Taraf Hidup KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1

memicu tingkat kemasaman tanah dominan tinggi hingga sedang, yaitu berkisar antara 3.5 masam hingga 5.2 netral. Detil hasil survey lahan tingkat tinjau pada areal aliran sungai Desa Lamban Sigatal tersaji pada Tabel 12. Tabel 11 Kondisi lahan dan tanah pada areal dataran Desa Lamban Sigatal. No. Petak Ukur Kelerengan Drainase Tekstur Tanah pH Ketinggian m dpl Nama Lokasi : Buah Raman D1 6 Sedang Lempung 3.5 - D2 6 Sedang Lempung berliat 4.4 - D3 4 Sedang Lempung 4.6 - D4 6 Buruk Lempung 3.5 - D5 4 Sedang Lempung 5.0 - D6 6 Sedang Lempung 5.8 59 D7 4 Buruk Lempung 5.4 63 D8 4 Buruk Lempung 5.2 61 D9 4 Buruk Lempung berliat 4.4 58 Sumber: Yayasan Gita Buana 2008 Keterangan: - = tidak ada data Tabel 12 Kondisi lahan areal sempadan aliran sungai Desa Lamban Sigatal. No. Petak Ukur Kelerengan Drainase Tekstur Tanah pH Ketinggian m dpl Nama Lokasi : Buah Raman S1 8 Buruk lempung 3.5 54 S2 5 Buruk Lempung 4.0 - S3 6 Buruk Lempung 5.4 82 S4 6 Sedang lempung 5.0 68 Nama Lokasi : Sungai Rambutan S5 6 Sedang Lempung 4.6 83 S6 4 Buruk Lempung 4.2 74 S7 14 Buruk lempung 3.5 73 S8 8 Sedang lempung 5.2 83 S9 8 Buruk lempung 4.0 78 Sumber: Yayasan Gita Buana 2008 Keterangan: - = tidak ada data

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Sumber Daya Hutan Desa Lamban Sigatal

Wilayah Desa Lamban Sigatal berdasarkan data monografi desa 2007 yaitu seluas 18 000 hektar, sebagian besar yakni 8 663 hektar berupa hutan. Berdasarkan hasil wawancara dan survey tingkat tinjau diketahui bahwa hutan Lamban Sigatal merupakan hutan yang pada kawasan datarannya pohon Sulai Bauhinia spp. dan Surian Batu Toona spp. merupakan jenis pohon yang berperan cukup signifikan terhadap ekosistem daerah tersebut karena jenis kayu ini tampak mendominasi. Selain itu dijumpai cukup banyak pohon Medang Litsea spp. yang memiliki banyak kegunaan dan bernilai ekonomis tinggi. Kegunaannya antara lain sebagai bahan bangunan, kayu lapis, bahan baku mebel, lantai, kerangka pintu dan jendela. Kawasan hutan desa Lamban Sigatal merupakan kawasan hutan dalam penguasaan negara State property tetapi pada kenyataannya sumber daya dalam kawasan hutan ini merupakan sumber daya milik bersama common pool resources karena dapat dimiliki oleh masyarakat, baik sebagai pemanfaat maupun penghasil dan mengeluarkan yang bukan pemilik Hanna et al 1996. Karena pemanfaatan terhadap sumber daya dilakukan dengan pengaturan oleh lembaga adat. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa pemanfaatan sumber daya sebelum tahun 70an diperuntukkan bagi masyarakat desa Lamban Sigatal, apabila masyarakat lain ingin memanfaatkan maka perlu melaporkan atau memohonkan izin pada lembaga formal di Desa yaitu depati kepala desa dan lembaga adat. Setelah adanya pemanfaatan hutan oleh perusahaan maka sumber daya hutan tidak lagi diatur oleh lembaga adat karena kawasan dan pemanfaatan sumber daya khususnya kayu diatur oleh perusahaan sebagai pihak yang mendapatkan izin dari pemerintah. Kondisi saat ini pemanfaatan sumber daya kembali kepada negara dan telah dicadangkan menjadi kawasan hutan tanaman rakyat HTR. HTR dalam pengelolaan kawasannya merupakan penguasaan negara yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat setelah didapatkannya izin. Ini menjadikan areal yang telah diberikan hak pengelolaannya kepada masyarakat menjadi kepemilikan individu private proverty.