Desain Pengembangan Institusi Pengelolaan Sumber Daya Hutan Desa Lamban Sigatal

mencapai tujuan bersama yang diharapkan yaitu peningkatan pendapatan yang akhirnya bisa memunculkan kesejahteraan bersama. Memperhatikan seluruh uraian di atas dan berdasarkan hasil FGD dan sintesis yang dilakukan Lampiran 9, desain institusi yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1 Kepastian akses terhadap lahan a Menyederhanakan peraturan persyaratan untuk mendapatkan izin agar lebih mudah diakses masyarakat. b Asistensi teknis dan permodalan untuk pembangunan HTR yang lebih mudah diakses oleh masyarakat untuk mendapatkan IUPHHK-HTR maupun pembangunannya. c Menjadikan usulan kawasan kelola dan agroforestri karet jernang AK-J sebagai pola yang dapat dikembangkan dalam pembangunan HTR. 2 Kesesuaian Kapasitas Lembaga Penguatan kelompok lokal sebagai organisasi yang akan mengusulkan kawasan kelola dan usaha untuk mendapatkan IUPHHK-HTR melalui pembinaan dan pendampingan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah daerah dan dibantu dengan lembaga swadaya masyarakat. 3 Efisiensi Mekanisme Pasar Membentuk kelompok pemasaran jernang dengan memfasilitasi keanggotaan tauke jernang dalam kelompokkoperasi dari penguatan dan pengembangan kelompok di masyarakat. Hal tersebut diatas belumlah cukup untuk dapat menjadikan pembangunan HTR berhasil apabila tidak didukung oleh Pemerintah di daerah. Stakeholders penting bagi keberhasilan kebijakan pembangunan HTR yang ditujukkan bagi peningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah Bupati Sarolangun, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sarolangun, Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun, Bappeda Kabupaten Sarolangun, Kepala Desa Lamban Sigatal, Camat Pauh, Badan Pengelolaan Kawasan Hutan Wilayah II dan BP2HP Wil. IV. Selain itu, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, dan Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Sarolangun dan Yayasan Gita Buana LSM, menjadi stakeholder yang dapat mendukung keberhasilan pembangunan HTR.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang dilakukan dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1 Sumberdaya hutan Lamban Sigatal merupakan sumberdaya milik Negara yang memiliki potensi unit sumberdaya berupa “Rotan Jernang” sebagai sumberdaya bersama common pool resources, yang dimanfaatkan oleh kelompok penjernang dengan aturan operasional kelompok dan aturan kolektif lembaga adat. 2 Pemerintah telah mewujudkan kawasan pencadangan HTR, di sisi lain masyarakat telah berinisiasi mengusulkan kawasan kelola Jernang di dalam kawasan pencadangan HTR dengan pola Agroforestri Karet-Jernang serta kelompok pengelola. 3 Adanya potensi pembangunan HTR dengan pola agroforestri Karet Jernang AK-J yang berdasarkan perhitungan finansial merupakan usaha budidaya yang layak untuk dikembangkan. 4 Akses terhadap lahan pencadangan HTR di Desa Lamban Sigatal yang diharapkan masyarakat dalam bentuk IUPHHK-HTR belum dapat terwujud karena masyarakat belum mampu memenuhi persyaratan prosedural sebagaimana diamanatkan peraturan perundangan sebagai akibat kebijakan yang tidak memperhatikan karateristik sumberdaya lokal, kapasitas masyarakat dan efisiensi tata niaga sumberdaya. 5 Kontribusi hasil penelitian terhadap teori pengelolaan sumberdaya milik Negara adalah sebagai berikut: pengelolaan sumberdaya bersama milik Negara yang pengelolaannya diserahkan kepada masyarakat diperlukan akses yang sempurna terhadap lahan dalam bentuk perizinan dan memperhatikan karakter sumberdaya lokal, kapasitas masyarakat dan efisiensi tata niaga.

