16 yang ditampilkan dari beragam sudut pandang dalam satu cerita. Pentingnya anak
membaca berpengaruh pada pemahaman anak dalam berbagai mata pelajaran. 5
Tahapan 4 Rentang usia atau tingkatan kelas pada tahapan ini berada saat sekolah
menengah atas. Banyak siswa menjadi pembaca-pembaca yang sangat kompeten. Anak mengembangkan kemampuan untuk memahami materi yang ditampilkan
dari berbagai sudut pandang. Hal ini memampukan anak untuk mereduksikan literatur, sejarah, ekonomi, dan politik yang terkadang seperti seorang ahli.
Berdasarkan beberapa teori di atas menegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini memiliki beberapa tahap. Tahapan
membaca anak usia dini dipengaruhi oleh kelompok usia, dan tingkatan kelas. Setiap tahapan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada usia kelompok B3
yaitu usia 5-6 tahun anak berada pada tahap pembaca pemula yakni ditunjukkan dengan anak mampu membaca kalimat sederhana dengan menggunakan jari-jari
untuk menuntun bacaan.
3. Jenis Metode untuk Mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan
Slamet Suyanto 2005: 165-167 mengatakan bahwa cara pengenalan membaca untuk anak ada kaitan dengan metode story telling. Pertama adalah
dengan fonik. Cara ini dilakukan dengan mengeja huruf demi huruf pada saat membaca atau menulis kata. Misalnya kata “MAKAN” dapat dieja menjadi EM
A = MA dan KA A EN = KAN, jadi dibaca MAKAN. Hal ini dapat dilakukan guru saat melakukan metode story telling guru menunjukkan kosa kata
yang ada dalam buku cerita.
17 Kedua adalah dengan membaca menyeluruh atau dikenal dengan istilah
whole language. Cara ini mengajarkan membaca dari keseluruhan lebih dahulu, kemudian anak diajak mencari huruf penyusunnya whole to part. Misalnya saat
guru sedang melakukan story telling dengan buku cerita bergambar, guru menunjukkan gambar anak yang sedang makan, kemudian guru bertanya gambar
anak sedang apakah itu. Anak menjawab “MAKAN”. Kemudian, anak mencoba menemukan huruf penyusun kata “MAKAN” dan memahami bagaimana kata
tersebut terbentuk. Ketiga adalah seperti cara belajar membaca dalam bahasa Jepang dan
dalam metode Iqra untuk membaca Qur’an. Metode tersebut mengombinasikan huruf konsonan B, C, D, dan seterusnya dengan huruf vokal A, I, U, E, O.
Misalnya akan muncul kombinasi seperti BA-BI-BU-BE-BO, dan seterusnya dalam buku cerita. Dengan kombinasi seperti itu anak dapat mengenali pola huruf
yang dapat digabung dan membacanya. Sejalan dengan teori tersebut, menurut Nurbiana Dhieni 2009: 5.24
terdapat empat metode dalam mengembangkan membaca untuk anak usia dini yaitu: a pendekatan pengalaman bahasa, b fonik, c lihat dan katakan, dan d
metode pendukung konteks. Pendekatan pengalaman bahasa yakni guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk membantunya belajar membaca yang
dapat berupa penjelasan suatu gambar atau suatu cerita pendek yang dimasukan kedalam suatu buku cerita bergambar. Fonik mengajarkan alfabet yang diberikan
terlebih dahulu kepada anak-anak, nama-nama huruf dan bunyinya. Lihat dan katakan yakni anak-anak belajar mengenali kata-kata atau kalimat-kalimat
18 keseluruhan, bukannya bunyi-bunyi individu. Sedangkan pendukung konteks
yakni belajar membaca menggunakan buku cerita yang menarik dengan menggunakan font yang besar atau menggunakan cerita yang dialognya didalam
gelembung. Menurut Tadkiroatun Musfiroh 2005 b: 108 menyatakan bahwa media
buku menjadi salah satu stimulasi yang efektif bagi anak Taman Kanak-kanak, karena pada waktu itu minat baca pada anak mulai tumbuh dan diberi lahan yang
tepat melalui kegiatan story telling. Oleh karena itu, melalui kegiatan story telling anak akan terangsang minatnya untuk membaca buku cerita yang sebelumnya
telah digunakan guru untuk bercerita.
4. Karakteristik anak Kelompok B3