memicu tingkat kemasaman tanah dominan tinggi hingga sedang, yaitu berkisar antara 3.5 masam hingga 5.2 netral. Detil hasil survey lahan tingkat tinjau pada
areal aliran sungai Desa Lamban Sigatal tersaji pada Tabel 12. Tabel 11 Kondisi lahan dan tanah pada areal dataran Desa Lamban Sigatal.
No. Petak
Ukur
Kelerengan Drainase
Tekstur Tanah pH
Ketinggian m dpl
Nama Lokasi : Buah Raman D1
6 Sedang
Lempung 3.5
- D2
6 Sedang
Lempung berliat 4.4
- D3
4 Sedang
Lempung 4.6
- D4
6 Buruk
Lempung 3.5
- D5
4 Sedang
Lempung 5.0
- D6
6 Sedang
Lempung 5.8
59 D7
4 Buruk
Lempung 5.4
63 D8
4 Buruk
Lempung 5.2
61 D9
4 Buruk
Lempung berliat 4.4
58
Sumber: Yayasan Gita Buana 2008 Keterangan: - = tidak ada data
Tabel 12 Kondisi lahan areal sempadan aliran sungai Desa Lamban Sigatal.
No. Petak
Ukur
Kelerengan Drainase
Tekstur Tanah pH
Ketinggian m dpl
Nama Lokasi : Buah Raman S1
8 Buruk
lempung 3.5
54 S2
5 Buruk
Lempung 4.0
- S3
6 Buruk
Lempung 5.4
82 S4
6 Sedang
lempung 5.0
68 Nama Lokasi : Sungai Rambutan
S5 6
Sedang Lempung
4.6 83
S6 4
Buruk Lempung
4.2 74
S7 14
Buruk lempung
3.5 73
S8 8
Sedang lempung
5.2 83
S9 8
Buruk lempung
4.0 78
Sumber: Yayasan Gita Buana 2008 Keterangan: - = tidak ada data
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Sumber Daya Hutan Desa Lamban Sigatal
Wilayah Desa Lamban Sigatal berdasarkan data monografi desa 2007 yaitu seluas 18 000 hektar, sebagian besar yakni 8 663 hektar berupa hutan.
Berdasarkan hasil wawancara dan survey tingkat tinjau diketahui bahwa hutan Lamban Sigatal merupakan hutan yang pada kawasan datarannya pohon Sulai
Bauhinia spp. dan Surian Batu Toona spp. merupakan jenis pohon yang berperan cukup signifikan terhadap ekosistem daerah tersebut karena jenis kayu ini tampak
mendominasi. Selain itu dijumpai cukup banyak pohon Medang Litsea spp. yang memiliki banyak kegunaan dan bernilai ekonomis tinggi. Kegunaannya antara lain
sebagai bahan bangunan, kayu lapis, bahan baku mebel, lantai, kerangka pintu dan jendela.
Kawasan hutan desa Lamban Sigatal merupakan kawasan hutan dalam penguasaan negara State property tetapi pada kenyataannya sumber daya dalam
kawasan hutan ini merupakan sumber daya milik bersama common pool resources karena dapat dimiliki oleh masyarakat, baik sebagai pemanfaat maupun penghasil
dan mengeluarkan yang bukan pemilik Hanna et al 1996. Karena pemanfaatan terhadap sumber daya dilakukan dengan pengaturan oleh lembaga adat. Berdasarkan
wawancara diketahui bahwa pemanfaatan sumber daya sebelum tahun 70an diperuntukkan bagi masyarakat desa Lamban Sigatal, apabila masyarakat lain ingin
memanfaatkan maka perlu melaporkan atau memohonkan izin pada lembaga formal di Desa yaitu depati kepala desa dan lembaga adat.
Setelah adanya pemanfaatan hutan oleh perusahaan maka sumber daya hutan tidak lagi diatur oleh lembaga adat karena kawasan dan pemanfaatan sumber daya
khususnya kayu diatur oleh perusahaan sebagai pihak yang mendapatkan izin dari pemerintah. Kondisi saat ini pemanfaatan sumber daya kembali kepada negara dan
telah dicadangkan menjadi kawasan hutan tanaman rakyat HTR. HTR dalam pengelolaan kawasannya merupakan penguasaan negara yang nantinya akan
diberikan kepada masyarakat setelah didapatkannya izin. Ini menjadikan areal yang telah diberikan hak pengelolaannya kepada masyarakat menjadi kepemilikan
individu private proverty.