview - Laporan penelitian terdahulu, laporan teknis tahunan instansi pemerintah, peraturan- peraturan regulasi pemerintah - Obyek pengamatan di lokasi penelitian - Tokoh masyarakat, anggota masyarakat pemanfaat sumber daya hutan - Analisis sistem dan unit sumber daya Berge 2004 Kelompok masyarakat pemanfaat sumber daya hutan 1. Tingkat pendidikan 2. Tingkat pendapatan dan aset 3. Lembaga tata niaga jernang - Analisis kategorik tingkat kesejahteraan Bungin 2007 - Analisis tata niaga Hanafiah Saefudin 2006 Aturan-aturan yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya hutan 1. Sejarah pemanfataan 2. Regulasi pemerintah - Analisis pemanfaatan sumber daya Kant 2005 - Analisis isi Bungin 2007 Interaksi antar kelompok masyarakat dan dengan sumber daya - Analisis FGD Bungin 2007 Tabel 9 Lanjutan 2. Mengetahui respon pemerintah dan inisiasi masyarakat terkait kebijakan Hutan Tanaman Rakyat - Kebijakan publik - Sikap terkait kebijakan - Tindakanaksi terkait pemanfaatan SDH - Wawancara mendalam - Focus group discussion diskusi kelompok terarah - Tokoh kunci dari pemerintah daerah dan masyarakat lokal - Analisis stakeholder CEDARE 2006 - Analisis FGD Bungin 2007 3. Menemukan permasalahan dalam institusi pembangunan HTR dari sisi kepastian hak pemilikan masyarakat, kapasitas masyarakat dan efisiensi pasar - Hak Kepemilikan - Kepastian hak kepemilikan - Kapasitas masyarakat - Efisiensi pasar - Hasil analisis poin 1 dan poin 2 - Analisis permasalahan kebijakan Bryson 2004 4. Merumuskan mendesain pengembangan institusi pengelolaan HTR pola agroforestry yang mampu memperbaiki kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat pengelola tanaman rotan jernang - Pengembangan institusi - Hasil analisis poin 3 - Hasil analisis poin 3 - Analisis pengembangan institusi Hess dan Ostrom 2007