6.2 Saran

1. Untuk mempermudah masyarakat mendapatkan IUPHHK-HTR dan mendapatkan akses terhadap lahan yang sempurna maka diperlukan adanya perbaikan terhadap prosedur di dalam peraturan perundangan dengan memperpendek proses admimistrasi. 2. Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar dapat memperoleh IUPHHK dan merealisasikan pembangunan HTR pola Agroforestri Karet Jernang pemerintah diharapkan memberikan asistensi teknis dan permodalan secara berkesinambungan sampai masyarakat bisa mandiri. 3. Untuk mengefisiensikan tata niaga disarankan dibentuk kelompok pemasaran atau koperasi. 4. Untuk mewujudkan pembangunan HTR desa Lamban Sigatal yang memperhatikan potensi dan karakteristik sumberdaya lokal perlu diakomodir pola Agroforestri Karet-Jernang yang diimplementasikan pada kawasan kelola Jernang. DAFTAR PUSTAKA Agrawal A. 2001. Common Property Institution and Sustainable Governance of Resources. Journal World Development vol.29 no.10: 1649-1672. _________. 2003. Sustainable Governance of Common-Pool Resources: Context, Methods, and Politics. Annual Review of Anthropology 32:243–62. Alikodra HS. 2005. Pengembangan Institusi Lingkungan Hidup. [Diktat Kuliah KSH 701]. Bpgpr: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Institut Pertanian Bogor. Allen L. 1991. Benefits of Leisure Services to Community Satisfaction. In B. Driver, P. Brown G. Peterson eds Benefits of Leisure. pp. 331-350. State College, PA: Venture. Arifin W. 2004. Tanaman Jernang: Konservasi dan Peningkatan Perekonomian Petani Karet Jambi. Jambi: Warta Gita Buana. _______. 2007. Konservasi Hutan Dataran Rendah Melalui Budidaya Rotan Jernang. Jambi: Warta Gita Buana. Baland JM dan JP Platteau. 1996. Halting Degradation of Natural Resources: Is there a role for rural communities? Oxford: FAO and Clarendon Press. [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Sarolangun. 2007. Laporan Validasi Keluarga Pra Sejahtera Kabupaten Sarolangun. [Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Baron. 2000. Social Capital: Critical Presfective. New York: Oxford University Press. Bateson DG, Lalonde AB, Perron L and Senikas V. 2008. Methodology for Assessment and Development of Organization Capacity. Journal Obstet Gynaecol Can 3010: 888–895. Berge E. 2004. Environmental protection in the theory of commons. Norwegia: Department of Sociology and Political Science, Norwegian University of Science and Technology. Beyene F. 2008. Collective Action and Informal Institutions: The Case of Agropastoralists of Eastern Ethiopia. Germany: Humboldt University of Berlin. [BKKBN Kabupaten Sarolangun] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2007. Laporan Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Sarolangun. Black JA dan Dean J Champion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Blomquist WA. 1992. Dividing the Waters: Governing Groundwater in Southern California. ICS Press. [BPP] Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. 2003. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Palembang : Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Perkebunan Sembawa. [BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sarolangun. 2007. Kabupaten Sarolangun dalam Angka. Sarolangun. [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi. 2010. Jambi dalam Angka. Jambi. Braun JV and T Feldbrugge. 1998. Institutional aspects of the handling of crises and disasters in developing countries. Economics, 57:95-113. Tubingen, Federal Republic of Jerman: Institute for Scientific Co-operation. Bromley DW. 1989. Property relations and economic development: the other land reform. World Development: 17 6: 867-877. ___________. 1992. Analyzing the Common: A Framework. California: Institute for Contemporary Studies. Bromley DW and Cernea MM. 1989. The management of common property natural resources: some conceptual and operational fallacies. Washington DC, USA: Discussion paper 57 The World Bank. Brown K, E Tompkins, WN Adger. 2001. Trade-off Analysis for Participatory Coastal Zone Decision Making. Overseas Development Group. Norwich U.K.: University of East Anglia. Bryson JM. 2004. Strategic planning for public and non profit organizations: A guide to strenghtening and sustaining organizational achievment. 3rd Edition. San Fransisco: Jossey-Bass. Bungin B. 2005. Focus Group Discussion untuk Analisis Data Kualitatif. Didalam Bungin B, editor. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Pemahaman Filosofis dan Metodologis kearah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pres. _______. 2007. Penelitian Kualitatif. Komunikasi, ekonomi, kebijakan publik, dan ilmu sosial lainnya. Jakarta: Kencana. Cedare. 2006. Stakeholder Analysis. Wadi Project.