Analisis karakteristik sumber daya hutan Analisis tata niaga Jernang

tahun 2008 dan periode tahun 2008 hingga saat ini. Hal ini mengacu dan memodifikasi teknik analisis dinamika kehutanan di India yang digunakan oleh Kant 2005. Penentuan periodesasi pengelolaan sumber daya berdasarkan adanya perubahan kebijakan dalam pengelolaan sumber daya hutan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Hasil analisis disajikan secara deskriptif dalam bentuk Tabel 8 berikut: Tabel 8 Dinamika pengelolaan sumber daya hutan desa Lamban Sigatal . Periode Institusi Pengelolaan Lembaga Pengatur Pola dan tujuan pemanfaatan Bentuk aturan Tipe hak pemilikan Kinerja Sebelum dan hingga tahun 1970 Tahun 1970 – 2007 Tahun 2007 – sekarang

3.3.3.2 Analisis kebijakan HTR

Analisis kebijakan dilakukan menggunakan teknik analisis isi content analysis Bungin 2007. Analisis ini merupakan sebuah teknik mendapatkan deskripsi hubungan antara isi teks produk kebijakan peraturan perundangan dan peraturan formal lainnya dengan fokus kajian penelitian. Dengan analisis isi kebijakan tentang HTR akan diperoleh gambaran mengenai: 1 Pihak-pihak yang berkepentingan dalam hak kepemilikan dan pengaturan hak kepemilikan terkait dengan pemanfaatan sumber daya hutan dalam kerangka pengembangan HTR. 2 Permasalahan dalam hak kepemilikan dan pengaturan hak kepemilikan yang melandasi pengembangan institusi pengelolaan HTR.

3.3.4 Analisis tata niaga Jernang

Analisis tata niaga Jernang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai akses dan besarnya manfaat yang disediakan oleh instrumen ekonomi yang ada kepada masyarakat pengolah jernang dari institusi pengelolaan sumber daya hutan yang ada. Analisis dilakukan mengacu pada Hanafiah dan Saefuddin 2006. Menurut Hanafiah dan Saefuddin 2006 saluran tata niaga diketahui dengan mengidentifikasi lembaga tata niaga. Lembaga tata niaga adalah badan- badan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tata niaga dengan mana barang- barang bergerak dari pihak produsen sampai pihak konsumen. Menurut Converse dan Jones 1968 sebagaimana diacu dalam Hanafiah dan Saefuddin 2006 jelaslah bahwa dalam penyaluran barang dari pihak produsen ke pihak konsumen terlihat satu sampai beberapa golongan pedagang perantara. Pedagang perantara ini dikenal sebagai saluran tata niaga. Berdasarkan gambaran saluran tata niaga tersebut dapat diketahui akses masyarakat terhadap manfaat pengelolaan sumber daya hutan. Margin pemasaran dihitung dengan melihat perbedaan selisih atau spread antara antara harga penjualan dengan harga pembelian. Hal ini mengacu pada pendapat Hanafiah dan Saefuddin 2006 margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang akan dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli akhir. Margin pemasaran yang diperoleh mencerminkan manfaat yang diperoleh masyarakat pengolah jernang dari institusi pengelolaan sumber daya hutan yang ada.

3.3.5 Analisis kelayakan finansial dan kebutuhan hidup layak

Analisis kelayakan Finansial Agroforestri Karet-Jernang menggunakan teknik analisis yang dikemukakan Soekartawi 1995, penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Analisis dilakukan dengan dua kombinasi jenis tanaman, yaitu Karet dan Jernang, dengan formula yang digunakan adalah: n TR = Σ Y. Py i = 1 Dimana : TR = Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Untuk perhitungan kelayakan finansial usaha maka digunakan perhitungan tingkat pengembalian internal IRR. Menurut Soekartawi 1995 tingkat pengembalian internal IRR merupakan parameter yang dipakai apakah suatu usahatani mempunyai kelayakan usaha atau tidak. Kriteria layak atau tidak layak bagi usahatani bila IRR lebih besar dari tingkat bunga yang berlaku saat usahatani itu di usahakan dengan meminjam uang biaya dari bank pada saat nilai neto sekarang net present value, NPV = 0. Oleh karena itu untuk menghitung IRR diperlukan nilai NPV terlebih dahulu. NPV dihitung dengan rumus : n TR = Σ B-C1+i t i = 1 dan perhitungan IRR menggunakan rumus : IRR = i t + 1-i t { PV + PV t + PV - } Dimana : n = banyak kegiatan t = waktu B = benefit manfaat C = cost biaya i = tingkat bunga yang berlaku PV + = nilai sekarang positif PV - = nilai sekarang negatif Penilaian kelayakan dilihat dari prospek usaha agroforestri Karet-Jernang dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum KHM dan kebutuhan hidup layak KHL tahunan pekebun. Menurut Sinukaban 2007 KHL adalah 250 KHM dan KHM = 320 x harga beras kg -1 x jumlah anggota keluarga 5 orang Sajogjo, 1977. Selanjutnya analisis luasan lahan minimum usaha perkebunan UP minimum Lmin, agar memenuhi KHL yaitu Lmin dibagi dengan pendapatan bersih Pb atau dengan persamaan : L min = KHL Pb -1 Monde, 2008. Dalam kaitannya dengan pengembangan institusi pengelolaan sumber daya hutan, khususnya melalui pola pengembangan HTR, perpaduan antara hasil analisis kelayakan finansial dan analisis kelayakan hidup minimum memberikan gambaran sejauhmana hak kepemilikan yang perlu diprioritaskan bagi kelompok masyarakat pengolah jernang. Di tingkat individu, adanya hasil yang positif dari pengusahaan budidaya karet-jernang terhadap pemenuhan kebutuhan hidup akan menjadi insentif untuk penggalangan aksi bersama dalam pengelolaan sumber daya hutan melalui pola pengembangan HTR.