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1

Sejarah dan Letak Geografis Desa Tahun sejarah pembentukan Desa Lamban Sigatal tidak lagi diketahui secara pasti oleh masyarakat dan hanya dapat diperkirakan sekitar tahun 1800an. Desa ini terbentuk oleh kelompok masyarakat Suku Marga Bathin IX yang dipimpin oleh Rajo Seribu Begiling Rajo dikenal juga dengan sebutan Puyang. Etnis ini merupakan bagian marga yang mendiami sembilan anak sungai yaitu: Sungai Jangga, Sungai Jebak, Sungai Bulian, Sungai Bahar, Sungai Burung Hantu, Sungai Pamusiran, Sungai Sekamis, Sungai Telisak dan Sungai Singoan. Pada awalnya nama Desa Lamban Sigatal adalah Desa Rantau Panjang kemudian mengalami perubahan sejak masuknya penjajahan Belanda. Asal muasal nama Lamban Sigatal dilatar belakangi perjuangan melawan penjajah, masyarakat menggunakan kayu yang dikenal dengan nama kayu segatal sebagai jembatan lamban atau titian sebagai penghambat Belanda untuk masuk ke desa. Ketika pasukan Belanda melewati titian atau lamban tersebut maka mereka akan terkena penyakit gatal-gatal. Sehingga tentara Belanda menyebut desa ini dengan desa yang memiliki titian atau lamban yang menimbulkan rasa gatal dan untuk selanjutnya desa ini lebih dikenal dengan Desa Lamban Sigatal. Pada saat ini, secara administratif Desa Lamban Sigatal merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Propinsi Jambi. Berdasarkan data monografi desa, wilayah desa Lamban Sigatal berbatasan langsung dengan empat desa yaitu gambar 6: 1. Sebelah Utara : Desa BaruPamusiran 2. Sebelah Selatan : Desa Seko Besar Trans Lubuk Napal 3. Sebelah Barat : Desa Lubuk Napal 4. Sebelah Timur : Desa Sepintun Secara adat batas desa Lamban Sigatal yaitu : Mulai dari Simpang Tigo Pauh terus ke Semaran terus ke Peraku Anjing terus ke Sekamis terus ke Serenbado Tengah Kedundung Atap Kulit, terus ke Pemusiran Kayu Aro Muning Rancang terus ke Petung Periuk Pecah lalu ke sungai Dimayan Kiri Mudik, terus ke Netakmelintang Pematang Mulur, terus ke Cerako Rompak Burung hantu, lalu ke Balai Anak Ketalo, terus Melayang Ketalo Dibuluh terus ke Hulu Kapas. Batas –batas wilayah ini dibuat pada masa nenek moyang zaman Belanda sebelum Kaitam Kuntul Putih, Jalan Berambah Betiti, Baju Bejahit Bepakai. Gagak Hitam dan Burung Bangau ada, Jalan dibuka dan titian ada serta Baju yang dipakai berjahit. Adapun keterangan mengenai lokasi – lokasi yang disebutkan diatas adalah : 1. Peraku Anjing : Sewaktu melakukan perintisan batas, perintis batas membuat Peraku kayu yang dilubangi untuk merendam Gadung, air dari rendaman gadung tersebut diminum oleh anjing yang menyebabkan anjing tersebut mabuk dan mati, dan lokasi tersebut dinamakan Peraku Anjing. 2. Kedundung Atap : Atap pondok perintis batas yang terbuat dari kulit kayu pohon Kedundung. 3. Kayu Aro Muning Rancang : Muning Rancang melakukan pencabutan bulu mata gajah hidup sebanyak 7 batanghelai atas permintaan bakal mertua perempuan didekat pohon Aro. 4. Betung Periuk Pecah : Para perintis batas membuat perapianmenyalai dari Buluhbetung. Betung tersebut gugurjatuh dan menimpa periuk dan pecah Sungai Dimayan, Anak Sungai Puntian. 5. Pematang Mulur : Hulu Sungai Dimayan. 6. Cerako Rompak : Sejenis kayu yang rimbun dimana buah dan kulit kayunya dapat digunakan untuk tuboracun ikan. Dari data monografi desa yang tercatat diketahui bahwa suhu rata-rata adalah 30 C. Topografinya beragam mulai dari landai hingga curam dan terletak pada ketinggian antara 50-150 meter dpl. Jarak dari ibukota kabupaten Sarolangun adalah sekitar 60 kilometer yang dapat ditempuh dengan menggunakan alat transportasi seperti motor dan mobil. Waktu tempuh sekitar 1.5 jam saat musim kemarau dimana jalan kering sedangkan saat musim hujan dapat mencapai 4-6 jam karena jalan berlumpur dan sulit dilalui oleh kendaraan. Gambar 6 Peta Batas Desa Lamban Sigatal Sumber : Yayasan Gita Buana 2008.

4.2 Sarana dan Prasarana

Infrastruktur pendidikan di Desa Lamban Sigatal masing terbilang terbatas. Di desa ini baru tersedia 1 satu unit Sekolah Dasar dan baru sedang berlangsung pembangunan fasilitas pendidikan 1 satu bangunangedung 7 lokal untuk Madrasah Ibtidaiyah MI dan 1 satu bangunangedung 3 tiga lokal untuk Sekolah Dasar SD dari bantuan proyek pengembangan kecamatan PPK. Bagi anggota masyarakat yang hendak melanjutkan pendidikan harus keluar dari desa. Fasilitas untuk mendukung kualitas kesehatan masyarakat belum tersedia. Masyarakat hanya bergantung pada kunjungan bidan yang datang dari Desa Lubuk Napal yang melakukan kunjungan dengan berkeliling desa 1 bulan sekali dan memanfaatkan obat-obat bebas yang dibeli di warung-warung dalam desa juga ramuan tradisional yang diolah secara pribadi maupun yang didapatkan dari dukun kampung. Tercatat 7 orang dukun kampung di desa ini terdiri atas: dukun anak, dukun urut, dukun jampi dan dukun racun.